Rabu, 26 September 2018

Indoor Learning



BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang Masalah                                      
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak dikemudian hari. Anak belajar melalui bermain tetapi tidak sekedar bermain, namun anak diarahkan sesuai perkembangannya. Bermain merupakan bentuk interaksi anak dengan lingkungannya, yang bersifat alami dan menyenangkan. Bagi anak-anak bermain mempunyai peran yang sangat penting. Dengan melakukan permainan anak, anak terlatih secara fisik. Demikian juga kemampuan motorik kasar anak-anak berkembang. Banyak jenis permainan yang dapat dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain dapat dilakukan di dalam ruangan ( Indoor Learning ) maupun diluar ruangan ( Outdoor Learning ).
Pembelajaran outdoor merupakan metode pembelajaran yang menentukan kemampuan anak baik secara individual maupun kelompok dengan menempatkan anak diluar ruangan kelas, maupun pembelajaran indoor merupakan metode pembelajaran yang menentukan kemampuan anak baik secara individual maupun kelompok dengan menenpatkan anak didalam ruangan kelas.

2.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana pembelajaran di dalam kelas atau indoor learning?
2.      Bagaimana pembelajaran di luar kelas atau outdoor learning?

3.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membantu kita dalam memahami:
1.     Untuk mengetahui pembelajaran di dalam kelas (indoor learning).
2.      Untuk mengetahuai pembelajran di luar kelas (outdoor learning)





BAB II
PEMBAHASAN
                     
1.      Proses Pembelajaran di dalam kelas ( Indoor Learning )
Pembelajaran berasal dari kata belajar, yaitu suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoeh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengukuhkan kepribadian. Melalui pembelajaran ini harapannya ilmu akan bertambah, keterampilan meningkat, dan dapat membentuk akhlak mulia.
Pendapat lain menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pembelajaran ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Adapun anak usia dini dapat diartikan sebagai anak yang berada pada masa usia 0-6 atau 0-8 tahun. Jadi pembelajaran anak usia dini ialah proses pembelajaran yang ditujukan untuk anak usia 0-6 atau 0-8 tahun. Pembelajaran ini dimaksudkan supaya anak usia dini dapat memperolehilmu pengetahuan dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan optimal. dengan pemebelajaran pula, diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku peserta didik anak usia dini menjadi lebih baik.
Sebelum melakukan proses pembelajaran seorang pendidik diwajibkan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tanpa adanya rencana pelaksanaan pembelajaran akan berjalan tidak terarah dan akan meluas ke mana-mana sehingga sulit untuk dipahami peserta didik dan akhirnya tujuan pembelajaran pun tidak dapat tercapai dengan baik. Dalam menyusun RPP perlu diperhatian prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, semakin konkret kompetensi semakin mudah diamati, dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
2.      RPP harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik.
3.      Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan.
4.      RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.
5.      Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain.
Selain itu dalam penyusunan RPP harus mengacu pada kurikulum yang ada, seperti standar kompetensi dan kompotensi dasar.sebagi rujukan dalam pembuatan RPP, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.      Standar Kompetensi Lulusan (SKL), hal ini digunakan sebagai rujukan dalam merumuskan tujuan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar dan pembelajaran yang dicapai siswa.
2.      Standar isi hal ini digunakan sebagai rujukan dalam merumuskan ruang lingkup serta kedalaman materi yang akan dibahas dalam kegiatan belajar dan embelajran yang sedang dirancang.
3.      Standar sarana, hal ini digunakan untuk merumuskan teknologi pendidikan yang digunakan dalam belajar dan pembelajaran termasuk peralatan media dan peralatan praktik.
4.      Standar proses, hala ini dijadikan rujukan dalam merancang model dan dan metode yang melibatkan siswa dalam kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa dalam pembelajaran.
Selain melakukan perencanan pembelajaran, seorang pendidik harus menyiapakan kelas untuk kegiatan pembelajaran dengan baik. Berikut model-model pembentukan kelas:
1.      Bentuk U
Kelebihan bentuk ini setiap siswa dapat memperhatikan dan menyimak materi pembelajaran yang dibwakan atau disampaikan oleh guru, seperti memutar film atau mendengarkan penjelasan guru.
2.      Bentuk Kelompok
Bentuk ini sangat baik bila diterapkan untuk pembelajaran yang sifatnya diskusi atau menyelesaikan masalah dengan cara pembagian kelompok. Kelebihan bentuk ini adalah peserta didik dalam satu kelompok dapat saling berinteraksi lebih dekat dan dapat memupuk rasa kerja sama.

3.      Bentuk Melingkar
Bentuk ini memberikan kedekatan antara siswa yang satu dengan yang lain. Bentuk kelas melingkar sangat cocok digunakan dalam pembelajaran bercerita dan bernyanyi.

4.      Bentuk Konferensi
Bentuk konferensi merupakan pembentukan kelas seperti bentuk melingkar, akan tetapi bentuk ini di tengah-tengahnya terdapat meja yang digunakan untuk menulis. Selain itu, melingkarnya juga tidak sempurna karena harus menyesuaikan dengan bentuk meja belajar.
5.      Bentuk Klasikal                                     
Bentuk klasikal adalah pembentukan kelas secara tradisional yang bisa diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Bentuk kelas seperti ini bisa digunakan untuk jumlah siswa yang sangat banyak sehingga perlu membutuhkan ruang yang cukup luas dan ditata sedemikian rupa. Meskipun untuk pembelajaran kurang begitu efektif untuk mengaktifkan peserta didik.
6.      Bentuk Acak
Bentuk acak ialah pembentukan kelas dengan cara tidak teratur. Artinya, peserta didik dapat memilih dan menentukan duduknya masing-masing. Pembentukan kelas ini biasanya digunakan pada siswa yang melakukan pembelajaran melalui bermain. Di mana anak melakukan permainannya di situlah tempat ia melangsungkan pembelajaran, seperti di taman, di halaman maupun ruang sekolah
Setelah selesai mempersiapkan dan membuat perencanaan pembelajaran, yang selanjutnya ialah melaksanakan perencanaan tersebut dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mliputi tiga hal utama yaitu:
1.  Pembukaan
-Pendidik menyampaikan salam
-Mengenalkan diri jika merupakan pertemuan awal guru mengajar
-Membacakan absensi
-Menjelaskan judul atau topik matreri yang akan diajarkan
-Menjelaskan tujuan pembelajaran umum maupun khusus
-Menyampaikan deskripsi sajian yang berisi ruang lingkup meteri dan kegiatan belajar  dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2.  Inti (pembentukan kompetensi)
Kegiatan inti merupakan proses pembentukan atau pencapaian kompetensi dalam pembelajaran. Dalam rangka pembentukan kompetensi tersebut ada tiga kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang pendidik yaitu :
a. Eksplorasi (penjelajahan), dalam kegiatan ini seorang pendidik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
o   Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas sesuai dengan tema yang akan      dipelajari
o   Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media dan sumber belajar
o   Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
o   Melibatkan peserta didik secara aktif
o   Memfasiliasi peserta didik dalam melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
b.    Elaborasi (pengerjaan dengan teliti)
o   Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
o   Memfasilitasi peseta didik melalui pemberian tugas, diskusi dan sebagainya
o   Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
o   Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok dan lain-lain.
c.     Konfirmasi (penguatan/penjelasan)
o   Memberikan umpan balik positif
o   Memberikan informasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
o   Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi
o   Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
o   Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik
o   Membantu menyelesaikan masalah
o   Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3.     Penutup
Penutup merupakan kegiatan terakhir dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini guru dapat mengakhiri pertemuan pembelajaran dengan memberikan suatu kesimpulan terkait materi kompetensi yang disampaikan.kemusian barulah diakhiri dengan doa dan salam.
Ada beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu:
  1. Peran guru masih sangat dominan, hal ini dibuktikan dengan kegiatan utama guru di dalam kelas hanya menyampaikan informasi yang bersifat satu arah sehingga anak cenderung menjadi pasif.
  2. Sebagian besar guru menyandarkan pemilihan bahan ajarnya pada buku teks yang telah baku, sehingga peserta didik kurang mendapat perspektif yang realistic dan berdayaguna bagi pemecahan masalah dalam kehidupan sehari hari.
  3. Adanya pengaturan tempat duduk dan penugasan yang cenderung mengisolasi satu anak dengan anak lainnya, sehingga mempersulit komunikasi dan pertukaran pikiran antar peserta didik.
  4. Pertanyaan yang dilontarkan lebih banyak bersifat konvergen daripada divergen, sehingga melumpuhkan kreativitas anak yang tentu juga mempengaruhi kemadirian anak, sebab anak yang kreatif cenderung mandiri.
2.      Pembelajaraan Diluar Kelas ( Outdoor Learning )
Proses pembelajaran luar kelas adalah proses pembelajaran yang dapat membangun makna (Input), kemudian prosesnya melalui struktur kognitif sehingga berkesan lama dalam ingatan atau memori (terjadi rekontruksi). Pendidikan luar kelas diartikan sebagai pendidikan yang berlangsung diluar kelas yang melibatkan pengalaman yang membutuhkan partisipasi siswa untuk mengikuti tantangan petualangan yang menjadi dasar dari aktivitas luar kelas. Jadi Outdoor learning adalah suatu kegiatan di luar kelas yang menjadikan pembelajaran di luar kelas menarik dan menyenangkan, serta lebih menyatu dengan alam.

Strategi Belajar Outdoor
1.      Pengelolaan Lingkungan Belajar Door Di Lembaga PAUD
Pada saat ini pendekatan model sentra menjadi tren dalam menyelenggarakan PAUD, berikut akan dibahas alasan penggunaan sentra dalam PAUD, yang meliputi :
1.   Nilai bermain
Seperti telah kita ketahui bahwa semboyan kegiatan pengembangan pada anak usia dini adalah ”bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain”. Bermain adalah pekerjaan anak-anak dan anak-anak selalu ingin bermain. Dalam bermain anak-anak mengembangkan sesuatu yang berbeda dan membedakan pendekatan yang terbaik. Dalam bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk melancarkan kegiatan, menjelajah dan menyaring bahasa mereka ketika mereka bicara dan mendengarkan anak-anak lainnya.
2.   Pusat Minat atau Pusat kegiatan (Sentra)
Salah satu pendekatan yang membantu kreativitas dalam penggunaan peralatan adalah dengan menyediakan salah satu bagian dari kegiatan, minat dan lingkungan dengan mengidentifikasi kegiatan dan peralatan untuk setiap kelompok anak di kelas. Dalam ruang kelas untuk anak usia dini, lingkungan didesain untuk pengembangan total secara alamiah bagi anak-anak. Kegiatan kelas menyediakan kesempatan
pada anak-anak untuk berpartisipasi secara individual dalam tim dan kelompok kecil.
3.    Sentra adalah pembelajaran terpadu
Sentra adalah pembelajaran terpadu yang terbaik. Dalam satu kegiatan belajar, anak-anak dapat mengembangkan aspek bahasa, kognitif fisik motorik, sosial emosionalnya dalam satu kesempatan. Penataan ruangan di lembaga PAUD yang dibahas dalam kegiatan belajar ini, ditujukan untuk pendidik (guru dan pengasuh) yang menginginkan kelasnya menjadi tempat yang menarik atau memadai sebagai tempat bermain dan belajar. Selain itu, dengan membaca kegiatan belajar ini, diharapkan para pendidik untuk lembaga PAUD tertarik mencoba menyusun ruangan sentra yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan kondisi lingkungan di lembaga PAUD di manapun berada dan memberi kesempatan kepada pendidik untuk menata dan mendesain ruangan kelasnya dengan cara yang kreatif sehingga proses pengembangan kemampuan anak dapat lebih optimal.Ada dua alasan penting bermain outdoor diperuntukkan untuk anak-anak usia dini. Pertama, banyak kemampuan anak yang harus dikembangkan dan didapatkan oleh anak. Kedua, kebiasaan orang tua yang menjauhkan area bermain dari anak-anak karena berbagai faktor dan lebih memilih memberikan anak-anak tontonan atau bermain komputer selain itu faktor lingkungan yang tidak aman membuat orang tua menjauhkan anak mereka untuk bermain di luar. Bermain outdoor membuat anak dapat menikmati kesenangan dan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Berbagai macam area yang ada di lingkungan bermain outdoor yang dikelilingi alam yang natural sehingga anak-anak dapat mengobservasi bendabenda yang ada di sekitarnya. Hal yang paling penting dari penataan lingkungan outdoor adalah anak mendapatkan pengalaman yang unik. Misalnya science yang datang dengan sendirinya secara natural, yaitu bereksplorasi dan mengobservasi dengan tangannya sendiri. Anak dapat melihat tentang perubahan warna, memegang kulit kayu sebatang pohon, mendengar suara jangkrik atau mencium udara setelah hujan turun, anak-anak menggunakan semua perasaan mereka untuk belajar tentang dunianya. Memperhatikan pentingnya tata lingkungan outdoor untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak maka anda harus memberikan perhatian serius dalam merancang dan menggunakan tempat bermain outdoor.
Strategi Belajar Out Door Bagi Anak Paud
Prinsip penataan area bermain outdoor pada anak usia dini adalah :
1.   Memenuhi aturan keamanan
2.   Harus sesuai dengan karakteristik alamiah anak
3.   Harus didasarkan pada kebutuhan anak dan
4.   Secara estetis harus menyenangkan
Spesifikasi alat permainan untuk arena bermain outdoor harus cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan dan prasyarat minimal serta memasukkan faktor lokasi, ukuran pagar, tanah lapang, permukaan dan naungan. Dalam merancang tempat bermain outdoor cara yang baik untuk memulai adalah mempertimbangkan beberapa variasi pengalaman yang akan anda berikan kepada anak didik. Beberapa pertimbangan yang dapat menjadi masukan ke dalam area aktivitas anak adalah variasi alat-alat permainan, aktivitas menggali dan menimbun, membersihkan permainan yang membutuhkan keheningan, bermain dengan binatang, berkebun, menjadi tukang kayu.
Kunci sukses dalam menggunakan area outdoor adalah amar, jauh dari kebisingan lalu lintas. Anak dapat dengan leluasa mengekspresikan idenya dengan aktivitas yang dilakukannya. Salah satu faktor keselamatan dan keamanan adalah penyesuaian perlengkapan dan peralatan berkenaan dengan ukuran fisik anak. Kecelakaan sering terjadi apabila perlengkapan dan peralatan tidak cocok dengan kemampuan dan ukuran fisik anak. Alasan mengapa anak-anak merasa tidak nyaman terhadap perlengkapan di area bermain adalah :
1.   Kecenderungan berfokus hanya pada satu aspek situasi;
2.   Kesulitan menilai ukuran;
3.   Anak kurang perhatian terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.
Untuk mencapai tujuan dari area bermain outdoor, pada kegiatan program dapat menambahkan atau menyertakan staf pengajar dan peneliti untuk mendukung hal tersebut dengan melakukan penelitian di area tersebut. Pelaksanaan outdoor antara lain: (a) menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning, (b) pendekatan kelas dengan menggunakan aturan serta tata tertib, (c) pengelolaan prilaku untuk anak yang tidak disiplin di Strategi Belajar Outdoor dilakukan dengan memberikan teguran, peringatan, serta ancaman, (d) guru memberikan kebebasan kepada anak saat bermain di area Alat Permainan Edukatif, tetapi guru juga bertindak mengawasi serta mengarahkan anak ketika terjadi penyimpangan prilaku anak.
       2.   Penanaman Pendidikan Karakter
Penanaman pendidikan karakter melalui outdoor antara lain: (a) guru memberikan arahan dan bimbingan kepada anak secara kondisional, (b) guru menanamkan pendidikan karakter kepada anakanak dengan melakukan kegiatan pembiasaan yang disesuaikan dengan budaya sekolah, (c) guru menerapkan model keteladanan kepada anak; (5) evaluasi Strategi Belajar Outdoor yaitu: (a) untuk anak-anak, evaluasi dilakukan melalui laporan buku kegiatan pagi, (b) adanya evaluasi berupa tes diakhir semester, (c) evaluasi perkembangan prilaku anakanak melalui buku rapor yang isinya sesuai dengan prilaku anak-anak sehari-harinya di Strategi Belajar Outdoor, dan (d) untuk guru, evaluasi dilakukan oleh kepala TK dengan mengadakan kunjungan ke setiap pos Strategi Belajar Outdoor.
         3.   Problem yang terjadi
 Masalah-masalah dan pemecahan masalah pada Strategi Belajar Outdoor diantaranya adalah: (a) anak yang bersikap seenaknya diatasi dengan melakukan kegiatan pembiasaan secara rutin untuk anak-anak, (b) anak yang mogok sekolah diatasi dengan melakukan pendekatan personal dan orang tua, dan (c) cuaca yang kurang mendukung, cara mengatasinya adalah dengan memindahkan kegiatan di area yang nyaman serta aman untuk melakukan aktivitas outdoor.
Manfaat Strategi  Belajar outdoor
 Strategi  outdoor dalam implementasinya memiliki pengaruh dominan terhadap perkembangan sosial emosional anak anak, perkembangan kognitif, serta perkembangan fisiknya.  Berikut deskripsi dari tiga perkembangan tersebut.
1.    Strategi  Belajar Outdoor Terhadap Sosial Emosional
Dalam prakteknya Outdoor memberikan sumbangan pada kecerdasan emosional, sehingga anak –anak sejak dini telah dibekali dengan rasa kasih sayang, cinta, dan rasa iba. Dengan cinta anak-anak akan mengenali pikiran, perasaan dan sikap orang lain (empathy); dengan cinta anak-anak  memiliki rasa iba (compassion); cinta membuat anak-anak ramah dan penuh kasih sayang (kidness), cinta mengajari anak-anak   murah hati (generosity); Cinta mengondisi diri anak-anak untuk mudah membantu orang lain (service), cinta akan membuat anak-anak  menjadi seorang pemaaf (forgiveness). Untuk mewujudkan hal tersebut maka dalam merancang (implementasi) kegiatan outdoor, diarahkan kepada tujuan antara lain:
a.       Mendemonstrasikan kemampuan sosial dengan membantu merawat taman, berpartisipasi dalam permainan bersama teman sebaya,
b.      Berunding dan kompromi serta kooperatif dengan sesama teman dalam menggunakan peralatan yang ada di arena bermain, berbagai alat , seni bermain kelompok.
c.       Mengekspresikan kreativitas, dengan membuat berbagai benda, seni, mengembangkan permainan baru.
d.       Mempertinggi rasa percaya diri (guna mengasah motorik halus dan motorik kasar)
e.       Menambahkan kemandirian, seperti mendaki, turun dengan menggunakan tali sendiri dan lainnya.
f.       Menunjukkan prestasi yang dibanggakan, seperti memperkuatkan kekuatan fisik, membawa hewan peliharaan dan lain sebagainya.
 2.   Strategi Belajar Outdoor Terhadap  Perkembangan Kognitif
Meminjam buah pikir Piaget (1972: 49-91) “Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya akan memperoleh hambatan. Berpangkal dari pikiran ini maka sangatlah diharapkan jika pada usia dini, memberikan stimulasi pada anak, agar fase-fase perkembangan berjalan secara sekuensial. Kegiatan outdoor sangat membantu aktivitas ini, karena dalam implementasinya, anak dapat menangkap secara utuh berbagai pengalaman kognisi, secara alami, tanpa mengalami tekanan, karena dibungkus dalam permainan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dalam merancang (implementasi) kegiatan outdoor terkait dengan perkembangan kognisi, diarahkan kepada tujuan antara lain:
a.       Membuat suatu keputusan yang diambilnya sendiri.
b.      Merencanakan dan memiliki banyak ide dalam segala bentuk permainan yang di berikan.
c.       Memecahkan masalah dari setiap permainan yang diberikan oleh guru pembimbingnya, seperti membuat terowongan di bukit  pasir dan dapat melakukan perpindahan permainan dari satu permainan ke permainan yang lain.
d.      Menggali pengalaman melalui berbagai peran dan kegiatan bermain.
e.        Dapat bekerjasama dengan teman-teman sepermainannya.
f.       Mengembangkan pemahaman konsep awal dalam bidang matematikag.       Memperkaya kosakata  dalam berdialog.
3.   Strategi Belajar Outdoor Terhadap  Perkembangan Fisik
 Mengabaikan pentingnya perkembangan fisik akan memiliki dampak panjang, perkembangan fisik yang tidak semestinya, akan berpengaruh pula pada perkembangan kognisi maupun emosi sosial. Saat usia dini anak sangat diharapkan memiliki perkembangan fisik yang bagus, dengan modal itulah maka akan mendorong bangkitnya kognisi anak, bahkan akan bermuara pada kecerdasan anak. Strategi Belajar Outdoor memberikan ruang gerak yang amat bebas, dan secara bersamaan dapat meningkat perkembangan anak secara total dan optimal.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka dalam merancang (implementasi) kegiatan outdoor terkait dengan perkembangan fisik anak, diarahkan kepada tujuan antara lain:
a.       Mengembangkan motorik kasar dalam setiap kegiatan permainan sehari-hari. Seperti mendaki, bergelayutan, melompat, loncat tali dan berlari-lari
b.      Mengembangkan motorik halus seperti bermainan dengan air dan pasir, menggambar, melukis, mengumpulkan benda-benda kecil.
c.         Menambah koordinasi  gerakan dengan  mata dan tangan.
d.      d.Mengatur keseimbangan badan dalam melakukan kegiatan dalam permainan.    Menambah kesadaran akan ruang dan tempat tempat bermain.
e.       Menunjukkan ketekunan dan ketahanan dalam melakukan kegiatan bermain dari sarana yang digunakan.



















BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran. Sebelum melakukan proses pembelajaran seorang pendidik diwajibkan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Model-model pembentukan kelas yaitu, bentuk U, bentuk kelompok, bentuk melingkar, bentuk konferensi, bentuk klasikal, dan bentuk acak. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) meliputi tiga hal utama yaitu pembukaan, inti (pembentukan kompetensi), dan penutup. Selain itu juga Strategi Outdoor bermanfaat bagi:
1.      Manfaat fisik: dengan bergerak bertujuan (bukan sekedar bergerak), anak akan belajar koordinasi motorik kasar, yang merupakan dasar dari segala keseimbangan tubuh dan pikiran kelak. Anak juga belajar kelincahan, yang nantinya di generalisasi untuk kelincahan berpikir. Banyak bergerak juga membuat anak lebih sehat, jadi modal dasar buat segala pertumbuhan perkembangan yang lain.
2.      Manfaat kognitif: dengan bermain di luar ruang, anak akan lebih luas wawasannya, mulai dari wawasan lingkungan, sampai wawasan segala strategi permainan yang dimainkan. Luasnya wawasan bisa meningkatkan keluasan minat, juga bisa meningkatkan kreativitas untuk memecahkan berbagai masalah. Koordinasi motorik kasar yang baik meningkatkan kemampuan anak dalam berkonsentrasi, dan ini berkaitan dengan kemampuan mengingat anak.
3.      Manfaat bahasa: anak mendapatkan berbagai kosakata tentang kehidupan di luar ruang. Ketika berinteraksi dengan teman-teman, ia juga belajar tentang cara berkomunikasi dengan teman-teman bermain.
4.      Manfaat emosi: anak belajar mengalami ragam emosi (senang, girang, sedih, marah, malu, merasa bersalah, dll) dalam konteks bermain, dan belajar mengatasinya. Bermain di luar ruang dan banyak bergerak juga melepaskan tekanan emosi anak sehingga emosi negatif (marah, sedih, kesal, dll) cenderung berkurang, stres pun ikut berkurang.
5.      Manfaat sosial: terutama didapat ketika anak bermain dengan anak lain. Mereka belajar bekerja sama dalam 1 tim, belajar saling memengaruhi, saling menjatuhkan, saling menolong, dan berbagai keterampilan sosial lainnya. Teman-teman yang didapat juga bisa jadi teman masa kecil yang dikenang, atau jadi teman seumur






























DAFTAR PUSTAKA











1 komentar:

  1. Slot machine casino site - Choegocasino
    Choegocasino offers slot 카지노사이트 machines and games for all types of machines. Read our Casino หาเงินออนไลน์ Site review 1xbet for more details. Rating: 5 · ‎2 votes

    BalasHapus