Kamis, 26 Desember 2013

Makalah Perkembangan Study Islam

 BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sejarah perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim dari masa keemasan ada banyak sekali kisah atau hal yang dapat dipelajari, bahkan pendekatan-pendekatan dan  metode-metodenya bisa juga diterapkan dalam era modern seperti di zaman sekarang ini. Sejarah perkembangan studi Islam ini merupakan bidang studi yang banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim maupun nonmuslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat dapat diperoleh dari penelitian perkembangan studi tersebut. Seperti halnya perkembangan, pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain dalam studi islam.
Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah perkembangan studi Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai, serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al-Qur`an dan terjabar dalam Sunnah Rasul bermula sejak Nabi Muhmmad SAW menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.    Bagaimana sejarah awal studi Islam?
2.    Bagaimana metode pembelajaran Islam?
3.    Bagaimana perkembangan lembaga pendidikan Islam?
4.    Bagaimana perkembangan studi Islam di Barat?
5.    Bagaimana perkembangan studi Islam di Indonesia?
6.    Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan?
7.    Bagaimana munculnya studi Islam sebagai bagian dari studi ketimuran (Oriental Studies)?


C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1.    Mengetahui sejarah awal studi Islam.
2.    Mengetahui metode pembelajaran Islam.
3.    Mengetahui perkembangan lembaga pendidikan Islam.
4.    Mengetahui perkembangan studi Islam di Barat.
5.    Mengetahui perkembangan studi Islam di Indonesia.
6.    Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan.
7.    Mengetahui kemunculan studi Islam sebagai bagian dari studi ketimuran (Oriental Studies).























BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah Awal Studi Islam
Masa kejayaan pendidikan Islam merupakan satu periode dimana pendidikan Islam berkembang pesat yang ditandai dengan berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan madrasah (sekolah-sekolah) formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga-lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan berbagai macam aspek budaya umat Islam.
Pada masa kejayaan ini, pendidikan Islam merupakan jawaban terhadap tantangan perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam. kebudayaan Islam telah berkembang dengan cepat sehingga mengungguli dan bahkan menjadi puncak budaya umat manusia pada masa itu. Dalam perkembangan kebudayaan Islam, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern atau pembawaan dari ajaran Islam itu sendiri dan faktor ekstern yaitu berupa tantangan dan rangsangan dari luar.
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (170-193 H). Karena beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai kecerdasan serta didukung negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah Al-Qur`an, agama, membaca, menulis, dan syair. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran khittabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, ilmu-ilmu pokok seperti Al-Qur`an, syair dan fiqh.
Di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, kurikulumnya adalah ilmu agama dengan Al-Qur`an sebagai intinya. Selain itu hadits dan tafsir. Hadits merupakan materi penting di masjid-masjid, karena kedudukannya sebagai sumber agama Islam yang kedua, setelah Al-Qur`an. Sedangkan tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan Al-Qur`an dengan penafsirannya.
Pelajaran fiqh, merupakan materi kurikulum yang paling populer karena bagi mereka yang ingin mencapai jabatan-jabatan dalam pengadilan harus mendalami bidang studi tersebut. Banyaknya muslim yang tertarik pada ilmu fiqh karena besarnya penghasilan yang diperoleh ahli-ahli fiqh dalam memecahkan masalah fiqhiyah seperti masalah warisan menyebabkan berkembangnya kebiasaan buruk sebagaimana yang dikritik oleh Al- Ghazali yaitu munculnya ahli fiqh yang memberikan fatwa-fatwa demi mengharap imbalan harta.
Seni berdakwah (retorika) juga membentuk bagian penting dalam pengajaran ilmu-ilmu agama, karena kemampuan menyampaikan dakwah dengan meyakinkan dan pelajaran yang ilmiah serta memainkan peranan penting dalam kehidupan keagamaan dan pendidikan Islam di kalangan masyarakat muslim. Mata pelajaran retorika teridiri dari tiga cabang yaitu Al- Ma`ani yang membahas perbedaan kalimat dan bagaimana melafalkannya dengan jelas, Al- Bayan, yang mengajarkan seni mengekspresikan ide-ide dengan fasih dan tidak mengandung arti ganda, dan Al- Badi yang membahas kata-kata indah dan hiasan kata dalam pidato.

B.       Metode Pembelajaran
Metode pemngajaran merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada anak didiknya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilihan ilmu oleh murid, sehingga murid dapat menyerap apa yang disampaikan gurunya.
Metode pengajaran yang dipakai pada masa dinasti Abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu:
1.      Metode lisan
Metode ini dapat berupa dikte, ceramah, qira`ah, dan dapat berupa diskusi. Dikte (imla) adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang dianggap baik dan aman sehingga pelajar mempunyai catatan yang dapat membantunya terutama bagi yang daya ingatnya tidak kuat. Metode ceramah (al-asma`), yaitu guru membacakan bukunya atau menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Pada saat tertentu guru memberi kesempatan kepada murid untuk menulis dan bertanya. Metode qira`ah (membaca) biasanya digunakan untuk membaca. Sedangkan diskusi merupakan metode pengajaran dalam pendidikan Islam dengan cara perdebatan.
1.      Metode hafalan
Metide ini dilakukan oleh murid dengan cara membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Dalam proses selanjutnya, murid mengeluarkan kembali pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam suatu diskusi dia dapat merespon, mematahkan lawan, atau memunculkan ide baru.



1.      Metode tulisan
Metode ini merupkan metode pengkopian karya-karya ulama. Metod ini di samping bermanfaat bagi proses penguasaan pengetahuan juga sangat besar artinya bagi penggandaan jumlah buku karena pada masa itu belum ada mesin cetak.
Di antara ciri khas pendidikan di masa dinasti Abbasiyah adalah teacher oriented , yaitu kualitas suatu oendidikan tergantung pada guru. Pelajar bebas mengikuti suatu pelajaran yang dikehendaki dan bisa belajar dimana saja, misdalnya di perpustakaan, toko buku, rumah ulama atau tempat terbuka. Pelajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pelajar tidak tetap, yang terdiri dari para pekerja yang mengikuti pelajaran untuk menunjang profesi dan pelajar tetap, yaitu pelajar yang mempunyai tujuan utama untuk belajar dan menghabiskan sebagian hidupnya untuk belajar.

C.      Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
1.      Lembaga Pendidikan Islam Nonformal
a.    Kutab sebagai Lembaga Pendidikan Dasar
Kutab atau maktab, berasal dari kata dasra kattaba yang berarti menulis atau tempat menulis. Pada mulanya dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan, yang diajarkan adalah menulis dan membaca. Kemudian pada akhir abad pertama hijriyah, kutab tidak hanya mengajarkan menulis dan membaca, tetapi juga mengajarkan membaca Al-Qur`an dan pokok-pokok ajaran Islam.
b.   Pendidikan Rendah di Istana
Pendidikan anak di istana berbeda dengan pendidikan di kutab pada umumnya. Di istana orang tua murid membuat rencana pelajaran yang selaras dengan anaknya. Guru yang mengajar disebut Mu`addib, karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan serta pengetahuan.
c.    Toko-Toko Kitab
Toko-toko kitab bukan hanya sebagai tempat berjual beli saja, tetapi juga sebagi tempat berkumpulnya para ulama, pujangga, dan ahli-ahli ilmu pengetahuan untuk berdiskusi, berdebat, bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah atau sekaligus sebagai lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.

d.   Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan)
Pada masa kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, rumah-rumah para ulama dan ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Di antaranya, rumah Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ali Ibnu Muhammad Al-Fashihi, Ya`qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah, dan Al-Aziz Billah Al-Fathimy.
e.    Majelis Kesusasteraan
Yaitu majelis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan.
f.    Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi)
Badiah digunakan sebagai tempat untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih dan murni serta mempelajari syair-syair dan sastra Arab. Ulama-ulama yang banyak pergi ke Badiah untuk tujuan tersebut di antaranya:
·           Al-Khalil bin Ahmad (160 H). Ia pergi ke badiah Hijaz, Najd, dan Tihamah.
·           Bajar bin Burd (167 H). Ia belajar kepada 80 orang syekh di Bani Aqil.
·           Al-Kasai (182 H). Ia belajar di badiah dan menghabiskan 15 botol tinta untuk menulis tentang Arab.
·           Imam Syafi`i (204 H). Ia belajar di Hudzail selama 17 tahun.
g.   Rumah Sakit (Bimaristan)
Pada masa dinasti Abbasiyah yang mendirikan rumah sakit adalah Harun al Rasyid, yang memerintahkan kepada dokter Jibrail bin Buhtaisu untuk mendirikan rumah sakit di Baghdad. Di sebelah rumah sakit ada perpustakaan dan bilik untuk mengajarkan ilmu kedokteran dan ilmu obat-obatan.
h.   Perpustakaan
Perpustakaan menjadi aspek budaya yang penting dan sebagai tempat belajar serta sumber pengembangan ilmu pengetahuan. Perpustakaan ada 3 macam, yaitu:
·           Perpustakaan baitul hikmah di Baghdad, didirikan oleh Khalifah Harun Al-Rasyid. Perpustakaan ini berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab dan ilmu umum yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia, India, Qibty, dan Arami.
·           Perpustakaan Al-Haidariyah di Najaf (Irak) di sebelah makam Ali bin Abi Thalib.
·           Perpustakaan Ibnu Suwar di Basrah, didirikan oleh Abu Ali bin Suwar. Dalam perpustakaan ini diadakan khalakah pelajaran.
·           Perpustakaan Sabur didirikan pada tahun 383 H oleh Abu Nasr sabur bin Ardasyir. Dalam perpustakaan ini kurang lebih ada 10.400 jilid buku.
·           Darul Hikmah di Kairo (Mesir), didrikan oleh Al-Hakim Biamrillah Al-Fathimy tahun 395 H.
·           Perpustakaan khusus, yaitu perpustakaan Al-Fath bin Khagan Wazir Al-Mutawakkil Al-Abbasy (247 H), Perpustakaan Hunain bin Ishaq (264 H), dan Perpustakaan Ibnu Al-Khassyah (567 H).
·           Perpustakaan di Andalusia, perpustakaan yang besar adalah perpustakaan di Kurtubah (Cordova). Didirikan oleh Al-Hakam bin an Nashir yang menjadi khalifah di Andalusia tahun 350 H.
i.     Ribath (Khaniqah)
Ribath adalah kamp, tempat tentara yang dibangun di perbatasan negeri untuk mempertahankan negara dari serangan musuh. Ribath yang terbesar adalah di sebelah utara negeri Syam (Syiria) dan utara Afriqiah (Tunisia). Ribath digunakan sebagai tempat tinggal orang-orang sufi dan tempat penginapan alim ulama dan pelajar yang datang dari luar negeri untuk belajar hadits, ilmu agama, dan bahasa Arab.
2.      Lembaga Pendidikan Formal
Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan ciri hafalan namun sudah dikenalkan logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah Abbasiyah sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo.
Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni: (1) Nizhamiyah di Baghdad, (2) Al-Azhar di Kairo Mesir, (3) Cordova, dan (4) Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam ini digambarkan sebagai berikut:


a.         Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan Tinggi Nizhamiyah di Baghdad berdiri pada tahun 455 H / 1063 M. perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di Baghdad, yakni Bait Al-Hikmat, yang dibangun oleh Al-Makmun (813-833 M). salah seorang ulama besar yang pernah mengajar disana, adalah ahli pikir Islam terbesar Abu Hamid Al-Ghazali (1058-1111 M) yang kemudian terkenal dengan sebutan imam Ghazali.
Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup selama hampir dua abad. Yang pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
b.        Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima Besar Juhari Al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi Al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan Al-Hakim Biamrillah khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia pun membangun pepustakaan terbesar di Al-Qahira untuk mendampingi Perguruan tinggi Al-Azhar, yang diberri nama Bait Al-hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di Baghdad.
Pada tahun 567 H/1171 M daulat Fathimiah ditumbangkan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang mendirikan Daulat Al-Ayyubiah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasiyah di Baghdad. Kurikulum pada Pergutuan Tinggi Al-Azhar lantas mengalami perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni. Ternyata Perguruan Tinggi Al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20 dan tampaknya akan tetap selama hidupnya.
Universitas Al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, fakultas-fakultas yang ada sama dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah tahun 1961, di universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas agama.
c.         Perguruan Tinggi Cordova
Adapun sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa ditangan daulat Ummayah semenanjung Iberia yang sejak berabad-abad terpandang daerah minus, berubah menjadi daerah yang makmur dan kaya raya. Pada masa berikutnya Cordova menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang Zaman Tengah. The Historians History of the World, menulis tentang perikeadaan pada masa pemerintahan Amir Abdurrahman I sebagai berikut: demikian tulis buku sejarah terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu yang merupakan pusat intelektual di Eropa dan dikagumi kemakmurannya.
Sejarah mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dutuntutnya ialah geometri, algebra (aljabar), matematika. Gerard dari Cremonia belajar ke Toledo seperti halnya Adelhoud ke Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.
d.        Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko
Perguruan tinggi ini berada di kota Fez (Afrika Barat) yang dibangun pada tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairwan (Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah dan sejak itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara. Seperti halnya Perguruan tinggi Al-Azhar, perguruan tinggi Kairwan masih tetap hidup sampai kini. Diantara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal.
Penyebab utama kemunduran dunia muslim khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera perang salib. Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu.

D.      Perkembangan Studi Islam di Barat
Kontak Islam dengan Barat (Eropa) dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yakni: (1) di masa kejayaan Islam (abad ke 8 M) kalau melihat Spanyol adalah abad 13 M, dan (2) di masa renaissance/ runtuhnya muslim, dimana Barat yang berjaya (selama abad ke 16 M) sampai sekarang.
1.        Fase Kejayaan Muslim
Kontak pertama antara dunia Barat dengan dunia muslim adalah lewat kontak perguruan tinggi. Bahwa sejumlah ilmuan dan tokoh-tokoh barat datang di perguruan tinggi muslim untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dunia Islam belahan timur, perguruan tinggi tersebut berkedudukan di Baghdad dan di Kairo, sementara di belahan barat ada di Cordova. Bentuk lain dari kontak dunia muslim dengan dunia barat pada fase pertama adalah penyalinan manuskrip-manuskrip ke dalam bahasa latin sejak abad ke-13 M hingga bangkitnya zaman kebangunan (renaissance) di Eropa pada abad ke-14.
Berkat penyalinan karya-karya ilmiah dari manuskrip-manuskrip Arab itu, terbukalah jalan bagi perkembangan cabang-cabang ilmiah tersebut di Barat. Apalagi sesudah aliran empirisme yang dikumandangkan oleh Francis Bacon menguasai alam pikiran di Barat dan berkembangnya observasi dan eksperimen.
Setelah ilmu-ilmu yang dahulunya dikembangkan muslim masuk ke Eropa dan dikembangkan oleh sarjana-sarjana Barat, dirasakan banyak tidak sejalan dengan Islam. Misalkan dirasakan dirasuki oleh paham sekuler dan sejenisnya. Karena itu, beberapa ilmuan melakukan usaha pembersihan.
2.        Fase Renaissance/ Runtuhnya Muslim
Selama abad renaissance Eropa menguasai dunia untuk mencari mata dagangan, komersial, dan penyebaran agama. Kedatangan muslim fase kedua ke dunia barat, khususnya Eropa Barat dilatar belakangi oleh dua alasan pokok, yakni: (1) alasan politik dan (2) alasan ekonomi. Alasan politik adalah kesepakatan kedua negara, yang satu sebagai bekas penjajah, sementara yang satunya sebagai bekas jajahan. Misalnya Perancis mempunyai kesepakatan dengan negara bekas jajahannya, bahwa penduduk bekas jajahannya boleh masuk ke Perancis tanpa pembatasan. Maka berdatanglah muslim dari Afrika Barat dan Afrika Utara, khususnya dari Algeria ke Perancis. Adapun alasan ekonomi adalah untuk mencukupi tenaga buruh yang dibutuhkan negara-negara Eropa Barat. Untuk menutupi kebutuhan itu Belgia, Jerman, Belanda merekrut buruh dari Turki, Maroko, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Sementara Inggris mendatangkan dari negara-negara bekas jajahannya. Adapun kategori Muslim yang ada di Eropa Barat ada dua, yakni pendatangg (migran) dan penduduk asli.

E.       Perkembangan Studi Islam di Indonesia
Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan bahwa lembaga/ sistem pendidikan Islam di Indonesia mulai dari sistem pendidikan langgar, kemudian sistem pesantren, kemudian berlanjut dengan sistem pendidikan di kerajaan-kerajaan Islam, akhirnya muncul sistem kelas.
Maksud pendidikan dengan sistem langgar adalah pendidikan yang dijalankan di langgar, surau, masjid atau di rumah guru. Kurikulumnya pun bersifat elementer, yakni mempelajari abjad huruf arab. Dengan sistem ini dikelola oleh ‘alim, mudin, lebai. Mereka ini umumnya berfungsi sebagai guru agama atau sekaligus menjadi tukang baca do’a. Pengajaran dengan sistem langgar ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan sorongan, yakni seorang murid berhadapan secara langsung dengan guru dan bersifat perorangan. Kedua, adalah dengan cara halaqah, yakni guru dikelilingi oleh murid-murid.
Adapun sistem pendidikan di pesantren, dimana seorang kyai mengajari santri dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran/ pendidikan dan didukung oleh pondok sebagai tempat tinggal santri. Di pesantren juga berjalan dua cara yakni sorongan dan halaqah. Hanya saja sorongan di pesantren biasanya dengan cara si santri yang membaca kitab sementara kyai mendengar sekaligus mengoreksi jika ada kesalahan.
Sistem pengajaran berikutnya adalah pendidikan dikerajaan-kerajaan Islam, yang dimulai dari kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Adapun materi yang diajarkan di majlis ta’lim dan halaqah di kerajaan pasai adalah fiqh mazhab Al-Syafi’i.
Pada akhir abad ke 19 perkembangan pendidikan Islam di Indonesia mulai lahir sekolah model Belanda: sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Sekolah khusus bagi ningrat Belanda, sekolah Vernahuler khusus bagi warga negara Belanda. Di samping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai sistem yang sama dengan sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti sekolah Taman Siswa. Kemudian dasawarsa kedua abad ke 20 muncul madrasah-madrasah dan sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, NU, dan Jama’at Al-Khair.
Pada level perguruan tinggi dapat digambarkan bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sejak zaman kolonial. Pada bulan April 1945 diadakan pertemuan antara berbagai tokoh organisasi Islam, ulama, dan cendekiawan. Setelah persiaapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan dengan Isra’ dan Mi’raj diadakan acara pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Dari sinilah sekarang kita mengenal UII, IAIN, UIN, dan STAIN.

F.       Perkembangan Ilmu Pengetahuan
1.         Ilmu Tafsir
Ulama-ulama tafsir tidak hanya menerangkan makna-makna Al-Qur`an saja, tetapi juga menerangkan sebab-sebab turunnya ayat, bukti-bukti dari segi bahasa, nahwu, balaghah, yang dikandungnya dan dengan akidah dan hukum-hukum fiqh yang bisa dihasilkan dari ayat-ayat tersebut. Seperti tafsir Imam Salam Al-Basri (w.200 H), tafsir Mufradat Al-Qur`an (bahasa Al-Qur`an) karangan Al-Roghib Al-Asfahani, tafsir Abu Ishaq Al- Zajjaj, tafsir Al-Bahr al Muhit (masalah nahwu) karangan Abu Hayyan, tafsir Al-Kasysyaf (segi balaghah) oleh Al-Zamakhsyari, tafsir Al-Qurtubi (penentuan hukum-hukum fiqh), dan tafsir Al-Fahr Al-Razi yang bernama Mafatih Al-Ghayb yang menitik beratkan pada aspek intelektual.
2.        Ilmu Qira`at
Lahirnya madzhab qira`at di Andalusia seperti Abu `Umar Al-Dani, Abu Muhammad Al-Syatibi, dan Abu Abdullah Al-Sarbini Al-Kharraz.
3.        Ilmu Hadits
Diantara ulama-ulama yang menganjurkan penghimpunan hadits-hadits shahih adalah Imam Malik bin Anas (95-179 H) yang menulis kitab Al-Muwatha`, kemudian diikuti oleh Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhori (259 H) dan muridnya Muslim bin Al Hajaj Al-Nisaburi (w.261 H). Kemudian muncul kitab-kitab hadits shahih yang dikarang oleh ulama-ulama terkenal seperti Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy`ath Al- Sajistani (w.275 H), Imam Abu `Isa Tirmidzi (w.273 H), dan Imam Al-Nasai (w.303 H).
4.        Ilmu Fiqh
Di antara yang terkenal dalam bidang ini adalah Abu Hanifah Al-Nu`man bin Tabith pendiri madzhab Hanafi (80 – 150 H), Malik bin Anas Al-Asbahi (95 – 179 H), Abu Abdullah Muhammad bin Idris Al- Syafi`i (150-204 H), dan Imam Ahmad bin Hanbal Al-Syaibani (164-241 H).
5.        Ilmu Ushul Fiqh
Diantara yang terkenal dalam bidang ini adalah Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi`i, Abu Bakar Al-Syasyi Al-Qaffal Al-Syafi`i, Al-Walid Al-Baji Al-Andalusi, Al-Syatibi dengan kitabnya Al-Muwafaqot fi Ushul Al-Ahkam, Al-Ghazali dengan kitab Al-Mustasfa. Juga terkenal Al-Baqillani, Ibnu Al-Hajib, dan Abu Ishaq Ibrahim Al-Nisaburi.
6.        Ilmu Kalam
Di antara yang terkenal di kalangan madzhab Asy`ari adalah Abu Bakar Al-Bakillani, Imam Al-Haramain, Abdul Kohir Al-Baghdadi, Al-Ghazali, Al-Syahrastani, Abu Al-Ma`ali, dan Al-Juwaini.
7.        Ilmu Tasawuf
Mula-mula tasawuf Islam berdasar pada Al-Qur`an dan Sunnah seperti yang diamalkan para sahabat, tabi`in, dan ulama-ulama fiqh, seperti Malik bin Anas dan Ahmad bin Hanbal. Kemudian muncul tasawuf sunni yang berkembang ditangan Al-Harits, Al-Muhasibi, dan Abu Al-Qasim Al-Junaid dan pada puncaknya ditangan Al-Ghazali yang tersebar melalui tariqat Syaziliah.
8.        Ilmu Tulen
a.    Ilmu Matematika, di antarnya yang terkenal adalah Muhammad bin Musa Al- Khawarizmi (w.236 H) yang menulis Al-Jabar dalam bukunya Al- Jibr wal Muqabalah, Al-Qaslawi yang menggunakan simbol dalam matematik, Al-Tusi yang menunjukkan kekurangan teori eclideus.
b.    Ilmu Falaq, di antara yang terkenal adalah Muhammad Al-Fazzari (w.158 H), sebagai ahli falaq Islam yang pertama dan penerjemah buku Al-Sind Hind. Kemudian Abu Ishaq bin Habib bin Sulaiman (w.160 H) yang menulis buku falaq dan mencipta alat-alat teropong bintang, Musa bin Syakir yang menulis buku ilmu falaq berjudul Kitab Al- Ikhwah Al- Thalathah, Abu Ma`asyar bin Muhammad bin Umar Al-Balkhi, dengan bukunya Al- Madkhal Ila Ahkam Al- Nujum, dan Ibnu Jabir Al- Battani (w.318 H), salah seorang pelopor trigonometri.
c.    Ilmu Musik, seperti Al-Kindi, Al- Farabi, dan Ibnu Sinac.
9.        Ilmu Kealaman dan Eksperimental
a.    Ilmu Kimia, yang pertama kali menerjemahkan ilmu kimia ke dalam bahasa Arab ialah Amir Umaiyah Khalid bin Yazid bin Muawiyah (w.85 H). Kemudian diikuti oleh Al-Kindi, Al-Razi, Ibnu Sina, Abu Mansur Muwaffaq, Muhammad bin Abdul Malik, dan Mansur Al-Kamili.
b.    Ilmu Fisika, salah seorang yang paling berpengaruh dalam bidang ini adalah Al-Hasan bin Al-Haitham (w.430 H), salah satu bukunya adalah Al-Manazir.
c.    Ilmu Biologi, di antara yang terkenal adalah Abu Bakar Muhammad Al-Razi (w.315 H), seorang dokter yang menulis tentang tumbuhan bunga dan buah-buahan. Diikuti oleh Ibnu Sina (w.423 H) seorang filosof dan dokter yang menulis tentang tubuh-tumbuhan dalam bukunya Al-Qanun.
10.    Ilmu Terapan dan Praktis
a.       Ilmu Kedokteran, di antara ilmuwan-ilmuwan muslim yang terkenal adalah Abu Bakar Al-Razi (w.351 H), bukunya yang termasyhur adalah Al-Hawi sebagai ensiklopedia kedokteran. Kemudian Ibnu Sina yang mengarang buku Al-Qanun yang juga dianggap ensiklopedia kedokteran dan farmasi, Ali Al-Abas (w.348 H) dengan bukunya Kamil Al- Sina`ah fi Al- Tib. Juga terkenal dokter mata dan pengarang buku Al- Tazkir yaitu Ibnu Al-Jazzar (w.1009 H). Abu Al-Qasim Al-Zahrawi, seorang tukang bedah di Andalusia yang menulis buku Al- Tasrif liman `Aziz `an Al- Ta`alif, Abu Marwan Abdullah bin Zuher Al-Isyabili Al-Andalusi seorang ahli kedokteran klinik terbesar, `Ala Al-Din `Ali bin Abi Hazm Al-Qurasyi Al-Dimasqi (Ibnu Al-Nafis) seorang ahli anatomi, Ibnu Al-Khatimah yang menulis tentang penyakit campak dan lain-lain.
b.      Ilmu Farmasi, ahli-ahli yang menulis khusus mengenai farmasi yaitu Al-Razzi, Abd Rahman bin Syahid Al-Andalusi, Masawaih Al-Mardini, Ibn Wafid Al-Tulaitali Al-Andalusi, Ibnu Al-Baitar, Abu Abdullah bin Sa`id Al-Tamimi, dan Ahmad bin Khalil Al-Qafiqi.
c.       Ilmu Pertanian, di antara yang terkenal adalah Ibn Al-Rumiyah Al-Isyabili dan muridnya Ibn Al-Baitar, Zakariya bin Muhammad bin Al- `Awwam Al-Isyabili yang menulis kitab Al-Falahah.

G.      Munculnya Studi Islam sebagai Bagian dari Studi Ketimuran (Oriental Studies)
Setelah studi klasik meluas di Eropa pada abad ke-16, Studi Ketimuran (Oreintalis Studies) ditengarai muncul pada abad ke-19, meskipun studi islam tentang negara Arab mengalami kemunduran paling tidak abad ke-6, bahkan lebih awal lagi. Studi ketimuran mencakup kajian tentang bahasa, sjarah dan budaya dari Asia dan Afrika Utara. Kajian-kajian tersebut berdasarkan pada filologi dalam arti yang lebih luas, yaitu kajian-kajian terhadap budaya melalui studi terhadap sumber asalnya, khususnya dari teks-teks yang dianggap otoritatif. Studi Ketimuran dibangun berdasarkan pola Studi Klasik dan hampir selalu berkaitan dengan masa lampau. Alasan kenapa perluasan dalam studi Ketimuran ini terjadi pada abad ke-19, sangatlah komlek dan tidak dapat disampaikan secara detail disini. Ekspansi ekonomi dan politik ke Asia dan Afrika telah diiringi dengan tumbuhnya minat terhadap keberagamaan dan budaya mereka. Studi islam kemudian berkembang menjadi cabang ilmu yang berbeda dari studi Ketimuran dalam paruh kedua abad ke-19. Pada saat itu, kajian tentang sastra dan bahasa Timur telah menjadi disiplin akdemis yang berdiri sendiri di universitas-universitas Eropa. Hal itu terjadi selama beberapa waktu, sebelum studi islam menjadi bidang ilmu yang independen dalam keseluruhan dari studi ketimuran.
Sebagaimana studi Ketimuran pada umumnya, studi islam berdiri sendiri terlepas dari teologi (termasuk missologi) dan tidak terpengaruh oleh polemik dan apologi. Sebagi sebuah disiplin ilmu, studi Islam berad dibawah fakultas seni atau dibawah sub-bagiannya (jurusan-jurusan), misalnya, study budaya (Kulturwissenchaften) dan bukan berda dibawah fakultas Teologi.
Dalam perkembangannya, studi islam di negara-negara Barat manapun, dalam bagian tertentu dapat dibedakan sebagai berikut:
a.    Studi islam mensyaratkan kajian intensif tentang bahasa Arab sebagai bahasa. Diantara pemula pakar bahasa Arab dari Jerman adalah Johann Jakob Reiske (1716-1774). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang luas di Eropa sejak pemulaan abad ke-19. Salah satu dari ahli-ahli dalam bidang ini adalah seorang sarjana Perancis A.I. Sylvestre de sacy (1758-1838).
b.    Studi teks hanya dapat dilakukan berdasarkan pada pengetahuan yang solid tentang bahasa Arab dan bahasa-bahasa “islam” yang lain, seperti bahasa Persia, Turki, Urdu dan Melayu termasuk di dalamnya kritik teks dan sejarah kesusastraaan. Dengan demikian, edisi-edisi dari teks-teks tersebut dianggap sebagai pra-syarat dala kajian-kajian tersebut.
c.    Keahlian dalam bidang teks, pada gilirannya, merupakan pra-syarat dalam kajian sejarah. Termasuk didalamnya berbagai kajian terhadap para sejarawan muslim awal yang menulis dalam bahasa Arab, Persia, dan Turki.
d.   Penelitian teks dan sejarah memberikan jalan bagi kajian budaya (culture) dan keagamaan (religion) Islam. Diantara pokok bahasan yang dibicarakan disini adalah apa yang disebut dengan kajian sejarah dan filosofis terhadap teks-teks agama; terutama kajian terhadap Al-Qur’an dan Hadist.
e.    Kajian terhadap berbagai wilayah budaya muslim yang lebij luas telah membentuk bagian-bagian yang integral dari studi islam, sejauh masih menyaangkut aspek keislaman dari budaya yang bersangkutan.
Sebagia besar studi islam saat ini di negara-negara Barat lebih bisa dipahami dengan latar belakanag perkembangan historis sebagaimana disebutkan diatas. Sejarah studi islam merupakan sebuah kajian tersendiri.[Nanji, 2003:2-5]

















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pendidikan Islam yang dimulai dari akhir periode madinah sampai 4 H, yang pada puncak kemajuan ilmu dan kebudayaan Islam adalah terjadi pada masa Daulah bani Abbasiyah.
Dimulai dari masa para cendekiawan klasik, modern dan kontemporer. Serta perkembangan studi di era modern yaitu Masa kebangkitan Islam atau disebut dengan masa pembaharuan yang terjadi pada abad ke-18M. Dan juga mengikut sertakan pendekatan-pendekatan kontemporer yang meliputi pendekatan sosial, sosiologi dan antropologi.
Demikianlah pendidikan Islam pada masa kemajuan Islam, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini kemajuan politik sejalan seiring dengan kemajuan pendidikan, peradaban, dan kebudayaan. Sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilanan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama.

B.       Saran
Kami menyarankan bahwa studi Islam tidak hanya kita dapat dari membaca dari makalah ini ataupun dari buku-buku tentang studi Islam saja, tetapi kita harus mencari kebenaran-kebenaran dan pembuktian-pembuktian dari banyak hal yang menyangkut studi Islam.
Demikianlah makalah ini kami buat, dalam makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan juga saran yang komunikatif senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat. Amiiin........











DAFTAR PUSTAKA

Naim, Ngainun. 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras.
Mudzhar, Dr. H. M. Atho. 2004. Pendekatan Studi Islam Dalam Toeri dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yusuf, Dr. H. Ali Anwar. 2003. Studi Agama Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia
Nanji, Prof. Dr. Azim. 2003. Peta Studi Islam Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Darmarastri, Hayu Adi. 2010. Sejarah dan Peradaban Dunia. Yogyakarta: Empat Pilar.














    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar