BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan jalan menuju
sukses. Dengan belajar seseorang dapat mengetahui banyak hal. Dalam hal ini,
Islam pun amat menekankan tentang belajar.
Tujuan belajar dalam Islam bukan mencari rezeki di
dunia semata, tetapi untuk sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak, artinya
mencari atau mencapai ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna (Tohirin,
2006:57-58). Setiap manusia di mana saja berada tentu melakukan kegiatan
belajar mengajar.
Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya
tentu harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus
belajar di rumah, masyarakat, lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa
kursus, les privat, bimbingan studi dan sebagainya (Dalyono,2007:48). Islam
mengajarkan umatnya untuk terus belajar selagi masih ada kesempatan dan sebelum
jasad bersatu dengan tanah.
Islam tidak saja mencukupkan pada anjuran
supaya belajar bahkan menghendaki supaya seseorang itu terus melakukan
pembahasan, research (penelitian) dan studi. Rasulullah SAW. dalam haditsnya
menyatakan, ”Seseorang itu dapat dianggap seseorang yang alim dan berilmu,
selama ia masih terus belajar. Apabila ia menyangka bahwa ia sudah serba tahu,
maka sesungguhnya ia jahil (bodoh)” (Dalyono, 2007:48). Belajar merupakan
kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat
menguasai atau memperoleh sesuatu. Karena itu, perlu diketahui seluk-beluk
belajar, terutama bagaimana caranya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Proses
dan Hasil Belajar?
C.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja Faktor yang Mempengaruhi
Proses dan Hasil Belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar
Proses
Pembelajaran dan Hasil Belajar siswa di sekolah tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut bisa dari diri siswa
atau bahkan dari lingkungan siswa itu sendiri, berikut faktor-faktor yang mempengaruhi Proses dan hasil Belajar Siswa.
Moh. Uzer
Usman dan Lilis Setiawati (1993), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa, antara lain:
Faktor yang
berasal dari diri sendiri (internal)
- Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat
bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindra
yang tidak berfungsi sebagaiman mestinya, seperti mengalami sakit cacat
tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh
yang membawa kelainan tingkah laku.
- Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh, terdiri atas: faktor intelektif yang meliputi
faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat sertas faktor kecakapan
nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. Selain itu ada faktor nonintelektif
yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat
kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
- Faktor kematangan fisik atau psikis.
Faktor yang
berasal dari luar diri (eksternal)
- Faktor sosial yang terdiri atas; lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
- Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
- Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah
dan fasilitas belajar.
- Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolahnya
sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena
prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor yang mempengaruhinya,
faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Kelemahan salah satu faktor, akan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang
dalam belajar. Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai
siswa di sekolah didukung oleh faktor internal dan eksternal seperti tersebut
di atas.
Prestasi
belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai rapor untuk siswa sekolah.Dari
evaluasi atau tes inilah dapat dilihat terjadi atau tidaknya proses belajar
dalam diriseseorang. Bila proses balajar bisa berjalan dengan baik, akan
memperoleh hasil yang baik pula. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi pada umumnya merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam suatu
kegiatan evaluasi, melaui usaha terhadap penguasaan materi yang diperoleh
selama proses pembelajaran.
Raden cahaya
Prabu (1986) pernah mengatakan dalam mottonya bahwa :”Didiklah anak sesuai
taraf umurnya, Pendidikan yang berhasil karena menyelami jiwa anak didiknya”.
Yang menarik dari ungkapan ini adalah tentang umur dan menyelami jiwa peserta didik.
Faktor lain yang mempengaruhi proses dan hasil belajar :
Faktor lain yang mempengaruhi proses dan hasil belajar :
A. Faktor
Lingkungan
1)
Lingkungan social
a. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di
sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau
administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Hal yang paling
mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara
konsekuen dan konsisten.
b. Lingkungan social masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa
akan memengaruhi belajar siswa. Seorang siswa hendaknya dapat memilih
lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah,
lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan
tes, pengajian remaja dan lain-lain.
c. Lingkungan social keluarga.
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan
lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian
orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan
mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota
keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2)
Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial
adalah:
a.
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa
akan terlambat.
b. Faktor materi pelajaran (yang
diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan
siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan
berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
B. Faktor
Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor
yang keberadaan dan penggunaanya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan.[2] Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana
untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan, faktor-faktor
instrument ini dapat berwujud faktor-faktor seperti:
a. Gedung perlengkapan belajar
b. Alat-alat praktikum
c. Perpustakaan
d. Kurikulum
e. Bahan / program yang
dipelajari
f. Pedoman-pedoman belajar & sebagainya.
C. Faktor
Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah
factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi dua macam :
1) Keadaan jasmani. Keadaan
jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus
jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani.
2) Keadaan fungsi
jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca
indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap
dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar
adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga
panca indra dengan baik. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi
makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
D. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi
keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi
mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar
adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. [4]
Beberapa
factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah :
a) Kecerdasan /Intelegensi Siswa
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga
jenis yaitu kecakapan untuk menhadapi dan menyesuaikan kedalam situasi baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui atau konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi yang sama, siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian,
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya
otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi
otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper
seluruh aktivitas manusia.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai
proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan
menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang.
Dari segi sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua
faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak
perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas
kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses
belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi
intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang
termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
- Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia
yang lebih luas
- Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada
manusia dan keinginan untuk maju
- Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga
mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara,
guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
- Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau
pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.[6]
Motivasi ekstrinsik adalah faktor
yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan
untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua,
dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan
mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
c) Minat
Secara sederhana, minat (interest)
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Menurut Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular dalam
psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya
dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas
belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena
itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak
cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan
dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku
materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam
hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh
siswa sesuai dengan minatnya.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang
relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara
positif maupun negatif.
Sikap siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru,
pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap
yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang
professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empati,
sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang dia
punya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
e) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar
adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan dating. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar.[8] Dengan
demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau
potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan
latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya,
siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa
yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang
dimilki setiap individu, maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu
memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta
didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa
anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
f) Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang
memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik.
Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas
belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa
melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material
pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain
peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing
perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan
adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari
dorongan-dorongan untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk
mengetahui apa yang terjadi di balik keributan di samping rumah, dan lain-lain.
Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan
cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian
yang disengaja.
g) Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan
dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan
dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bagi masuknya pengaruh dari luar
ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi
pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para
pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan
menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan
itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi
tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain,
perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan
melalui penglihatan dan pendengaran.
h) Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan
berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan
(3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan”
selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan
mereproduksi kesan.[9] Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam
belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang
dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan
pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar
dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu,
pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga
lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran
berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang
menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b
(bebek) dan sebagainya.
i) Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah
berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan
konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa
pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada
dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1)
pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan
kesimpulan.[10]
Kemampuan berfikir pada manusia
alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan
sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika
demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki
kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu
material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk
berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada
pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan
mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran
seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk
merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
j) Motif
Motif adalah keadaan dalam diri
subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu.
Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila
seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering
disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri
subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek
didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang
sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif
intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam
keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu
menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa
dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun
kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang
atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor
suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga
dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik
prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat
melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan
kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan melihat grafik ini, subjek didik
akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah
prestasi orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil
belajar yang didapatkan oleh seorang siswa sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya :
a. Lingkungan, baik sosial maupun
non sosial.
b. Instumen.
c. Fisiologis, meliputi keadaan
jasmani dan keadaan fungsi jasmani.
d. Psikologis, terdiri dari kecerdasan, motivasi,
minat, bakat, perhatian, ingatan, pengamatan, berfikir dan motif.
DAFTAR
PUSTAKA
Slameto,
Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta,
2003),hal 64.
Source:http://newjoesafirablog.blogspot.com/2012/04/faktor-yang-mempengaruhi-proses-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar