Kamis, 03 November 2016

Tawabi

التوابع
(Tawabi)
Tawabi adalah isim yang saling berkaitan di kalimat sebelumnya dalam I’robnya. Tawabi terbagi empat bagian, yaitu :
1.    Na’at
Pengertian Na’at yaitu isim Mustak atau Muawal (Mustak yang menyempurnakan kepada Manut-nya (yang disipati).
Aturan pemakaian dalam kalimat
     a. Umum, dimana Man’utnya ma’rifat, seperti contoh
المتنبي الشا عر العبقر ي
         Dari sairan hikmah yang mashur               
     b. Dihususkan, dimana Man’utnya Isim Nakiroh, seperti contoh
يحتا ج العلم الي قرا ء ة د ا ئمة و صبر طو يل
         Na’at terkadang datang mengikuti yang lain.
     c. Pujian
بسم الله الر حمن الر حيم, الحمد لله رب العا لمين, الر حمن الر حيم, ما لك يو م الد ين
     d. Celaan, seperti contoh
ا عو ذ با لله من الشيطا ن الر جيم
     e. Kasih sayang, seperti contoh
اللهم ا ر حم عبد ك المسكين, وهذ ر جل فقير, يستحق العطف
     f. Penguatan,seperti contoh
فاذا نفخ في الصور نفخة وا حد ة
         Dan seperti firman Alloh SWT
Na’at Hakiki dan Na’at Sababi dan Hukumnya
Na’at terbagi dua Na’at Hakiki dan Na’at Sababi
1). Na’at hakiki yaitu Na’at yang menuduhkan pada sifat dirinya Man’ut.
ان الد ين الا سلامي الحنيف اعظم الاديان
Dan seperti ucapan Rosul
المؤمن القو ي خير من المؤ من الضعيف, وفي كل خير
                Terdapat silah di antara na’at Hakiki dan man’utnya maka harus sesuai antara Na’at dan Man’utnya:
            a). I’rob Na’at ada tiga ( Rofa, Nasab, Jeer).
            b). Ma’rifat dan Naqirah
            c). Mudakar dan Muanas
            d). Mufrod dan Tasniah dan Jama.
2). Na’at Sababi adalah kalimat yang menuduhkan pada sifat pada kalimat sesudahnya, terdapat silah kesesuayan dengan Man’ut, contoh
ا ستا ذ واسع علمه, غز يرة معا زفه, مر ضية اخلاقة


      Dari contoh diatas yang menjadi Na’at yang pertama adalah lapad  واسع tidak dijadikan sifat  kepada lapad ustad, akan tetapi yang menjadi sifat adalah sesuatu yang bersandar yaitu lapad, علمه . Dan di ceritakan antara kedua Na’at kedua dan ketiga dan keduanya adalahغزيرة , مرضية
     Adapun hukum Na’at yang mengikuti pada Man’ut-nya dengan dua ketentuan dari sifat keseluruhannya yaitu 10 yang di jelaskan sebelumnya, yaitu :
     a). Baris I’rob yang 3.
     b). Ma’rifat dan Naqirah.
     Pembagian Na’at sesuai lapadnya.
     Pembagian Na’at sesuai lapadnya terbagi 3, yaitu:
     Na’at Mufrod, Na’at Jumlah, Na’at Sibeh Jumlah.
     1). Na’at Muprod
            Na’at Mufrod adalah kalimat (Na’at) yang bukan jumlah atau sibeh jumlah, seperti dawuha Alloh SWT dalam menyifati surga (فيها عين جارية)
             Disaratkan dalam na’at Mufrod harus terbentuk dari Mustak atau jumad (Tida bisa di tasrip) atau Muawal  bil Mustak.

2.    Taukid
Penggunaan dalam kalimat adalah sebagai penguat dalam kalimat yang awal, menghilangkan keragu-raguan dari maknanya, dengan mengulangi lafadz yang awal atau dengan menggunakan kalimat yang khusus untuk memenuhi tujuan tersebut.
Macam-macam taukid:
a.     Taukid lafdzi
Taukid lafdzi yaitu mengulangi lafadz yang awal dengan tujuan menyatakan atau menguatkan, takut lupa, tidak adanya perhatian, baik yang diulanginya itu kalimat fi’il, kalimat isim, haraf, ataupun jumlah (ismiyah atau fi’liyah), seperti:
Kalimat
Contoh
Isim
الله الله, الصبور الصبور, النميمة النميمة
ايما امرأة قاصر انكحت نفسها بغير اذن وليها فنكاحها باطل باطل باطل
اخاك اخاك ان من لااخاله     كساع الى الهيجا بغير سلاح
Fi’il
صمم صمم الشعب العربي على تحرير ارضه
Haraf
نعم نعم ساحضر, لالا,
Jumlah
ساحضر في موعدي ساحضر في موعدي
والله لاغزون قريشا والله لاغزون قريشا

b.    Taukid Ma’nawi
Taukid ma’nawi ini menggunakan kalimat-kalimat yang khusus, seperti:
Contoh
Makna
Lafadz
رايت الاستاد نفسه في المسجد
كتب هذان الصفيان انفسهما هذه الانباء
اشترك الاساتذة انفسهم في الندوة
Maknanya mufrad, tasniyah dan jamak, dan apabila jamak memakai wajan افعل
النفس, العين
أحب والدي كليهما
مررت باختي كلتيهما
Yang awal digunakan untuk tasniyah mudzakar, dan yang kedua digunakan untuk tasniyah mu’anas, dan dalam pemakaiannya harus diidhofatkan pada dhomir yang setara dengan yang ditaukidinya.
كلا, كلتا
احب المسلمين كلهم
المسلمون جميعهم اخوة
Ketiganya digunakan untuk menguatkan kalimat jamak, dan harus disandarkan pada dhomir yang setara dengan yang ditaukidinya.
كل, جميع, عامة
فهمت النحو اجمع
حفظت السورة جمعاء
اقدر الامهات جمع
Digunakan untuk menguatkan kalimat mufrad dan jamak, dan tidak perlu disandarkan pada dhomir.
اجمع, جمعاء, اجمعون, جمع

3.    Ataf
Ataf adalah isim yang mengikuti antara yang mengikuti dan yang di ikuti dengan menggunakan salah satu haraf ataf yang 10 yaitu : 
ام
حتي
ثم
الفاء
الواو
لكن
بل
لا
اما
او
Huruf yang 10 terbagi menjadi dua bagian :
·         Yang menunjukan atau menuntut pada persamaan dalam lapad dan makna (dalam segi baris dan hukumnya.
·         Yang hanya menuntut pada persamaan lapadnya saja.
Penjelasan yang berhubungan dengan huruf ataf :
Huruf
Makna/faidah
Contoh
الواو
Menunjukan pada mutlakul jam’i yaitu mencakup dalam 3 makna, yaitu :
·         Antara ma’tuf dan ma’tuf alaih bersamaan.
·         Mendahulukan ma’tuf mengakhirkan ma’tuf alaih.
·         Mendahulukan ma’tuf alaih mengakhirkan ma’tuf.
فانجيناءواصحاب السفينة
ولقدارسلنانوحاوابراهيم
وقالواان هياالاحياتناالذنيانموت ونحيا
الفاء
Menunjukan pada bersamaan dalam hukum dan maknanya tartib ta’qib yang maksudnya antara ma’tuf dan ma’tuf alaih terpisah namun dalam susunan yang berurutan dan terpisahnya tidak ada jarak.
Namun terkadang mempunyai makna seperti و.
الذي خلق فسوي
والذي قذر فهدي
سهاالمصلي فسجد للسهو
فو كزه مو سي فقضي عليه
ثم
Menunjukan pada  persamaan dalam hokum dan maknanya tartib tarroohii  yang artinya antara ma’tuf dan ma’tuf alaih memiliki waktu pemisah yang cukup lama.
كنت طلفلا ثم صبيا ثم غللاما ثم شا با
v  من نطفة خلقه فقذره
 السبيل يسرهثم
حتي
Menunjukan pada tadri dan goyah. Namun ulama ahli nahwu dalam memakai حتي dengan 3 syarat :
·         Ma’tuf adalah isim dohir.
·         Ma’tuf merupakan bagian dari ma’tuf alaih.
·         Merupakan puncak dalam penambahan atau pengurangan.
ركبت كل الو سائل حتي الطيارة
يموت الناس حتي الانبياء
ا لله يحصي الاشياء حتي مثقا ل الذرة
ام
 امterbagi menjadi 2 bagian :
·         Yang didahului dengan hamzah istifham (hamzah ta’yin) karenayang di maksud adalah penentuan.
·         Yang di dahului dengan hamzah istifham (hamzah taswiiyah) yang cirinya berada setelah kalimat yang setara.
اتحب التقاح ام البرتقا ل
اخالد اخوك ام صديقك
سواء علي افهمت ما قلت ام لم تفهم
لا تصا حب فا سقاسواءاكان صد يقا ام غير صديق
او
Memiliki 5 makna :
·         Tahyir, yaitu memilih antara ma’tuf dan ma’tuf alaih.
·         Ibahah yaitu boleh memilih antara ma’tuf dan ma’tuf alaih.
·         Asy-syakku artinya ragu-ragu.
·         Tasyqik artinya menyamarkan pada mukhotob.
·         Taksim artinya membagi-bagi.
التحق با لجامعة او بالمعهة
اقرا الليلة كتاب الفقه او كتاب التفسير
لبثنا يوما او بعض يوم
وانا او اياكم لعلي هدي او في ضلال مبنين
لكن
Tidak mengatafkan dengan لكن  kecuali dalam kalimat nafyi dan nahyi. Dan maknanya menunjukan pada pernyataan ucapan sebelumnya.
ما الكلت عنبا لكن تقا حا
لا تصا حب الاشرارلكن الاخيار

لا
Makna dari  لا dalah kebalikan dari makna لكن
يفوز الشخاع لا الجبان
هد قصة لا مقال
بل
Memiliki 2 keriteria :
·         Didahului nafyi atau nahyi, maka maknanya adalah menetapkan hokum yang awal.
·         Berada setelah kalam musbat atau amr, maka maknanya adalah idrob.
لم اكل لحما بل بيضا
لتجلس هادئا بل مصغيا
اما
Memiliki 5 macam:
·         Asy-syaku artinyan ragu-ragu.
·         Ibham artinya samar.
·         Tahyir artinya memilih.
·         Ibahah artinya boleh.
·         Tafsil artinya merinci.


Ø Mengatafkan Dhomir
1.    Apabila dhomir yang dirofakan tidak terikat pada munfashil dan muttasil, apabila munfashil maka boleh diatafkan seperti:
أنا ومحمد صديقان
أنت وفاطمة اختان
Apabila dhomir muttasil atau mustatir maka tidak boleh diatafkan kecuali setelah adanya taukid dengan dhomir munfashil, atau dengan adanya pemisah antara ma’tuf dan ma’tuf alaih, seperti:
ذهبت أنا وابني الى المسجد
سمعت واخوك أذان المغرب
لقد كنتم انتم واباءكم في ضلال مبين
2.    Apabila dhomir yang dinashabkan boleh diatafkan, baik menfasil dan muttasil, seperti:
اياك والنميمة
رايتكم وجيرانكم في السوق
هذا يوم الفصل جمعناكم والاولين
3.    Apabila dhomir yang dikasrahkan ini lebih banyak dalam ataf adalah mengulang lagi yang mengkasrahkannya baik itu haraf jar atau idhofat. Seperti:
سررت منك ومن زميلك
فقال لهاوللارض ائتياطوعا اوكرها
Ø Mengatafkan Fi’il pada Fi’il dan Jumlah pada Jumlah
Boleh mengatafkan kalimat fi’il pada kalimat fi’il dengan syarat sama dalam hal zaman, baik itu madhi atau mustaqbalnya, seperti:
اذاكافح وصبر الانسان نال مايتمناه
وان تؤمنواوتتقوا يؤتكم اجوركم ولايسئالكم اموالكم
Boleh ataf jumlah pada jumlah, baik itu jumlah ismiyah ataupun jumlah fi’liyah, seperti:
الكذب داء والصدق دواء
استيقظ خالدمن النوم وبقى اخوه نائم
Ø Mengatafkan Fi’il pada Isim
Boleh mengatafkan kalimat fi’il pada kalimat isim yang menyerupai kalimat fi’il, seperti pada isim fi’il. Seperti:
ان المصدقين والمصدقات واقرضوا قرضاحسنا
فالمغيرات صبحا  فاثرن به نقعا
4.    Badal
Kalimat badal dalam bahasa arab dinyatakan sebagai ‘iwad, karena firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
عسي ربنا ان يبد لنا خير ا منها
Dalam istilah ilmu nahwu badal diartikan sebagai isim yang mengikuti yang dimaksud dengan hukum tanpa menggunakan perantara. Artinya bahwa badal merupakan kalimat yang menunjukkan pada makna yang terkandung dalam kalimat.
Macam-macam badal
Badal terbagi menjadi empat
1. Badal kulli min kullin (badal muthobiq)
Yaitu badal yang isim yang kedua dari badal merupakan dzat isim yang pertama. Seperti
ا هد نا الصراط المستقيم, صراط الذ ين انعمت عليهم
ان للمتقين مفا زا, حدا ئق و اعنا با
2. Badal ba’dhi min kullin
Yaitu badal yang isim yang kedua dari badal merupakan bagian dari isim yang pertama. Seperti
  يا ايها المز مل, قم اليل الا قلييلا , نصفه او انقص منه قليلا
3. Badal istimal
Yaitu badal yang menunjukkan terhadap sifat dari sifat-sifat mubdal. Seperti
يسأ لو نك عن الشهر الحرام قتا ل فية
4. Badal mubaayan
Terbagi menjadi tiga bagian  
1. Badal idrob (salah)
Yaitu badal yang membelokkan hukum dari yang dilihat dari mubdal minhu setelah menjelaskan penjelasan lain kepada mutakallim. Seperti
صليت في المسجد المغرب العشا ء
2. Badal gholat
Yaitu tujuan mutakallim menyampaikan sesuatu namun didahului dengan sesuatu yang lain kemudian mutakallim menjelaskan kesalahnnya dan menunjukkan pada tujuan yang sesungguhnya. Seperti
سلمت علي ابيك اخيك
3. Badal nisyan                                                                        
Yaitu tujuan mutakallim menceritakan sesuatu yang kemudian menceritakan yang lain dikarenakan lupa yang kemudian menunjukkan pada tujuan yang sesungguhnya. Seperti
سلمت علي ابيك اخيك


















Kesimpulan

Tawabi adalah isim yang saling berkaitan di kalimat sebelumnya dalam I’robnya. Tawabi

terbagi empat bagian, yaitu : na’at, taukid, athaf dan badal. Dan dari bagian itu terbagi menjadi beberapa cabang.