Kamis, 03 November 2016

USIA MADYA

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Seorang individu dalam rentang kehidupannya di dunia ini harus melalui berbagai macam fase atau masa seiring perkembangan usia mereka. Dalam setiap fase memiliki tugas-tugas perkembangan masing-masing, hal ini berbeda antara fase satu dengan fase yang lainnya. Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelesaikan setiap tugas perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang dilaluinya dan rentang usia yang sudah ditentukan pada tiap fase tersebut.
Seorang individu dapat dikatakan normal atau bahagia apabila ia dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan tepat waktu. Apabila individu tersebut tidak dapat atau mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, maka individu tersebut akan mengalami gangguan atau ketidakbahagiaan baik dalam aspek fisik, kognitif, emosi, sosial, maupun spiritualnya.
Dari seluruh fase yang terjadi selama rentang kehidupan, salah satu fase yang memegang peranan penting dalam perkembangan seorang individu adalah masa bayi. Masa bayi disebut sebagai salah satu fase terpenting karena selama masa ini seorang individu mulai belajar dan memahami berbagai macam hal-hal dan pengalaman baru tentang dirinya. Banyak macam tugas perkembangan yang harus diselesaikan seorang individu pada masa ini. Sekalipun demikian, masa ini bukanlah suatu masa yang berbahaya bagi perkembangan individu.
Di balik semuanya itu, ada tuntutan tersendiri yang wajib dicapai seorang individu setelah melalui fase ini, yaitu menjadi individu yang mandiri. Untuk dapat mencapainya, para orang tua yang berusia madya terlebih dahulu harus memahami apa saja tugas-tugas perkembangan bagi usia madya dan dapat memenuhi tugas-tugas tersebut.
Terdorong akan rasa keingintahuan serta kenyataan seperti yang tersebut di atas itulah yang membuat penulis memilih topik mengenai perkembangan masa usia madya sebagai bahan kajian dalam pembuatan makalah kali ini. Selanjutnya, hasil pengkajian tersebut, penulis uraikan dalam makalah berjudul “Perkembangan Masa Usia Madya.”.

B.       Rumusan Masalah
       Berdasarkan latarbelakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa pengertian usia madya?
2.      Apa ciri-ciri usia madya?
3.      Apa tugas-tugas selama perkembangan usia madya?
4.      Apa bahaya-bahaya selama perkembangan usia madya?

C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1.    Mengetahui pengertian usia madya.
2.    Mengetahui cirri-ciri usia madya.
3.    Mengetahui tugas-tugas selama perkembangan usia madya.
4.    Mengetahui bahaya-bahaya selama perkembangan usia madya.

D.      Metode Penulisan
       Dalam penyusunan makalah ini metode penulisan yang kami gunakan adalah metode kepustakaan, dengan mencari bahan-bahan materi dari berbagai sumber, baik media cetak ataupun dari kajian-kajian Islam multi media.






















BAB II
 PEMBAHASAN

A.      Pengertian Usia Madya
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut ditandai oleh adanya perubahan fisik, mental serta perubahan minat (Hurlock,1990). Perubahan fisik yang dialami pada usia madya antara lain; perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera, perubahan pada keberfungsian fisiologis, perubahan pada kesehatan dan perubahan seksual. Sedangkan perubahan minat yang dialami pada usia madya salah satunya adalah perubahan dalam minat keagamaan. Banyak orang yang berusia madya baik pria maupun wanita yang tertarik pada kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan daripada yang pernah mereka kerjakan pada waktu masih muda. Keinginan untuk lebih terlibat dengan keagamaan biasanya dikarenakan mereka mempunyai banyak waktu luang sehingga kegiatan tersebut dianggap dapat memenuhi kebutuhannya dan keinginan tersebut akan semakin besar setelah seseorang kehilangan anggota keluarga atau teman dekatnya. Individu pada usia madya juga menemukan bahwa agama  merupakan sumber kesenangan dan kebahagiaan yang lebih besar daripada yang pernah diperoleh dulu sewaktu usianya masih muda (Hurlock,1990).
Usia madya merupakan masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Penyesuaian yang radikal terhadap peran, pola hidup  dan berbagai perubahan fisik, akan cenderung merusak homeostasis fisik dan psikologis seseorang dan kemudian membawanya ke masa stres. Kekecewaan pada homeostasis fisik dan psikologis tersebut tidak hanya dapat mengganggu hubungan suami istri, yang kadang-kadang menuju pada perpisahan atau perceraian, tetapi juga lambat laun membawa pria dan wanita kepada gangguan jiwa, alkoholisme, pecandu obat dan bunuh diri. Hal inilah yang menyebabkan usia madya dianggap sebagai usia yang berbahaya (Hurlock, 1990).

B.       Ciri-ciri Usia Madya
Beberapa cirri-ciri dari usia madya diantaranya sebagai berikut:
1.        Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti.
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah: banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu: kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi.
2.        Usia madya merupakan masa transisi.
Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
3.        Usia madya adalah masa stress.
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.
4.        Usia madya adalah usia yang berbahaya.
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.
5.        Usia madya adalah usia canggung.
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
6.        Usia madya adalah masa berprestasi.
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas / kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.
7.        Usia madya adalah masa evaluasi.
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.
8.        Usia madya dievaluasi dengan standar ganda.
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.
9.        Usia madya merupakan masa sepi.
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
10.    Usia madya merupakan masa jenuh.
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
C.      Tugas Perkembangan Usia Madya
Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Mencapai tanggung jawab social dan dewasa sebagai warga Negara.
b.    Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
c.    Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggangang untuk orang dewasa. Aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya.
d.   Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya (dengan suami atau istri) sebagai seorang pribadi yang utuh.
e.    Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
f.     Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan.
g.    Menyesuaikan diri dengan  orang tua yang semakin tua.
Tugas Perkembangan Pada Usia Madya
Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik.
Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada usia madya.
Tugas-tugas yang berkaitan dengan minat.
Orang yang berusia madya sering kali mengasumsikan tanggungjawab warga Negara dan social, serta mengembangkan minat pada waktu luang yang berorientasi pada kedewasaan pada tempat kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa dini.
Tugas-tugas yang berkaitan dengan penyesuaian keruan.
Tugas ini berkisar pada pemantapan dan pemeliharaan standar hidup yang relative mapan.
Tugas-tugas yang berkaitan dengan dengan kehidupan keluarga.
Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri dengan orang tua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.


D.      Bahaya-bahaya Selama Perkembangan Usia Madya
1.    Personal dan Sosial bagi Orang Usia Madya
Bahaya sosial dan pribadi yang paling besar pada usia madya timbul karena kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang kehidupan bahwa orang usia madya biasanya gemuk dan mulai botak. Beberapa bahaya sosial dan pribadi dianggap penting sehingga orang kesulitan dalam menyesuaikan diri.
a.    Bahaya personal
Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru. Dari semua itu, ada enam macam yang dianggap umum dan serius.
·      Diterimanya kepercayaan tradisional
Diterimanya kepercayaan traditional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami masa menopause misalnya, sering disebut sebagai “masa kritis” (critical period). Kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu.
Seperti dikatakan Parker : “Masa tersebut membawa implikasi yang berbahaya, karena menjadikan wanita merasa bahwa kesehatannya, kebahagiannya, dan hidupnya merasa hancur dan paling berbahaya. Secara tidak langsung hal itu mengatakan bahwa situasi menopause bukan saja masa kritis yang dapat dengan tiba-tiba menghilang, tetapi merupakan periode yang terasa amat panjang dengan jaminan keselamatan yang sangat minim, dimana setiap saat dapat jatuh ke jurang kehancuran mental atau penyakit jiwa yang serius”.
·      Idealisasi anak muda
Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pengelompokkan usia dalam pola perilaku umum. Mereka tidak mau dibatasi perilaku dan kegiatannya. Sikap memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi semacam ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius.
Sepeti yang dijelaskan  oleh Streincrohn : “Apabila Anda lebih sering rileks, apabila Anda dengan pelan-pelan meningkat, jangan percaya bahwa Anda tumbuh menjadi tua secara premature. Malaikat maut tidak ingin membisikkan derita besar pada Anda dan hindarkan itu jauh-jauh sebelum Anda mencapai usia tujuhpuluhan dan delapanpuluhan, karena dengan demikian malaikat maut akan bersabar terhadap orang yang suka rileks dan tidak sabar pada mereka yang berlebih-lebihan”.
Wanita yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri paling buruk adalah mereka yang sangat terikat dengan pentingnya factor penampilan yang keremaja-remajaan dan yang mengagumi keperkasaan. Apabila mereka dipaksa untuk mengaca diri bahwa mereka tidak menarik seperti dulu lagi, sehingga mereka tidak lagi dapat menarik perhatian pria, mungkin mereka akan berontak terhadap statusnya sebagai orang berusia madya.
Ryan menyarankan bahwa perubahan dalam penampilan itu perlu agar menarik: Beberapa perubahan ini mungkin menjadikan individu lebih menarik, daripada tidak menarik. Sering bahwa pada perubahan pertama adalah terhadap warna rambut berubah menjadi abu-abu kemudian memutih. Jelas hal ini merupakan faktor yang positif karena banyak orang yang lebih menarik dengan rambut putih. Begitu juga individu yang semakin tua, wajahnya menjadi semakin keriput dan kendor. Sekali lagi ini bukan tanda-tanda kerusakan. Wajah yang bergaris-garis memberikan ciri wajah yang menyenangkan, lemah lembut dan yang tidak tertarik kepada kelembutan anak muda.
·      Perubahan peran
Untuk dapat menyesuaikan dengan baik dengan peran yang baru, seseorang harus dapat berbuat seperti yang dikatakan oleh Havighurst : “menghilangkan emosi yang selama ini diterapkan dalam peran tertentu dan memanfaatkannya pada kesempatan yang lain”.
·      Perubahan keinginan dan minat
Bahaya  besar dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik. Merka mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengangganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan  tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada waktu mereka harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang begitu banyak.
·      Simbol status
Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada symbol status, Ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat menentukan symbol tersebut.
Pertama, dia akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak adapt menyediakan cukup uang untuk memperoleh status tersebut.
Kedua, dia akan bersikap boros dan menjerumuskan keluarganya dengan melakukan utang.
Ketiga, dia bias juga berbuat sesuatu dengan bekerja misalnya agar mempunyai cukup uang demi mencukupi kebutuhannya.
Semua pola respon tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seorang untuk memperoleh symbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulkan percekcokan dengan keluarga, terutama perilaku yang ketiga tadi yang menjadikan banyak pria menjawab dan bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh.
·      Aspirasi yang tidak realistis
Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan social, apabila ia kelak menyadari bahwa ia tidak bias mencapai tujuan tersebut.
b.    Bahaya sosial
Penyesuaian sosial dalam usia ini kurang begitu dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional dan stereotype dibandingkan dengan penyesuaian sosial. Namun bagaimanapun juga penyesuaian sosial sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional, seperti pepatah yang berkata: “Kamu tidak dapat mengajarkan pelajaran baru pada anjing tua,“ Atau “Sekali pemimpin tetap pemimpin” jadi bila seseorang yang pada masa mudanya bukan seorang pemimpin, maka dimasa tuanya merasa bahwa ia tidak ada harapan untuk berperan sebagai pemimpin baik dalam lingkungan pekerjaan ataupun lingkungan sosial.
Ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial pada masa usia madya. Kondisi ini umumnya dibawa  secara bertahap sejak seseorang masih muda, terutama pada waktu seseorang berusia remaja dan dewasa muda. Itulah sebabnya menyapa orang pada masa mudanya tidak memiliki kemampuan penyesuaian sosial dengan cara yang baik sehingga pada waktu ia berusia madya hasilnya akan sama saja.
Penyesuaian sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan bahaya, karena semakin bertambah usia seseorang maka ia akan semakin bergantug pada orang lain, terutama orang yang suami atau isterinya telah meninggal, sedang anak-anaknya sibuk dengan keluarga masing-masing. Orang usia madya yang tidak dapat mengikuti perkembangan penting untuk memegang tanggung jawab sosial dan tanggung jawab sebagai warga Negara di masa tuanya hidupnya akan terasa kesepian dan tidak bahagia sehingga mengakibatkan ia terlambat dalam proses penyesuian sosialnya.

2.    Bahaya Pekerjaan dan Perkawinan pada Usia Madya
a.    Bahaya pekerjaan
Jenis dan macam bahaya yang timbul dalam proses penyesuaian terhadap pekerjaan pada usia madya, dimana beberapa dari bahaya tersebut merupakan ciri dari periode tersebut dan ada delapan bahaya yang dianggap umum dan serius.
·      Pertama kegagalan dalam mencapai cita-cita awal
Kegagalan dalam mencapai cita-cita hidup yang sejak awal telah diimpikan oleh orang berusia madya mengakibatkan menurunnya sikap egonya karena ia tahu bahwa usia madya merupakan saat pencapaian puncak prestasi dan oleh sebab itu, ia tampaknya tidak berminat lagi untuk meraih cita-citanya di saat usia sudah cukup lanjut. Reaksinya terhadap kegagalan dalam mencapai cita-citanya mempengaruhi sikap mereka terhadap dirinya sendiri, terhadap penyesuaian sosial, dan terhadap pribadinya pada saat kegagalan tersebut terjadi dan pada waktu ia mencapai usia lanjut. Bishop menyimpulkan bahwa: usia madya adalah “Periode usia kebenaran.” Impian dan keinginan dapat membawa pria berhasil berprestasi pada usia duapuluhan, tigapuluhan, dan usia empat puluhan. Pada waktu seorang pria mencapai usia limapuluhan, maka daya pikirnya telah mantap, apabila ia seseorang yang bijaksana dalam memandang kenyataan hidup. Ia harus belajar bekerjasama dengan berbagai masalah, kejadian dan kenyataan yang tidak dapat dihindarkan an harus diatasi. Apa pun bentuk kenyataan itu, ia ada dalam usia yang relative muda yang memungkinkan untuk memperoleh kepercayaan, untuk merencanakan, atau berkhayal tentang sesuatu yang tidak realistis dengan kemajuan yang sedang dituntut oleh jabatannya. Banyak pria yang pada waktu menghadapi saat-saat kebenaran seperti ini kemudian mencari obat sebagai pelipur lara dengan melakukan kegiatan kompensasi atau kegiatan yang rasional atau keduanya.
·      Mandirinya kreativitas
Kebanyakan para pekerja pada usia madya menampilkan gejala kreativitas kerjanya mundur. Hal ini mengakibatkan orang merasa kkurang dengan prestasi yang diperolehnya dan menyatakan bahwa kreativitasnya sudah tidak sehebat yang pernah dicapai dulu.
·      Kebosanan
Perasaan bosan selama masa dewasa dini juga merupakan bahaya dalam bekerja, karena hal itu akan mempengaruhi pekerja usia madya melebihi kebosanan pekerja yang lebih muda, karena kesempatan mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih menarik semakin lama semakin kecil kemungkinan. Perasaan bosan umumnya menjangkiti pekerja industry yang menghadapi kenyataan bahwa otomatisasi peralatan pabrik secara meningkat, menggantikan pekerjaan setiap individu pekerja.
Packard mengungkapkan: Gerakan tangan yang diulang-ulang yang dilakukan selama berjam-jam, dirasakan sangat membosankan. Bapaknya menyebutnya miskin, tetapi tukang kayu sangat bangga dengan tong yang dibuatnya. Di sini ada mesin yang tahu segalanya, yang dapat dipakai untuk alasan untuk berbangga. Mungkin aturan yang berlaku bagi pekerja yang menggunakan mesin juga melarang mereka untuk  berbicara dengan sesame pekerja dalam tugas, atau melarang pekerja untuk mencari minum, kecuali pada jam istirahat.
·      Keagungan
Kecenderungan menjadi agung (“bigness”) dalam bidang usaha, industry dan pekerjaan professional lainnya juga merupakan bahaya pekerjaan bagi para pekerja yang berusia madya dewasa ini, karena kebiasaan bekerja dalam situasi yang ramah, situasi kerjanya tidak formal, di mana ia tahu setiap teman sejawatnya, kapan waktu untuk istirahat dan kesempatan santai lainnya, kapan waktu untuk mengobrol dengan kawan, bekerja dalam kelompok besar, merupakan ciri-ciri suasana bebas dari lingkungan kerja.
Para pekerja yang professional juga merasa bahwa dalam satuan organisasi yang sangat besar dan rumit, sehingga interaksi yang penuh persahabatan dan ramah yang dulu bisa mereka nikmati, sekarang merupakan kenangan belaka.
·      Perasaan terperangkap
Banyak pekerja usia madya yang merasa “terperangka” dalam pekerjaan sebagai sisa hidupnya, dan merasa tidak akan dapat untuk membebaskan diri sendiri sampai ia mencapai usia pension. Sebagian besar pekerja usia madya bagaimanapun juga merasa bahwa mereka harus tetap bekerja pada pekerjaan yang itu saja bahkan pada pekerjaan yang tidak disukainya karena mereka merasa terlambat untuk bebuat seperti pekerja yang lebih muda, karena mereka sekarang sudah terikat oleh tanggung jawab terhadap keluarga, yang secara tersamar membatasi mereka untuk mencari pengetahuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang tugas. Seorang pria usia madya yang terperangkap dengan cara ini kemudian diwawancarai tentang sikapnya terhadap tugas mengatakan: Betul saya terperangkap. Mengapa saya harus demikian? Dua puluh lima tahun yang lalu anak usia 18 tahun yang tolol dari suatu perguruan tinggi mengubah pikirannya, yaitu bercita-cita ingin jadi dokter gigi. Karena sikap itu, saya menjadi dokter gigi. Tetapi saya sekarang merasa  tertahan, yang saya ingin ketahui adalah; siapa yang mengatakan bahwa anak dapat memutuskan tentang apa yang dapat saya kerjakan dari sisa hidup saya?
·      Pengangguran
Masalah pengangguran selalu menjadi masalah yang sangat serius terlebih lagi dalam situasi resesi ekonomi daripada pada masa tidak resesi. Orang dewasa muda yang dipecat, atau yang berhenti dari pekerjaannya biasanya dapat memperoleh pekerjaan baru dalam tempo yang relative singkat. Tetapi bagaimanapun juga memperoleh pekerjaan menjadi makin sulit karena makin bertambahnya tahun yang dilewatinya, sehingga periode menganggur dialami dalam waktu yang relative bertambah lama.
Empat kelompok pekerja usia madya yang sulit mencari pekerjaan adalah mereka  yang IQ-nya rendah, wanita, pria dari kelompok minoritas dan pekerja pelaksana atau mereka yang bekerja paad tingkat kelompok manajemen menengah.
Menganggur merupakan bahaya mental yang paling serius bagi setiap pekerja, tanpa pandang usia, jenis kelamin, suku dan status serta golongan. Orang yang sudah menganggur dalam waktu yang lama perasaannya sering berkembang kea rah yang tidak menentu dan merasa tidak diperlukan, yang mengakibatkan sikapnya sangat pasif (extreme passivity) atau sangat agresif (overaggresiveness). Kedua sikap ini sangat tidak menguntungkan dalam mencari pekerjaan di masa yang akan datang.
·      Sikap tidak menyenangkan terhadap pekerjaan
Sikap tidak menyenangkan  terhadap pekerjaan dapat menimbulkan efek yang merusak pada prestasi kerja dan penyesuaian pribadi para pekerja berusia madya.
·      Mobilitas geografis
Beberapa pekerja dihadapkan dengan kaharusan untuk pindah ke masyarakat lain yang jaraknya sering puluhan kilometer, jauh dari rumah dimana ia sekarang tinggal, untuk bekerja pada pekerjaan yang sama atau mencari pekerjaan baru agar ia tidak menganggur.
Kebanyakan orang yang berusia madya tidak senang untuk dipindahkan, khususnya apabila orang masih mempunyai anak usia belasan yang masih sekolah, atau karena isterinya juga bekerja atau aktif dalam organisasi atau kegiatan masyarakat.
b.    Bahaya Perkawinan
Bahaya perkawinan sering lebih serius dibandingkan dengan pada masa dewasa dini, karena kesempatan untuk membangun penyesuaian yang baik berjalan lambat daripada berjalannya waktu dan pada waktu anak-anak meninggalkan rumah, motivasi orang dewasa untuk menjaga situasi keluarga yang bahagia menurun.
·      Kebosanan
Wanita yang membaktikan seluruh masa hidup dewasanya untuk mengurusi rumah tangga menjadi bosan pada usia madya, pada ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Banyak wanita usia madya dewasa ini melihat bahwa ada kesempatan untuk maju dalam dunia kerja, kemudian memutuskan untuk belajar ketrampilan baru, atau berusaha memperbaiki ketrampilannya yang mulai memudar dengan cara masuk kursus atau kuliah lagi. Bagi kelompok wanita lain yang tidak mempunyai cukup uang untuk itu, atau yang kurang memperoleh dukungan dan dorongan dari suaminya, hanya bias bertahan dalam kebosanannya, sehingga proses penyesuaian diri, pernikahan dan social yang dilakukan sangat jelek.
·      Oposisi terhadap perkawinan anak
Masalah yang serius kadang-kadang atau timbul pada waktu seorang anak usia remaja atau anak yang sudah dewasa menikah dengan seseorang, sedang orang tuanya tidak setuju. Apabila mereka menantang perkawinannya, hal ini akan menjadi penghalang dalam menyesuaikan diri dengan cara yang memuaskan, pada saat berangkat meninggalkan rumah. Tantangan semacam ini biasanya menjadi penghalang antara pihak orang tua dengan pihak anak, yang mengakibatkan hubungan dan pertemuan antara anak dengan orang tua menjadi jarang. Begitu juga hubungan dengan cucu dan anak besan menjadi  tegang dan tidak menyenangkan.
·      Ketidakmampuan membangun hubungan yang memuaskan dengan pasangan sebagai pribadi
Salah satu tugas penting yang perlu dikembangkan pada usia madya adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Hal ini khususnya sulit bagi wanita karena masalah yang dihadapinya dalam melakukan penyesuaian yang memuaskan terhadap peran baru yang harus ia mainkan sekarang yakni bahwa anak-anak telah meninggalkan rumah. Bahaya penyesuaian ini juga dialami oleh pria.
Banyak pria dan wanita dapat melakukan penyesuaian perkawinan ini dengan berhasil dan bahkan lebih bahagia dalam perkawinannya daripada yang dialaminya selama masih merawat anak-anak, tetapi bagi orang lain hal ini merupakan transisi yang membahayakan. Sikap yang paling penting bagi suami dan isteri yang menentang penciptaan hubungan baik. Sebagian besar sikap yang tidak menyenangkan ini sudah berkembang selama bertahun-tahun, sehingga pada usia madya sikap tersebut sudah berakar begitu kuat sehingga sangat sulit dihilangkan.

·      Penyesuian seksual
Kegagalan untuk mencapai hubungan yang baik dengan pasangan mempunyai efek balik dalam penyesuaian seksual selama masa usia madya. Faktor tersebut membahayakan penyesuaian perkawinan dan sangat menambah kekecewaan terhadap perkawinan selama periode tersebut.
Wanita yang kecewa dengan perkawinannya, mungkin mencoba mencari kompensasi dengan melakukan pemusatan segala daya upaya dan waktu untuk membantu anak-anaknya yang sudah dewasa, aktif dalam kegiatan masyarakat atau dengan melakukan hubungan seksual di uar nikah dengan seseorang yang dirasa lebih menghargainya daripada suaminya.
Pria usia madya yang kehidupan seksualnya tidak memuaskan akan melakukan hubungan seksual di luar nikah atau ia merasa bersalah karena ia telah gagal memberikan kepuasan seksual kepada isterinya.
SIKAP YANG MENENTANG PEMANTAPAN HUBUNGAN YANG BAIK DENGAN PASANGAN
No.
Sikap suami
Sikap isteri
1.
Tidak puas dengan penyesuaian dalam hubungan seksual.
Tidak puas dengan penyesuaian seksual.
2.
Jikalau suami berhasil dalam karier. Ia merasa bahwa isterinya tidak mendukung keberhasilannya.
Kehilangan ilusinasi dengan suaminya karena ia tidak berhasil dalam karier.
3.
Apabila ia tidak berhasil dalam karier. Ia merasa bahwa isterinya tidak membantu dalam mengembangkan karier suaminya, bahkan dianggap menghalanginya.
Merasa dijadikan budak dirumah atau oleh saudaranya yang lebih tua.
4.
Perasaan bahwa ia dan isterinya mempunyai perbedaan sikap dan kesenangan yang besar, karena isterinya sering menolak untuk tertarik pada sesuatu yang dianggap penting baginya.
Dugaan bahwa suami kikir dalam membelanjakan uang untuk pakaian dan rekreasi.
5.
Sikap mengkritik terhadap cara pengelolaan rumah dan keuangan oleh isterinya dan suatu kepercayaan bahwa metode latihan bagi anaknya telah dilakukan dengan cara yang serba membolehkan atau sangat longgar.
Keyakinan bahwa suaminya tidak menghargai waktu dan usaha yang telah dilakukannya untuk tugas-tugas rumah tangga.
6.
Tidak puas terhadap penampilan isteri.
Perasaan bahwa suaminya lebih tertarik pada karier daripada dirinya, perasaan bahwa suaminya menggunakan terlalu banyak waktu dan uang untuk saudara-saudaranya.
7.
Perasaannya bahwa isterinya mendominasi dirinya dan memperlakukannya seperti anak kecil.
Perasaan curiga bahwa suaminya terlibat dengan perempuan lain dalam hubungan cinta.

·      Merawat orang tua usia lanjut
Merawat orang tua usia lanjut dirumah sendiri merupakan bahaya yang serius bagi kebanyakan pasangan usia madya, karena tugas tersebut menganggu penyesuaian mereka satu sama lain setelah anak-anak mulai meninggalkan rumah. Akibatnya penyesuaian seksual akan terpengaruh.
Untuk mempersulit situasi tersebut adalah bahwa relasi orang tua tersebut biasanya adalah ibu, dari salah satu pasangan. Apabila dia tidak mau mengubah perannya dari kepala rumah tangga dan sekarang menjadi seseorang yang bergantung, mungkin dia akan mencoba untuk mendominasi situasi sebagaimana biasa dilakukannya di rumahnya sendiri. Sikap seperti ini menimbulkan ketegangan dengan seluruh anggota keluarga dan situasi rumah biasanya diwarnai oleh ketegangan yang berlanjut.

·      Hilangnya pasangan
Hilangnya pasangan karena kematian atau perceraian selama usia madya merupakan bahaya terhadap penyesuaian sosial dari pribadi yang baik, karena banyaknya masalah. Karena itu, perceraian atau ancaman perceraian adalah salah satu dari seluruh bahaya perkawinan yang paling serius pada usia madya. Karena perceraian pada usia madya merupakan oprasi besar, bagi suami maupun isteri, maka mereka tidak buru-buru menerobos untuk mengatakan dan meminta cerai tanpa pikir panjang lebar, seperti yang banyak dilakukan pasangan muda. Bagaimanapun juga, ada bukti bahwa perceraian pada usia madya berasal dari kondisi keluarga yang semakin memburuk yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun yang akhirnya tidak dapat dipertahankan lagi.
Dame dan kawan-kawan, menjelaskan: “Salah satu factor yang menyebabkan runtuhnya hidup keluarga adalah “rasa dendam” yang sudah membara dalam diri kedua belah pihak selama bertahun-tahun. Suami sering dilontari dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab tentang aktivitas seksual  yang dilakukannya baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Wanita menyimpan dendam karena dia disakiti selama mengandung dan karena sikap suaminya terhadapnya pada waktu itu. Titik balik yang sesungguhnya bagi wanita bergantung pada banyak faktor. Misalnya, dia ingin bebas dari merawat anak-anak hanya pada batas-batas tertentu saja, diakhirinya pembagian pekerjaan (seperti membangun dan mengisi rumah dengan perabotan) dan perasaan bahwa hidup itu perpapasan oleh atau dorongan dari wanita lain.
·      Kawin-lagi
Kawin lagi pada usia madya nampaknya menjadi berbahaya, khususnya apabila karena perceraian. Selama masalah keuangan merupakan penyakit bagi orang dewasa yang lebih muda, yang kawin lagi setelah cerai, masalah penyesuaian terhadap masing-masing dan terhadap pola hidup baru merupakan gangguan yang lebih menonjol bagi keberhasilan pernikahan pada usia madya. Hal ini selalu sulit bagi usia madya untuk mengubah peran dan mengikuti pola hidup yang baru.



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Usia madya merupakan masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Penyesuaian yang radikal terhadap peran, pola hidup  dan berbagai perubahan fisik, akan cenderung merusak homeostasis fisik dan psikologis seseorang dan kemudian membawanya ke masa stres. Kekecewaan pada homeostasis fisik dan psikologis tersebut tidak hanya dapat mengganggu hubungan suami istri, yang kadang-kadang menuju pada perpisahan atau perceraian, tetapi juga lambat laun membawa pria dan wanita kepada gangguan jiwa, alkoholisme, pecandu obat dan bunuh diri. Hal inilah yang menyebabkan usia madya dianggap sebagai usia yang berbahaya (Hurlock, 1990).
B.   Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya banyak kekurangan, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi bahan perbaikan bagi kami.




















DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E.B. 2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Erlangga.
Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya : Usaha Nasional.
www.scribd.com/doc/6137587/PERKEMBANGAN-DEWASA-MIDLIFE - 110k - diakses pada sabtu 21 Mei 2013.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar