BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seorang individu dalam rentang
kehidupannya di dunia ini harus melalui berbagai macam fase atau masa seiring
perkembangan usia mereka. Dalam setiap fase memiliki tugas-tugas perkembangan
masing-masing, hal ini berbeda antara fase satu dengan fase yang lainnya.
Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelesaikan setiap tugas
perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang dilaluinya dan rentang usia
yang sudah ditentukan pada tiap fase tersebut.
Seorang individu dapat dikatakan
normal atau bahagia apabila ia dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan
tepat waktu. Apabila individu tersebut tidak dapat atau mengalami hambatan
dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, maka individu tersebut akan mengalami
gangguan atau ketidakbahagiaan baik dalam aspek fisik, kognitif, emosi, sosial,
maupun spiritualnya.
Dari seluruh fase yang terjadi
selama rentang kehidupan, salah satu fase yang memegang peranan penting dalam
perkembangan seorang individu adalah masa bayi. Masa bayi disebut sebagai salah
satu fase terpenting karena selama masa ini seorang individu mulai belajar dan
memahami berbagai macam hal-hal dan pengalaman baru tentang dirinya. Banyak
macam tugas perkembangan yang harus diselesaikan seorang individu pada masa
ini. Sekalipun demikian, masa ini bukanlah suatu masa yang berbahaya bagi
perkembangan individu.
Di balik semuanya itu, ada tuntutan
tersendiri yang wajib dicapai seorang individu setelah melalui fase ini, yaitu
menjadi individu yang mandiri. Untuk dapat mencapainya, para orang tua yang
berusia madya terlebih dahulu harus memahami apa saja tugas-tugas perkembangan
bagi usia madya dan dapat memenuhi tugas-tugas tersebut.
Terdorong akan rasa keingintahuan
serta kenyataan seperti yang tersebut di atas itulah yang membuat penulis
memilih topik mengenai perkembangan masa usia madya sebagai bahan kajian dalam
pembuatan makalah kali ini. Selanjutnya, hasil pengkajian tersebut, penulis
uraikan dalam makalah berjudul “Perkembangan Masa Usia Madya.”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian usia madya?
2. Apa ciri-ciri usia madya?
3. Apa tugas-tugas selama perkembangan usia madya?
4. Apa bahaya-bahaya selama perkembangan usia madya?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian usia madya.
2. Mengetahui cirri-ciri usia madya.
3. Mengetahui tugas-tugas selama perkembangan usia
madya.
4. Mengetahui bahaya-bahaya selama perkembangan
usia madya.
D.
Metode
Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini metode
penulisan yang kami gunakan adalah metode kepustakaan, dengan mencari
bahan-bahan materi dari berbagai sumber, baik media cetak ataupun dari
kajian-kajian Islam multi media.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Usia Madya
Pada umumnya
usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai
60 tahun. Masa tersebut ditandai oleh adanya perubahan fisik, mental serta
perubahan minat (Hurlock,1990). Perubahan fisik yang dialami pada usia madya
antara lain; perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera,
perubahan pada keberfungsian fisiologis, perubahan pada kesehatan dan perubahan
seksual. Sedangkan perubahan minat yang dialami pada usia madya salah satunya
adalah perubahan dalam minat keagamaan. Banyak orang yang berusia madya baik
pria maupun wanita yang tertarik pada kegiatan yang berhubungan dengan
keagamaan daripada yang pernah mereka kerjakan pada waktu masih muda. Keinginan
untuk lebih terlibat dengan keagamaan biasanya dikarenakan mereka mempunyai
banyak waktu luang sehingga kegiatan tersebut dianggap dapat memenuhi
kebutuhannya dan keinginan tersebut akan semakin besar setelah seseorang
kehilangan anggota keluarga atau teman dekatnya. Individu pada usia madya juga
menemukan bahwa agama merupakan sumber
kesenangan dan kebahagiaan yang lebih besar daripada yang pernah diperoleh dulu
sewaktu usianya masih muda (Hurlock,1990).
Usia madya
merupakan masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan
diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Penyesuaian yang radikal
terhadap peran, pola hidup dan berbagai
perubahan fisik, akan cenderung merusak homeostasis fisik dan psikologis
seseorang dan kemudian membawanya ke masa stres. Kekecewaan pada homeostasis
fisik dan psikologis tersebut tidak hanya dapat mengganggu hubungan suami
istri, yang kadang-kadang menuju pada perpisahan atau perceraian, tetapi juga
lambat laun membawa pria dan wanita kepada gangguan jiwa, alkoholisme, pecandu
obat dan bunuh diri. Hal inilah yang menyebabkan usia madya dianggap sebagai
usia yang berbahaya (Hurlock, 1990).
B.
Ciri-ciri Usia Madya
Beberapa
cirri-ciri dari usia madya diantaranya sebagai berikut:
1.
Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti.
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua,
periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak
mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah: banyaknya
stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu: kepercayaan
tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan
berhentinya reproduksi.
2.
Usia madya merupakan masa transisi.
Usia ini merupakan masa transisi seperti
halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku
masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri
jasmani dan perilaku baru.
3.
Usia madya adalah masa stress.
Bahwa usia ini merupakan masa stress.
Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah,
khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak
nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila
sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek
sosial kehidupan mereka.
4.
Usia madya adalah usia yang berbahaya.
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya”
ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan
yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan
merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa
dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak
bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan.
Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan
gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.
5.
Usia madya adalah usia canggung.
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak
bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka
bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
6.
Usia madya adalah masa berprestasi.
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa
kritis diamana baik generativitas / kecenderungan untuk menghasilkan dan
stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson
pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka
berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila
orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi,
sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada
hidupnya.
7.
Usia madya adalah masa evaluasi.
Pada usia ini umumnya manusia mencapai
puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat
yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka
semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga
dekat.
8.
Usia madya dievaluasi dengan standar ganda.
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan
standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun
perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita
baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial
namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini
mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi
ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan
perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan
sikap pada usia tua.
9.
Usia madya merupakan masa sepi.
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi
tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah
bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan
kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
10.
Usia madya merupakan masa jenuh.
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa
ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh
dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit
memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan
membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada
variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
C.
Tugas Perkembangan Usia Madya
Adapun tugas-tugas perkembangan pada
fase setengah tua tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mencapai tanggung jawab social dan dewasa sebagai
warga Negara.
b. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang
dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
c. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu
senggangang untuk orang dewasa. Aktivitas dan memanfaatkan waktu luang
sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya.
d. Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya
(dengan suami atau istri) sebagai seorang pribadi yang utuh.
e. Menerima dan menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
f. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
dalam karir pekerjaan.
g. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin
tua.
Tugas Perkembangan Pada Usia Madya
|
|
Tugas-tugas yang berkaitan
dengan perubahan fisik.
|
Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan
akan dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada
usia madya.
|
Tugas-tugas yang berkaitan dengan minat.
|
Orang yang berusia madya sering kali mengasumsikan
tanggungjawab warga Negara dan social, serta mengembangkan minat pada waktu
luang yang berorientasi pada kedewasaan pada tempat kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa dini.
|
Tugas-tugas yang berkaitan dengan penyesuaian keruan.
|
Tugas ini berkisar pada pemantapan dan pemeliharaan
standar hidup yang relative mapan.
|
Tugas-tugas yang berkaitan dengan dengan kehidupan keluarga.
|
Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi
hal-hal yang berkaitan dengan seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri
dengan orang tua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja untuk menjadi
orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
|
D.
Bahaya-bahaya Selama Perkembangan Usia Madya
1. Personal dan Sosial bagi Orang Usia Madya
Bahaya sosial dan pribadi yang paling besar pada usia madya timbul karena
kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang kehidupan bahwa orang
usia madya biasanya gemuk dan mulai botak. Beberapa bahaya sosial dan pribadi dianggap penting sehingga orang kesulitan dalam
menyesuaikan diri.
a.
Bahaya personal
Ada beberapa
bahaya personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran
dan gaya hidup baru. Dari semua itu, ada enam macam yang dianggap umum dan
serius.
·
Diterimanya kepercayaan tradisional
Diterimanya
kepercayaan traditional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang
sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami masa menopause misalnya, sering disebut
sebagai “masa kritis” (critical period). Kepercayaan seperti ini dapat menambah
rasa takut yang tidak menentu.
Seperti
dikatakan Parker : “Masa tersebut membawa implikasi yang berbahaya, karena
menjadikan wanita merasa bahwa kesehatannya, kebahagiannya, dan hidupnya merasa
hancur dan paling berbahaya. Secara tidak langsung hal itu mengatakan bahwa
situasi menopause bukan saja masa kritis yang dapat dengan tiba-tiba
menghilang, tetapi merupakan periode yang terasa amat panjang dengan jaminan
keselamatan yang sangat minim, dimana setiap saat dapat jatuh ke jurang
kehancuran mental atau penyakit jiwa yang serius”.
·
Idealisasi anak muda
Banyak orang
usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pengelompokkan usia
dalam pola perilaku umum. Mereka tidak mau dibatasi perilaku dan kegiatannya.
Sikap memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa
masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap
bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi
semacam ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih
serius.
Sepeti yang
dijelaskan oleh Streincrohn : “Apabila Anda lebih sering rileks, apabila
Anda dengan pelan-pelan meningkat, jangan percaya bahwa Anda tumbuh menjadi tua
secara premature. Malaikat maut tidak ingin membisikkan derita besar pada Anda
dan hindarkan itu jauh-jauh sebelum Anda mencapai usia tujuhpuluhan dan
delapanpuluhan, karena dengan demikian malaikat maut akan bersabar terhadap
orang yang suka rileks dan tidak sabar pada mereka yang berlebih-lebihan”.
Wanita yang
mempunyai kemampuan penyesuaian diri paling buruk adalah mereka yang sangat
terikat dengan pentingnya factor penampilan yang keremaja-remajaan dan yang
mengagumi keperkasaan. Apabila mereka dipaksa untuk mengaca diri bahwa mereka
tidak menarik seperti dulu lagi, sehingga mereka tidak lagi dapat menarik
perhatian pria, mungkin mereka akan berontak terhadap statusnya sebagai orang
berusia madya.
Ryan
menyarankan bahwa perubahan dalam penampilan itu perlu agar menarik: Beberapa
perubahan ini mungkin menjadikan individu lebih menarik, daripada tidak
menarik. Sering bahwa pada perubahan pertama adalah terhadap warna rambut
berubah menjadi abu-abu kemudian memutih. Jelas hal ini merupakan faktor yang positif karena banyak orang yang lebih menarik dengan rambut
putih. Begitu juga individu yang semakin tua, wajahnya menjadi semakin keriput
dan kendor. Sekali lagi ini bukan tanda-tanda kerusakan. Wajah yang
bergaris-garis memberikan ciri wajah yang menyenangkan, lemah lembut dan yang
tidak tertarik kepada kelembutan anak muda.
·
Perubahan peran
Untuk dapat
menyesuaikan dengan baik dengan peran yang baru, seseorang harus dapat berbuat
seperti yang dikatakan oleh Havighurst : “menghilangkan emosi yang selama ini
diterapkan dalam peran tertentu dan memanfaatkannya pada kesempatan yang lain”.
·
Perubahan keinginan dan minat
Bahaya
besar dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul karena ia mau
tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan
tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik. Merka mau
tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai
pengangganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa
madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup
menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak
enak karena kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak
dilakukan mereka akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu
bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa
yang menjadi bosan pada waktu mereka harus mencari berbagai kegiatan dan
keinginan untuk mengisi waktu yang begitu banyak.
·
Simbol
status
Pada umumnya
wanita semakin tua semakin tertarik pada symbol status, Ada tiga reaksi umum
sebagai bagian dari wanita yang sangat menentukan symbol tersebut.
Pertama, dia
akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak adapt menyediakan cukup uang
untuk memperoleh status tersebut.
Kedua, dia
akan bersikap boros dan menjerumuskan keluarganya dengan melakukan utang.
Ketiga, dia
bias juga berbuat sesuatu dengan bekerja misalnya agar mempunyai cukup uang
demi mencukupi kebutuhannya.
Semua pola
respon tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seorang untuk memperoleh
symbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulkan percekcokan dengan keluarga,
terutama perilaku yang ketiga tadi yang menjadikan banyak pria menjawab dan
bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh.
·
Aspirasi
yang tidak realistis
Orang
berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang
ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian
diri dan social, apabila ia kelak menyadari bahwa ia tidak bias mencapai tujuan
tersebut.
b.
Bahaya sosial
Penyesuaian
sosial dalam usia ini kurang begitu dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional
dan stereotype dibandingkan
dengan penyesuaian sosial. Namun bagaimanapun
juga penyesuaian sosial sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh kepercayaan
tradisional, seperti pepatah yang berkata: “Kamu tidak dapat mengajarkan
pelajaran baru pada anjing tua,“ Atau “Sekali pemimpin tetap pemimpin” jadi
bila seseorang yang pada masa mudanya bukan seorang pemimpin, maka dimasa
tuanya merasa bahwa ia tidak ada harapan untuk berperan sebagai pemimpin baik
dalam lingkungan pekerjaan ataupun lingkungan sosial.
Ada beberapa
kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial pada
masa usia madya. Kondisi ini umumnya dibawa secara bertahap sejak
seseorang masih muda, terutama pada waktu seseorang berusia remaja dan dewasa
muda. Itulah sebabnya menyapa orang pada masa mudanya tidak memiliki kemampuan
penyesuaian sosial dengan cara yang baik sehingga pada waktu ia berusia madya
hasilnya akan sama saja.
Penyesuaian
sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan bahaya, karena semakin
bertambah usia seseorang maka ia akan semakin bergantug pada orang lain,
terutama orang yang suami atau isterinya telah meninggal, sedang anak-anaknya
sibuk dengan keluarga masing-masing. Orang usia madya yang tidak dapat
mengikuti perkembangan penting untuk memegang tanggung jawab sosial dan
tanggung jawab sebagai warga Negara di masa tuanya hidupnya akan terasa
kesepian dan tidak bahagia sehingga mengakibatkan ia terlambat dalam proses
penyesuian sosialnya.
2.
Bahaya
Pekerjaan dan Perkawinan pada Usia Madya
a. Bahaya pekerjaan
Jenis dan
macam bahaya yang timbul dalam proses penyesuaian terhadap pekerjaan pada usia
madya, dimana beberapa dari bahaya tersebut merupakan ciri dari periode
tersebut dan ada delapan bahaya yang dianggap umum dan serius.
·
Pertama kegagalan dalam mencapai cita-cita awal
Kegagalan
dalam mencapai cita-cita hidup yang sejak awal telah diimpikan oleh orang
berusia madya mengakibatkan menurunnya sikap egonya karena ia tahu bahwa usia
madya merupakan saat pencapaian puncak prestasi dan oleh sebab itu, ia
tampaknya tidak berminat lagi untuk meraih cita-citanya di saat usia sudah
cukup lanjut. Reaksinya terhadap kegagalan dalam mencapai cita-citanya
mempengaruhi sikap mereka terhadap dirinya sendiri, terhadap penyesuaian sosial,
dan terhadap pribadinya pada saat kegagalan tersebut terjadi dan pada waktu ia
mencapai usia lanjut. Bishop menyimpulkan bahwa: usia madya
adalah “Periode usia kebenaran.” Impian dan keinginan dapat membawa pria
berhasil berprestasi pada usia duapuluhan, tigapuluhan, dan usia empat puluhan. Pada waktu seorang pria mencapai usia limapuluhan, maka daya
pikirnya telah mantap, apabila ia seseorang yang bijaksana dalam memandang
kenyataan hidup. Ia harus belajar bekerjasama dengan berbagai masalah, kejadian
dan kenyataan yang tidak dapat dihindarkan an harus diatasi. Apa pun bentuk
kenyataan itu, ia ada dalam usia yang relative muda yang memungkinkan untuk memperoleh
kepercayaan, untuk merencanakan, atau berkhayal tentang sesuatu yang tidak
realistis dengan kemajuan yang sedang dituntut oleh jabatannya. Banyak pria
yang pada waktu menghadapi saat-saat kebenaran seperti ini kemudian mencari
obat sebagai pelipur lara dengan melakukan kegiatan kompensasi atau kegiatan
yang rasional atau keduanya.
· Mandirinya kreativitas
Kebanyakan
para pekerja pada usia madya menampilkan gejala kreativitas kerjanya mundur.
Hal ini mengakibatkan orang merasa kkurang dengan prestasi yang diperolehnya
dan menyatakan bahwa kreativitasnya sudah tidak sehebat yang pernah dicapai
dulu.
· Kebosanan
Perasaan
bosan selama masa dewasa dini juga merupakan bahaya dalam bekerja, karena hal
itu akan mempengaruhi pekerja usia madya melebihi kebosanan pekerja yang lebih
muda, karena kesempatan mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih menarik
semakin lama semakin kecil kemungkinan. Perasaan bosan umumnya menjangkiti
pekerja industry yang menghadapi kenyataan bahwa otomatisasi peralatan pabrik
secara meningkat, menggantikan pekerjaan setiap individu pekerja.
Packard
mengungkapkan: Gerakan tangan yang diulang-ulang yang dilakukan selama
berjam-jam, dirasakan sangat membosankan. Bapaknya menyebutnya miskin, tetapi
tukang kayu sangat bangga dengan tong yang dibuatnya. Di sini ada mesin yang
tahu segalanya, yang dapat dipakai untuk alasan untuk berbangga. Mungkin aturan
yang berlaku bagi pekerja yang menggunakan mesin juga melarang mereka
untuk berbicara dengan sesame pekerja dalam tugas, atau melarang pekerja
untuk mencari minum, kecuali pada jam istirahat.
· Keagungan
Kecenderungan
menjadi agung (“bigness”) dalam bidang usaha, industry dan pekerjaan
professional lainnya juga merupakan bahaya pekerjaan bagi para pekerja yang
berusia madya dewasa ini, karena kebiasaan bekerja dalam situasi yang ramah,
situasi kerjanya tidak formal, di mana ia tahu setiap teman sejawatnya, kapan
waktu untuk istirahat dan kesempatan santai lainnya, kapan waktu untuk
mengobrol dengan kawan, bekerja dalam kelompok besar, merupakan ciri-ciri
suasana bebas dari lingkungan kerja.
Para pekerja
yang professional juga merasa bahwa dalam satuan organisasi yang sangat besar
dan rumit, sehingga interaksi yang penuh persahabatan dan ramah yang dulu bisa
mereka nikmati, sekarang merupakan kenangan belaka.
· Perasaan terperangkap
Banyak
pekerja usia madya yang merasa “terperangka” dalam pekerjaan sebagai sisa
hidupnya, dan merasa tidak akan dapat untuk membebaskan diri sendiri sampai ia
mencapai usia pension. Sebagian besar pekerja usia madya bagaimanapun juga
merasa bahwa mereka harus tetap bekerja pada pekerjaan yang itu saja bahkan
pada pekerjaan yang tidak disukainya karena mereka merasa terlambat untuk
bebuat seperti pekerja yang lebih muda, karena mereka sekarang sudah terikat
oleh tanggung jawab terhadap keluarga, yang secara tersamar membatasi mereka
untuk mencari pengetahuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang tugas.
Seorang pria usia madya yang terperangkap dengan cara ini kemudian diwawancarai
tentang sikapnya terhadap tugas mengatakan: Betul saya
terperangkap. Mengapa saya harus demikian? Dua puluh lima tahun yang lalu anak
usia 18 tahun yang tolol dari suatu perguruan tinggi mengubah pikirannya, yaitu
bercita-cita ingin jadi dokter gigi. Karena sikap itu, saya menjadi dokter
gigi. Tetapi saya sekarang merasa tertahan, yang saya ingin ketahui
adalah; siapa yang mengatakan bahwa anak dapat memutuskan tentang apa yang
dapat saya kerjakan dari sisa hidup saya?
· Pengangguran
Masalah
pengangguran selalu menjadi masalah yang sangat serius terlebih lagi dalam
situasi resesi ekonomi daripada pada masa tidak resesi. Orang dewasa muda yang
dipecat, atau yang berhenti dari pekerjaannya biasanya dapat memperoleh
pekerjaan baru dalam tempo yang relative singkat. Tetapi bagaimanapun juga memperoleh
pekerjaan menjadi makin sulit karena makin bertambahnya tahun yang dilewatinya,
sehingga periode menganggur dialami dalam waktu yang relative bertambah lama.
Empat
kelompok pekerja usia madya yang sulit mencari pekerjaan adalah mereka
yang IQ-nya rendah, wanita, pria dari kelompok minoritas dan pekerja pelaksana
atau mereka yang bekerja paad tingkat kelompok manajemen menengah.
Menganggur
merupakan bahaya mental yang paling serius bagi setiap pekerja, tanpa pandang
usia, jenis kelamin, suku dan status serta golongan. Orang yang sudah
menganggur dalam waktu yang lama perasaannya sering berkembang kea rah yang
tidak menentu dan merasa tidak diperlukan, yang mengakibatkan sikapnya sangat
pasif (extreme passivity) atau sangat agresif (overaggresiveness). Kedua sikap
ini sangat tidak menguntungkan dalam mencari pekerjaan di masa yang akan
datang.
· Sikap tidak menyenangkan terhadap pekerjaan
Sikap tidak
menyenangkan terhadap pekerjaan dapat menimbulkan efek yang merusak pada
prestasi kerja dan penyesuaian pribadi para pekerja berusia madya.
· Mobilitas geografis
Beberapa
pekerja dihadapkan dengan kaharusan untuk pindah ke masyarakat lain yang
jaraknya sering puluhan kilometer, jauh dari rumah dimana ia sekarang tinggal,
untuk bekerja pada pekerjaan yang sama atau mencari pekerjaan baru agar ia
tidak menganggur.
Kebanyakan
orang yang berusia madya tidak senang untuk dipindahkan, khususnya apabila
orang masih mempunyai anak usia belasan yang masih sekolah, atau karena
isterinya juga bekerja atau aktif dalam organisasi atau kegiatan masyarakat.
b.
Bahaya
Perkawinan
Bahaya
perkawinan sering lebih serius dibandingkan dengan pada masa dewasa dini,
karena kesempatan untuk membangun penyesuaian yang baik berjalan lambat
daripada berjalannya waktu dan pada waktu anak-anak meninggalkan rumah,
motivasi orang dewasa untuk menjaga situasi keluarga yang bahagia menurun.
· Kebosanan
Wanita yang
membaktikan seluruh masa hidup dewasanya untuk mengurusi rumah tangga menjadi
bosan pada usia madya, pada ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Banyak
wanita usia madya dewasa ini melihat bahwa ada kesempatan untuk maju dalam
dunia kerja, kemudian memutuskan untuk belajar ketrampilan baru, atau berusaha
memperbaiki ketrampilannya yang mulai memudar dengan cara masuk kursus atau
kuliah lagi. Bagi kelompok wanita lain yang tidak mempunyai cukup uang untuk
itu, atau yang kurang memperoleh dukungan dan dorongan dari suaminya, hanya
bias bertahan dalam kebosanannya, sehingga proses penyesuaian diri, pernikahan
dan social yang dilakukan sangat jelek.
· Oposisi terhadap perkawinan anak
Masalah yang
serius kadang-kadang atau timbul pada waktu seorang anak usia remaja atau anak
yang sudah dewasa menikah dengan seseorang, sedang orang tuanya tidak setuju.
Apabila mereka menantang perkawinannya, hal ini akan menjadi penghalang dalam
menyesuaikan diri dengan cara yang memuaskan, pada saat berangkat meninggalkan
rumah. Tantangan semacam ini biasanya menjadi penghalang antara pihak orang tua
dengan pihak anak, yang mengakibatkan hubungan dan pertemuan antara anak dengan
orang tua menjadi jarang. Begitu juga hubungan dengan cucu dan anak besan
menjadi tegang dan tidak menyenangkan.
· Ketidakmampuan membangun hubungan yang memuaskan
dengan pasangan sebagai pribadi
Salah satu
tugas penting yang perlu dikembangkan pada usia madya adalah usaha untuk
menciptakan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Hal ini khususnya sulit
bagi wanita karena masalah yang dihadapinya dalam melakukan penyesuaian yang
memuaskan terhadap peran baru yang harus ia mainkan sekarang yakni bahwa
anak-anak telah meninggalkan rumah. Bahaya penyesuaian ini juga dialami oleh
pria.
Banyak pria
dan wanita dapat melakukan penyesuaian perkawinan ini dengan berhasil dan
bahkan lebih bahagia dalam perkawinannya daripada yang dialaminya selama masih
merawat anak-anak, tetapi bagi orang lain hal ini merupakan transisi yang
membahayakan. Sikap yang paling penting bagi suami dan isteri yang menentang
penciptaan hubungan baik. Sebagian besar sikap yang tidak menyenangkan ini
sudah berkembang selama bertahun-tahun, sehingga pada usia madya sikap tersebut
sudah berakar begitu kuat sehingga sangat sulit dihilangkan.
· Penyesuian seksual
Kegagalan
untuk mencapai hubungan yang baik dengan pasangan mempunyai efek balik dalam
penyesuaian seksual selama masa usia madya. Faktor tersebut membahayakan
penyesuaian perkawinan dan sangat menambah kekecewaan terhadap perkawinan
selama periode tersebut.
Wanita yang
kecewa dengan perkawinannya, mungkin mencoba mencari kompensasi dengan
melakukan pemusatan segala daya upaya dan waktu untuk membantu anak-anaknya
yang sudah dewasa, aktif dalam kegiatan masyarakat atau dengan melakukan
hubungan seksual di uar nikah dengan seseorang yang dirasa lebih menghargainya
daripada suaminya.
Pria usia
madya yang kehidupan seksualnya tidak memuaskan akan melakukan hubungan seksual
di luar nikah atau ia merasa bersalah karena ia telah gagal memberikan kepuasan
seksual kepada isterinya.
SIKAP YANG MENENTANG PEMANTAPAN
HUBUNGAN YANG BAIK DENGAN PASANGAN
|
||
No.
|
Sikap suami
|
Sikap isteri
|
1.
|
Tidak puas dengan penyesuaian dalam hubungan seksual.
|
Tidak puas dengan penyesuaian seksual.
|
2.
|
Jikalau suami berhasil dalam karier. Ia merasa bahwa
isterinya tidak mendukung
keberhasilannya.
|
Kehilangan ilusinasi dengan suaminya karena ia tidak
berhasil dalam karier.
|
3.
|
Apabila ia tidak berhasil dalam karier. Ia merasa
bahwa isterinya tidak membantu dalam mengembangkan karier suaminya, bahkan
dianggap menghalanginya.
|
Merasa dijadikan budak dirumah atau oleh saudaranya
yang lebih tua.
|
4.
|
Perasaan bahwa ia dan isterinya mempunyai perbedaan
sikap dan kesenangan yang besar, karena isterinya sering menolak untuk
tertarik pada sesuatu yang dianggap penting baginya.
|
Dugaan bahwa suami kikir dalam membelanjakan uang
untuk pakaian dan rekreasi.
|
5.
|
Sikap mengkritik terhadap cara pengelolaan rumah dan
keuangan oleh isterinya dan suatu kepercayaan bahwa metode latihan bagi
anaknya telah dilakukan dengan cara yang serba membolehkan atau sangat
longgar.
|
Keyakinan bahwa suaminya tidak menghargai waktu dan
usaha yang telah dilakukannya untuk tugas-tugas rumah tangga.
|
6.
|
Tidak puas terhadap penampilan isteri.
|
Perasaan bahwa suaminya lebih tertarik pada karier
daripada dirinya, perasaan
bahwa suaminya menggunakan terlalu banyak waktu dan uang untuk saudara-saudaranya.
|
7.
|
Perasaannya bahwa isterinya mendominasi dirinya dan
memperlakukannya seperti anak kecil.
|
Perasaan curiga bahwa suaminya terlibat dengan
perempuan lain dalam hubungan cinta.
|
· Merawat orang tua usia lanjut
Merawat
orang tua usia lanjut dirumah sendiri merupakan bahaya yang serius bagi
kebanyakan pasangan usia madya, karena tugas tersebut menganggu penyesuaian
mereka satu sama lain setelah anak-anak mulai meninggalkan rumah. Akibatnya
penyesuaian seksual akan terpengaruh.
Untuk mempersulit
situasi tersebut adalah bahwa relasi orang tua tersebut biasanya adalah ibu,
dari salah satu pasangan. Apabila dia tidak mau mengubah perannya dari kepala
rumah tangga dan sekarang menjadi seseorang yang bergantung, mungkin dia akan
mencoba untuk mendominasi situasi sebagaimana biasa dilakukannya di rumahnya
sendiri. Sikap seperti ini menimbulkan ketegangan dengan seluruh anggota
keluarga dan situasi rumah biasanya diwarnai oleh ketegangan yang berlanjut.
· Hilangnya pasangan
Hilangnya
pasangan karena kematian atau perceraian selama usia madya merupakan bahaya
terhadap penyesuaian sosial dari
pribadi yang baik, karena banyaknya masalah. Karena itu, perceraian atau
ancaman perceraian adalah salah satu dari seluruh bahaya perkawinan yang paling
serius pada usia madya. Karena perceraian pada usia madya merupakan oprasi
besar, bagi suami maupun isteri, maka mereka tidak buru-buru menerobos untuk
mengatakan dan meminta cerai tanpa pikir panjang lebar, seperti yang banyak
dilakukan pasangan muda. Bagaimanapun juga, ada bukti bahwa perceraian pada
usia madya berasal dari kondisi keluarga yang semakin memburuk yang sudah
berlangsung selama bertahun-tahun yang akhirnya tidak dapat dipertahankan lagi.
Dame dan
kawan-kawan, menjelaskan: “Salah satu factor yang menyebabkan runtuhnya hidup
keluarga adalah “rasa dendam” yang sudah membara dalam diri kedua belah pihak
selama bertahun-tahun. Suami sering dilontari dengan pertanyaan-pertanyaan yang
tidak terjawab tentang aktivitas seksual yang dilakukannya baik sebelum
maupun sesudah perkawinan. Wanita menyimpan dendam karena dia disakiti selama
mengandung dan karena sikap suaminya terhadapnya pada waktu itu. Titik balik
yang sesungguhnya bagi wanita bergantung pada banyak faktor. Misalnya, dia ingin bebas dari merawat anak-anak hanya pada
batas-batas tertentu saja, diakhirinya pembagian pekerjaan (seperti membangun
dan mengisi rumah dengan perabotan) dan perasaan bahwa hidup itu perpapasan
oleh atau dorongan dari wanita lain.
· Kawin-lagi
Kawin lagi
pada usia madya nampaknya menjadi berbahaya, khususnya apabila karena
perceraian. Selama masalah keuangan merupakan penyakit bagi orang dewasa yang
lebih muda, yang kawin lagi setelah cerai, masalah penyesuaian terhadap
masing-masing dan terhadap pola hidup baru merupakan gangguan yang lebih
menonjol bagi keberhasilan pernikahan pada usia madya. Hal ini selalu sulit
bagi usia madya untuk mengubah peran dan mengikuti pola hidup yang baru.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia madya
merupakan masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan
diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Penyesuaian yang radikal
terhadap peran, pola hidup dan berbagai
perubahan fisik, akan cenderung merusak homeostasis fisik dan psikologis
seseorang dan kemudian membawanya ke masa stres. Kekecewaan pada homeostasis
fisik dan psikologis tersebut tidak hanya dapat mengganggu hubungan suami
istri, yang kadang-kadang menuju pada perpisahan atau perceraian, tetapi juga
lambat laun membawa pria dan wanita kepada gangguan jiwa, alkoholisme, pecandu
obat dan bunuh diri. Hal inilah yang menyebabkan usia madya dianggap sebagai
usia yang berbahaya (Hurlock, 1990).
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya banyak kekurangan, oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi bahan perbaikan
bagi kami.
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock, E.B.
2002. Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Erlangga.
Mappiare,
A. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya : Usaha Nasional.
www.scribd.com/doc/6137587/PERKEMBANGAN-DEWASA-MIDLIFE
- 110k - diakses pada sabtu 21 Mei 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar