Kamis, 03 November 2016

MANFAAT ILMU BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insane dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting psikologis situasi emosional dan intelektual yang melatar belakangi karyanya.
Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya. (Musa Asyari, Filsafat Islam, 1999).
Berbicara tentang manusia, maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam persfektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini diyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akalbudi dan mengungguli mahluk yang lain. Manusai juga dikatakan sebagai homo faber haltersebut dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salahsatu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang senang bermain). Manusia dalam bermaian memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan bersifat fun. Fun disini merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan. Permaianan dalam sejarahnya juga digunakan

B.       Rumusan Masalah
       Berdasarkan latarbelakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa hubungan manusia dan ilmu pengetahuan?
2.      Bagaimana eksistensi pengetahuan manusia?
3.      Bagaimana filsafat tentang eksistensi?

C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1.    Mengetahui pengertian tasawuf irfani.
2.    Mengetahui tokoh-tokoh dan paham dari aliran tasawuf irfani.

D.      Metode Penulisan
       Dalam penyusunan makalah ini metode penulisan yang kami gunakan adalah metode kepustakaan, dengan mencari bahan-bahan materi dari berbagai sumber, baik media cetak ataupun dari kajian-kajian Islam multi media.















BAB II
 PEMBAHASAN

A.  Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya, manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yaitu akal dan daya nalar. Kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak berbagai jenis makhluk hidup lainnya.  Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu terus berusaha untuk menambah dan mengumpulkan llmu pengetahuannya. Ilmu pengetahuan yang didapatkan adalah untuk memelihara bumi ini dari segala kerusakan, karena manusia diutus untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia mendapatkan ilmu pengetahuan dari pengalaman yang didapatkannya ( empiris ) dan juga logika yang mereka miliki (rasional) dari pengalaman tersebut manusia terus-terusan mengolahnya dengan cara berpikir sehingga menghasilkan suatu ilmu pengetahuan. Manusia yang cerdas akan mampu menggali kumpulan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola muka bumi ini. Namun, tidak selamanya pengetahuan yang diperoleh manusia ini bermanfaat, ada juga pengetahuan yang ternyata menimbulkan suatu permasalahan ataupun mudarat.
Di dalam Islam, orang-orang yang berilmu dan beriman akan mendapat martabat yang tinggi di sisi Allah swt, kekayaan terbesar dalam islam adalah pengetahuan dan hikmah maka doa yang dimintakan Allah agar kita mohonkan kepada-Nya ialah untuk menambah pengetahuan. Oleh karena itu, dalam Islam menuntut ilmu hukumnya wajib sehingga dapat menyebarluaskan ilmu tersebut kepada orang lain. Di dalam hidup agar dapat membuat keputusan yang benar juga harus diiringi dengan pengetahuan sehingga terwujud kehidupan yang baik. Pengelolaan sumber daya alam juga harus diiringi dengan pengetahuan yang memadai untuk pemanfaatan yang benar dan sebagai pengelola bumi yang baik harus tak henti-hentinya belajar, karena ilmu pengetahuan itu berubah. Ada yang ternyata salah dan harus di buang dan ada pula yang harus ditambahkan.
Kemampuan manusia dalam mengembangkan pengetahuan tidak lepas dari kemampuan menalar. Manusia satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.  Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas hanya untuk kelangsungan hidupnya (survival).  Manusia mengembangkan pengetahuan bukan hanya sekadar  untuk kelangsungan hidup, tetapi dengan memikirkan hal-hal baru; manusia mengembangkan kebudayaan, manusia member makna pada kehidupan, dengan kata lain semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekadar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi.
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut alur kerangka berpikir tertentu yang disebut penalaran. Kedua hal inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya.
Manusia berpikir karena memiliki akal. Manusia memiliki kemampuan untuk membuat dan mengambil keputusan hal inilah yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Manusia dapat mengambil keputusan terletak pada kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar, sedangkan kemampuan berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sederhana dibanding dengan otak berbagai Jenis makhlik hidup lainnya. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang baru. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama, maka kegiatan berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda karena masing-masing mempunyai yang disebut dengan criteria kebenaran yang merupakan suatu proses penemuan kebenaran tersebut. Manusia berpikir dan bernalar untuk mengumpulkan pengetahuan yang tersembunyi di alam raya ini. Proses mengumpulkan pengetahuan merupakan suatu proses belajar yang dialami manusia sejak ia lahir hingga ke liang lahat. Kemudian pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui penggunaan akalnya disusun menjadi suatu bentuk yang berpola.
Dengan berpikir, manusia berkesempatan mendapatkan pendidikan membentuk sistem kekeluargaan yang akhirnya terbentuk manusia yang cerdas sehingga dapat bermasyarakat dengan baik. Tanpa kecerdasan yang bersumber dari kemampuan berpikir, manusia tidak mampu menggali kumpulan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola bumi dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
Secara umum maka tiap perkembangan dalam idea, konsep dan sebagainya dapat disebut berpikir. Akan tetapi, pemikiran keilmuan bukanlah suatu pemikiran yang biasa. Pemikiran keilmuan adalah pemikiran yang bersungguh-sungguh, artinya suatu cara berpikir yang berdisiplin, dimana seseorang yang berpikir sungguh-sungguh takkan membiarkan idea dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun kesemuanya itu akan diarahkannya pada suatu tujuan tertentu. Berpikir keilmuan sering digunakan oleh para peneliti dan juga penemu yang mempunyai minat untuk terus mengolah pemikiran mereka sehingga mengasilkan suatu ilmu ataupun konsep. Orang yang berpikir kelimuan tidak akan membiarkan ide dan konsep yang ada dipikirannya hilang begitu saja.  Tetapi dalam bidang keilmuan, berpikir seperti ini ternyata kurang penting karena titik berat terletak dalam usaha untuk memahami obyek yang belum ditetapkan dan cara berpikir seperti ini dinamakan penalaran (reasoning).
Jika berpikir dengan sungguh-sungguh, maka kita akan mendapatkan pengetahuan dan juga ilmu, namun disini terdapat perbedaan antara ilmu dan juga pengetahuan yang didapatkan oleh manusia.  Pengetahuan adalah suatu hasil dari pengamatan dan juga pengalaman yang dirasakan oleh panca indra, sehingga kita menjadi tahu, dan bagian dari pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah hasil dari proses berpikir dengan pertanyaan “bagaimana hal itu bisa terjadi ?”, dengan pertanyaan itu maka manusia akan berusaha untuk melakukan sebuah penelitian sehingga akan mendapatkan kesimpulan atau dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu. Akibatnya adalah bahwa teori-teori kelimuan tidak merupakan kebenaran yang pasti. Apa yang mampu dilakukan ilmu, dan apa yang sebenarnya memang dilakukan ilmu, semuanya hanyalah bersifat kemungkinan (peluang). Ilmu memberi kita, sebagai tambahan terhadap uraian gejala yang diamati, pernyataan yang bersifat peluang.
Pada gilirannya manusia dengan eksistensi dirinya secara potensial untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan. Dengan menggunakan akal, manusia dapat berfikir berfilsafat, merenungkan, mengamati, dan meneliti. Kegiatan akal sebagaimana disebutkan, menjadi cirri khas sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di antara makhluk lain yang diciptakan Allah.
Berfikir merupakan kegiatan yang melekat pada eksistensi manusia. Berfikir menjadi aktivitas manusia yang hidup dalam menyadari eksistensinya. Paling dilihat dari sifat-sifatnya, kegiatan berfikir dikelompok kepada beberapa hal, yaitu:
1.    Berfikir Biasa
Berfikir biasa adalah bergaul dengan pengalaman-pengalaman indrawiah untuk membentuk pengetahuan. Berfikir biasa disebut juga berfikir kongkrit atau berfikir sederhana. Kegiatan berfikir yang dilakukan berkenaan dengan semua pengalaman indrawi yang disimpan dalam kawasan tahu seseorang tentang sesuatu objek dalam dirinya dan lingkungannya. Proses berfikir biasa berlangsung pada diri setiap orang yang sadar akan diri dan lingkungannya berlangsung setiap saat, kecuali dalam keadaan tidur, mabuk, dan gila.
2.    Berfikir Logis
Tugas utama logika adalah member aturan-aturan, hukum-hukum dan kaidah-kaidah serta penjelasan bagaimana seharusnya manusia berfikir tepat dan benar. Tegasnya, berfikir logis adalah suatu teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang sah/benar. Salah satu perspektif Islam tentang keharusan manusia berfikir logis ditegaskan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 164.
3.    Berfikir Filsafati
Satu-satunya alat yang digunakan oleh para filosof dalam kegiatan berfilsafatnya adalah akal. Karena dengan akal sendiri merupakan suatu unsur dari rohaniah manusia. Tidak mungkin keseluruhan dimengerti sebagian saja. Apakah dengan intuisi saja keyakinan dapat dicapai? Jawabannya sama, bahkan terdapat banyak kesulitan dengan intuisi. Maka jelaslah bahwa filsafat bukan satu-satunya alat untuk mencapai kebenaran hakiki, karena kebenaran hakiki bisa dicapai dengan keseluruhan rohaniah manusia, yaitu akal pikirannya, perasaan, intuisi, naluri, pendek kata seluruh kedirian manusiawinya seorang anak manusia menuju kebermaknaan hidup yang memungkinkan dicapai seseorang dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan Tuhan di alam ini sampai akhir zaman.
4.    Berfikir Ilmiah
Kegiatan berfikir adalah kegiatan akal budi yang berada dalam tataran ilmiah, yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang umum. Suatu pernyataan dikatakan benar bila didasarkan kenyataan-kenyataan yang sudah pasti. Karena itu, kepastian sebagai syarat bagi suatu penyelidikan untuk disebut ilmiah. Suatu prosesberfikir dikatakan ilmiah apabila dilakukan secara sistematis, metodis dan objektif dalam rangka mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Dalam Al-Qur`an dijelaskan Allah dalam surat Ar-Rum ayat 8.
5.    Berfikir Theologis
Salah satu tiang ajaran Islam yang penting adalah penghargaan terhadap akal manusia seta melindunginya terhadap kemungkinan tindakan orang yang mau mengabaikan nikmat Allah yang tak ternilai ini. Islam menempatkan akal pada posisi yang terhormat dan menjadikan akal sebagai alat untuk meyakini adanya Tuhan, eksistensi Allah. Karena iti, kehadiran Islam yang memuliakan manusia, telah memobilisasi terhadap akal dengan membuka sera menggerakkan akal pada tempat yang wajar dari semestinya dalam kehidupan rohaniah dan jasmaniah manusia. Dengan demikian, berfikir theologies adalah suatu corak berfikir qur`ani yang betujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah adalah wujud al-Haq. Maka dorongan Islam terhadap manusia untuk menggunakan akal sehat dan pikiran logis itu sebagai sarana mencapai kebenaran merupakan sesuatu yang tak terbantahkan.

B.   Eksistensi Pengetahuan Manusia
Manusia berupaya mengenal dirinya dan mengenal dunia. Manusia ingin lebih tahu siapa dirinya dan bagaimana dunia. Dua jenis pengetahuan ini menentukan evolusi, kemajuan dan kebahagiaannya. Dari dua jenis pengetahuan ini mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting? Jawaban untuk pertanyaan ini tidaklah mudah. Ada yang menganggap mengenal diri itu lebih penting, dan ada yang memandang mengenal dunia lebih penting. Perbedaan jawaban untuk pertanyaan ini terjadi akibat perbedaan cara berpikir Timur dan Barat. Juga akibat perbedaan pandangan ilmu pengetahuan dan pandangan agama. Ilmu pengetahuan adalah sarana untuk mengetahui dunia, sedangkan agama adalah produk dari kenal, tahu atau sadar diri.
Ilmu pengetahuan, selain berupaya membuat manusia mengenal dirinya, juga berupaya membuat manusia mengenal dunia. Tanggung jawab ini diemban berbagai cabang psikologi. Namun kalau manusia mengenal dirinya melalui ilmu pengetahuan, maka kenal diri seperti ini menjemukan dan tidak hidup. Kenal diri seperti ini tidak menghidupkan jiwa manusia dan juga tidak membangkitkan kemampuan terpendam manusia. Namun kalau manusia mengenal dirinya melalui agama, maka kenal diri seperti ini membuatnya mengetahui realitasnya, menghilangkan apatinya, membakar jiwanya dan membuatnya memiliki rasa kasih sayang dan simpati. Tugas seperti ini tak mungkin diemban oleh ilmu pengetahuan dan filsafat. Bukan saja itu, ilmu pengetahuan dan filsafat terkadang justru membuat manusia tidak sensitif dan lupa akan dirinya. Itulah sebabnya mengapa ilmuwan dan filosof tidak sensitif dan egois. Kata pepatah, mereka ini laksana anjing dalam palungan (bak tempat makanan dan minuman ternak ). Mereka lupa akan dirinya, sedangkan banyak orang tak berpendidikan sadar akan dirinya.
Agama mengajak manusia untuk mengenal dirinya. Pokok-pokok ajaran agama adalah: Kenalilah dirimu agar kamu tahu Tuhanmu. Jangan lupa Tuhanmu agar kamu tidak lupa akan dirimu. Al-Qur'an mengatakan: Danjanganlah kamu seperti orang-orang yang lupa akan Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-arang yang fasik. (QS. al-Hasyr: 19).
Nabi saw bersabda, "Barangsiapa kenal dirinya, maka kenal Tuhannya." Imam All bin Abi Thalib as mengatakan, "Pengetahuan yang paling bermanfaat adalah pengetahuan tentang diri." Imam Ali as juga mengatakan, "Saya heran mengapa orang yang mencari apa-apa yang dihilangkan oleh dirinya, tidak mencari dirinya."
Entah kita memandang lebih penting mengenal diri atau mengenal dunia, atau kita memandang keduanya itu sama penting, maka yang pasti perluasan pengetahuan berarti perluasan kehidupan manusia. Hidup sama saja dengan pengetahuan, dan pengetahuan sama saja dengan hidup. Barangsiapa lebih mengenal dirinya dan dunia, maka dia lebih memiliki kehidupan. Jelaslah dalam konteks ini arti mengenal diri bukanlah mengetahui isi kartu identitas diri seperti nama diri, nama kedua orang tua, nama tempat kelahiran, nama tempat tinggal dan sebagainya. Juga artinya bukan mengetahui biologi diri yang dapat diikhtisarkan dalam pengetahuan tentang binatang yang lebih tinggi daripada beruang dan kera. Untuk lebih jelasnya, kita lihat secara ringkas berbagai jenis sadar diri. Kita loncati saja sadar diri sebagai mengetahui kartu identitas itu, yang sifatnya kiasan dan tidak riil itu. Ada beberapa jenis sadar (mengenal) diri yang nyata.

C.  Filsafat Tentang Eksistensi
Eksistensi” dari kata dasar “exist”. Kata ”exist” itu sendiri adalah bahasa latin yang terdiri dari dua kata yaitu ”ex” yang berarti keluar, dan “st (sistare)” artinya berdiri. Jadi eksistensi adalah berdiri engan keluar dari diri sendiri.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Akan tetapi eksistensialisme sadar bahwa kebenaran relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Aliran eksistensialisme ini mempersoalkan keberadaan manusia, dan keberadaan itu dihadirkan lewat kebebasan. Selain itu, eksistensialisme juga merupakan suatau aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu makhluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia menyadari dirinya berada di dunia, mengerti gunanya pohon, batu dan salah satu diantaranya ialah ia mengerti bahwa hidupny mempunyai arti. Artinya adalah bhwa manusia adalah subyek. Subyek artinya menyadari. Barang-barang yang disadarinya disebut obyek.
Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu selalu melihat cara manusia berada, eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, manusia dipandang sebgai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai. Tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme diantaranya: Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Karl Jaspers, Friedrich dan Soren Aabye Keikeegaard.
           





























BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eksistensi manusia sebagai tema sentral dalam filsafat eksistensialisme membuka wawasan baru akan pentingnya suatu pemikiran yang bebas dan tidak terbatas. Pikiran yang bebas dan tidak terbatas pada manusia seperti halnya daya imaginasi yang tidak terkekang oleh jarak, ruang dan waktu merupakan keistimewaan ( special gift ) manusia dalam memahami eksistensinya sebagai makhluk berakal.
Pikiran yang bebas dan tidak terbatas bukan berarti bahwa manusia mempunyai hak untuk bertindak seperti apa yang dipikirkannya. Karena pikiran dan tindakan adalah dua hal berbeda yang mempunyai tujuan yang sama yaitu menunjukan eksistensi manusia sebagai makhluk individu yang berakal, tetapi mempunyai dampak yang berbeda. Pikiran yang bebas dan tidak terbatas tidak akan berefek apapun selama masih hanya berbentu pikiran namun setelah direalisasikan dalam tindakan maka harus memenuhi terma dan syarat ( T&C ) yang sesuai dengan situasi, kondisi, pandangan, norma, adat istiadat, culture dan hukum-hukum yang mengikat dan menjadi dasar disuatu wilayah dimana manusia tersebut berada. Karena jika tidak, maka tindakan tersebut akan mengancam eksistensi manusia itu sendiri.
Eksistensi manusia yang paling penting untuk disadari oleh setiap orang dalam dunia ini adalah bahwa Manusia tercipta untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa berdiri sendiri sebagai satu individu yang terpisah tanpa dipengaruhi oleh segala yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas manusia lainnya.
Segala aktivitas manusia terhadap lingkungannya hanya bisa dinilai dan diartikan oleh dua hal. Aktivitas yang sejalur dengan peradaban sosial, norma dan aturan serta cultur dan budaya di wilayah yang dihuninya maka akan disebut aktivitas baik. Sementara aktivitas yang melawan arus yang berbeda dan bertentangan dengan segala peraturan yang ada di sekelilingnya maka akan dikonotasikan sebagai aktivitas jahat (buruk). Manusia yang melakukan aktivitas baik disebut orang baik, sedangkan yang melakukan aktivitas jahat disebut orang jahat.
Eksistensi manusia wujud karena keberadaan manusia lain disekitarnya. Jika seorang manusia hidup sendiri, mengasingkan diri dari manusia yang lainnya maka eksistensinya sebagai manusia tetap ada namun diragukan atau tidak dianggap sama sekali. Karena sebagai tema sentral dalam existensialisme manusia, manusia haruslah menjadi makhluk sosial yang saling melengkapi satu sama lainnya sehingga tercipta suatu ritme yang harmonis.
B. Saran
Kepada pembaca yang sekiranya menemukan kejanggalan atau tidak sesuai dan kekurangan dalam makalah ini, kami memohon untuk memberikan kritik serta sarannya yang akan menjadikan perbaikan bagi kami di masa yang akan datang dan menjadikan makalah yang akan kami buat di kemudian hari lebih baik.




























DAFTAR PUSTAKA
Martin, Vincent, O.P. 2003. Filsafat Eksistensialisme. Pustaka Pelajar; Yogyakarta.
Takeshita, Masataka, 2005. Manusia Sempurna Menurut Konsepsi Ibn ‘Arabi. Terjemah dari: Ibn ‘Arabi’s Theory of Perfect Man and Its Place in Islamic History. Pustaka Pelajar; Yogyakarta.
Gazalba, DRS. SIDI. 1981. Sistematika Filsafat. N. V. Bulan Bintang; Jakarta.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar