Kamis, 03 November 2016

Syi'ah

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Munculnya berbagai prasangka terhadap Syi’ah adakalnya menjadi persoalan umat muslim di Indonesia bahkan dunia. Masalah ini menjadi sebuah perang batin bahkan menjadi perang berdarah seperti yang terjadi di Sampang. Madura yang terjadi beberapa waktu lalu. Jika berbagai prasangka tersebut tidak dipahami dan dicari tahu apa yang sebenarnya terjadi, maka yang akan terjadi adalah rusuh diantara umat islam yang akan memperburuk citra islam di dunia.
Kata Syi’ah dari segi terminology berarti suatu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa Ali bin Abu Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Rasulullah SAW.
Apakah yang menyebabkan Syi’ah sangat berbeda dalam Islam adakalnya kita harus mengenal Syi’ah itu sendiri. Sedangkan di Indonesia mempunyai asas keragaman budaya dan agama,  sehingga sebuah konflik agama harus sebisa mungkin di hindari.
Madzhab Syi’ah memiliki visi politiknya sendiri, sebagian dekat dan sebagian lain jauh dari agama Islam Sunni. Madzhab ini tampil pada  akhir masa pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Setiap kali Ali berhubungan dengan masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat-bakat, kekuatan beragama, dan ilmunya. Dan ditambah Ali bin Abu Thalib adalah keponakan Rasulullah. Karena itu para propagandis Syi’ah mengeksploitasi kekaguman mereka terhadap Ali untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya.
Di antara pemikiran itu ada yang menyimpang, dan ada pula yang lurus. Ketika keturunan Ali yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat perlakuan zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada masa Bani Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin mendalam. Mereka memandang Ahlulbait ini sebagai Syuhada dan korban kedzaliman. Dengan demikian, semakin meluaslah daerah madzhab Syiah dan pendukungnya semakin banyak. Golongan Syiah beranggapan bahwa Sayyidina Ali bin Abu Thalib dan anak keturunannya lebih berhak menjadi khalifah daripada orang lain, berdasarkan wasiat Nabi. Masalah khalifah ini adalah soal politik yang dalam perkembangan selanjutnya mewarnai pandangan mereka di bidang agama.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana sejarah munculnya aliran Syi’ah?
2.      Apa saja Aliran - aliran Syi’ah?
3.      Bagaimana perkembangan dan ajaran Syiah?
4.      Bagaimana sikap kita terhadap Syi’ah?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1.      Mengetahui sejarah munculnya aliran Syi’ah
2.      Mengetahui Aliran - Aliran Syi’ah
3.      Mengetahui Perkembangan dan ajaran Syiah
4.      Mengambil sikap dalam bertoleransi agama


BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang kami gunakan adalah metode kepustakaan, dengan mencari sebanyak - banyaknya referensi terpilih dari berbagai buku, internet dan media masa. Memang begitu sulit mencari sumber terpilih, Karena buku yang khusus menjelaskan tentang Syi’ah sangat terbatas. Kami sangat bimbang dan juga hati-hati dalam menyusun makalah ini. Kami pelajari secara mendalam, karena mencari keterangan dan informasi tentang suatu kaum adalah sangat sensitive.
Dalam mencari informasi tentang Syi’ah sangat berat kami rasakan, karena Syi’ah ternyata berbeda dari kepercayaan yang telah kami anut. Namun kami terus berusaha mencari kebenaran secermat dan seteliti mungkin. Apakah Syi’ah berbeda atau tidak?? Apakah Syi’ah terpengaruh agama lain atau politik sehingga menjadi terpecah beberapa golongan yang sangat ekstrim menjadi kepercayaan sendiri.
Waktu senggang sekitar satu minggu dirasakan kurang cukup, karena untuk mencari kebenaran dan menguak Ajaran Syi’ah. Sungguh bagi kami tugas yang begitu berat. Namun kami berusaha sebisa mungkin untuk menghasilkan suatu makah yang bermutu.





BAB III
PEMBAHASAN
A.       Sejarah Kemunculan Syi’ah
a.    Sejarah Munculnya Syi’ah (Kaum Pendukung Ali bin Abu Thalib)
Persoalan atau masalah teologi dalam Islam dimulai dari politik lalu berkembang pada masalah teologi atau aliran. karena berbagai berbagai golongan memecahkan diri dari pemerintah.
         Kemunculan Syi’ah sendiri tidak lepas dari perpolitikan dimulai pada masa wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 M. Jadi tidak mengherankan pada waktu wafatnya Rasulullah SAW, masyarakat sibuk memikirkan khalifah pengganti Rasulullah SAW. Sedangkan pemakaman beliau menjadi soal yang lain.
         Pada saat pemilihan khalifah di madinah terdapat empat kandidat kuat yang tidak lain shabat nabi yang paling dekat yaitu Abu Bakar,  Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib.
         Mayarkat akhirnya memillih Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Ada kiranya kemunculan syi’ah dari masyarakat yang kontra. Mereka yang kontra berpendapat bahwa Ali-lah yang pantas menjadi khalifah karena beliau-lah yang paling dekat dengan Rasulullah SAW.
         Abu Bakar as-Shidiq memang sahabat Nabi yang paling tua juga pernah mengimami Nabi Muhammad SAW. sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat menyetujui dan mengakui Abu Bakar sebagai Khalifah. Setelah Abu Bakar wafat lalu kekhalifahan diberikan kepada Umar bin Khattab, lalu Usman bin Affan.
         Pada saat kepemimpinan Usman, Usman mengangkat gubernur dari kalangan keluarganya sendiri dan memecat gubernur yang telah diangkat oleh Umar bin khatab. Keputusan Usman inilah yang mendapat penolakan dari masyarakat mesir yang mangangkat gubernur dari keluarganya sendiri. Pemberontak dari mesir lalu bekumpul dan menyerang Madinah, hingga Usman bin Affan terbunuh. Pemberotak tersebut yang diduga menjadi cikal bakal Syi’ah.
  Ali bin Abu Thalib akhirnya menjadi calon yang kuat, Namun negara mendapat tantangan dari Zuber dan Talhah yang didukung oleh Aisyah (istri Rasululah SAW).. Tapi tantangan ini dapat dipatahkan di Irak tahun 656 M yang dikenal dengan Perang Jamal.

b. Munculnya Khawarij (Kaum Yang Keluar Barisan Ali)
          Memang ada kalanya kita juga harus mengetahui sekilas tentang khawarij. Karena Khawarij adalah dahulu bagian dari Ali bin Abu Thalib yang memisahkan diri.
          Sebab Khawarij muncul adanya peristiwa arbitrase pada saat pertempuran di Siffin. Waktu itu  Ali bin Abu Thalib  mendapat tantangan dari Mu’awiyah yang tak  lain adalah Gubernurnya sendiri dari Damaskus. Mu’awiyah tak mengakui Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Kaum Khawarij tidak setuju dengan Arbitrase tersebut dengan menganggap Ali telah menyeleweng dan mengangap Ali kafir serta wajib dibunuh.
Dalam menyebarkan paham keagamaannya, Syiah menggunakan beberapa cara. Diantaranya adalah dengan mengatas namakan dirinya dengan Madhzab Ahlul Bait. Dengan tampilan ini, aliran Syiah lebih leluasa dalam menggait dan menyebarkan pahamnya terhadap masyarakat luas yang pada umumnya adalah masyarakat awam. Cara yang kedua yaitu aliran syiah membuat doktrin dan ajaran yang disebut dengan “TAQIYA”. Taqiyah adalah konsep Syiah dimana mereka diperbolehkan memutarbalikkan fakta (berbohong) untuk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya. Seorang Syi’ah wajib bertaqiyah di depan siapa saja, baik orang mukmin yang bukan alirannya maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi, terancam keselamatannya serta di saat dalam kondisi minoritas. Dalam keadaan minoritas dan terpojok, para tokoh Syi’ah memerintahkan untuk meningkatkan taqiyah kepada pengikutnya agar menyatu dengan kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, berangkat Jum’at di masjidnya dan tidak menampakkan permusuhan. Inilah kecanggihan dan kemujaraban konsep taqiyah, sehingga sangat sulit untuk melacak apalagi membendung gerakan mereka.
Para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa melakukan Taqiyah adalah hukumnya mubah (boleh) sesuai yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah. Mubah disini dapat dikategorikan apabila dalam keadaan terpaksa dan mengancam keselamatan jiwa. Seperti ketika menghadapi kaum musryikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yang akan menimpanya, atau dipaksa untuk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan terakhir karena tidak ada jalan lain. Demikianlah doktrin taqiyah yang ditanamkan syiah kepada para pengikutnya yang telah menyalahi dan menyimpang dari ajaran Allah yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
B.     Aliran Aliran Dalam Syi’ah
          Aliran dalam Syi’ah tidak di ketahui secara pasti. Aliran Syi’ah yang diketahui terbagai dalam tiga golongan terbagi menjadi golongan yang lebih kecil.
a)      Syi’ah Ghaliyyah ( Golongan ektrim)
1.      Asal-usul Penamaan Syiah Ghaliyyah
Istilah Ghaliyyah berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan naik.Ghala bi ad-din artinya  memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui batas. Syiah Ghaliyyah adalah klompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh menurut Abu Zahra adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derjat ketuhanan atau kenabian bahkan lebih dari nabi Muhammad SAW.
Gelar Ghuluw diberikan karena pendapat yang janggal, yakni ada beberapa orang yang dianggap tuhan dan juga ada yang dianggap Rasul setelah Nabi SAW, dan ada juga doktrin ekstrim lainnya seperti tanasukh, hulul, tasbih,dan  ibaha.Pada dasarnya sekte yang dibawa oleh Abdullah bin Saba’ ini terdapat banyak sekte karena perbedaan prinsip yang mendasar bagi pengikut, namun prinsip faham ini pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem agama Babilonia Kuno yang ada di Irak, seperti  Zoroaster, Yahudi, Manikam, Mazdakisme.
2.      Doktrin-doktrin Syiah Ghaliyyah
            Menurut Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrim, yaitu tanasukh, bada’, raj’ah,dan tasbih. Moojan momen menambahkannya dengan hulul dan ghayba. Tanasukh adalah keluarnya roh dari satu jasad dn mengambil tempat pada jasad yang lain, faham ini diambil dari falsafah Hindu. Bada’  adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendaknya dengan perubahan ilmu-Nya, serta dapat memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintah yang sebaliknya. Raj’ah ada hubungannya dengan Mahdiyah. Syiah Ghaliyyah mempercayai bahwa imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang kebumi, faham ini merupakan ajaran seluruh Syiah. Namun, mereka berbeda pendapat siapa yang akan kembali, sebagian meyakini bahwa yang akan kembali adalah Ali, sedangkan sebagaian lainnya menyatakan Ja’far As-Shadiq, Muhammad bin Al-Hanafi, bahkan ada yang menyatakan  Mukhtar Ats Tsaqafi. Tasbih artinya menyerupakan atau mempersamakan. Syiah Ghaliyyah menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan , atau Tuhan sama dengan makhluk. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa, dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Ghukat berarti tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah. Ghayba (occultation) artinya menghilangnya Imam mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan Syiah bahwa imam mahdi itu ada dalam negeri  inidan tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Konsep Ghayba pertama kali dikenalkan oleh Mukhtar Ats Tsaqafi ketika mempropagandakan  Muhammad bin Al-Hanafi sebagai Imam Mahdi di Kuffah pada tahun 66H/686M.
3.      Golongan - Golongan Syi’ah
.Syi’ah Ghaliyyah mempunyai pendapat bahwa Ali bin Abu Thalib sebagai mahluk termulia dam memiliki ajaran agama, Aliran ini terpecah menjadi 15 kelompok.Yaitu:
1)    Bayaniyah
2)    Janahiyyah
3)    Harbiyyah
4)    Mughitiyyah
5)    Mansuriyyah
6)    Khotabiyyah
7)    Ma’mariyah
8)   Bazigiyyah
9)   Umariyyah
10)    Mufadaliyyah
11)    Tidak Mempunyai Nama
12)    Tidak Mempunyai Nama
13)    Sari’iyyah
14)    Sababiyah
15)    Tidak Mempunyai I’amah
b)     Syi’ah Rufidhah,(Imamiyyah)
    Golongan ini menganggap kepemimpinan Abu Bakar, Utsman dan Umar adalah menyeleweng. Golonggan ini beranggap bahwa Nabi Muhammad SAW, telah mengangkat dan menerapkan Ali bin Abi Thalib sebagai Khilafah, tapi setelah Nabi wafat banyak para sahabat tidak mengikuti Ali bin Abi Thalib, mereka beranggapan semua yang dilakukan Ali itu benar dan tidak mungkin berbuat salah. Bahkan kelompok Kamaliyyah pengikut Abu Bakar, beranggapan kepemimpinan Ali itu terbaik,.
    Golongan Syi’ah Rafidhah,( Imaniyyah ) dibagi 24 kelompok yaitu.
1.      Qoth’iyyah
2.      Kaisumiyah
3.      Karbiyah
4.      Cabang ke 3
5.      Cabang  ke 4
6.      Cabang ke 5
7.      -
8.      Cabang ke 7
9.      Cabang ke 8
10.  Haibiyah
11.    Bayaniyyah
12.   
13.    Muktariyyah
14.   
15.   
16.    Nawusiyyah
17.   
18.    Qaramithah
19.     

c)      Syi’ah Zaidiyah
1.      Asal-usul Penamaan Zaidiyah
Disebut  Zaidiyah karena sekte/ aliran ini mengakui Zaid bin Ali sebagai imam kelima, putra imam keempat , Ali Zainal Abidin. Sekte ini berbeda dengam Syi’ah lain yang menganggap Muhammad Al-Baqir, putra Zainal Abidin yang lain, sebagai imam kelima. Syi’ah Zaidiyah ini sangatlah moderat. Abu Zahrah menyatakan bahwa sekte ini merupakan yang paling dekat dengan Sunni.
2.      Doktrin Imamah menurut Syiah Zaidiyah
Imamah, sebagaimana telah disebutkan, merupakan doktrin fundamental dalam Syiah secara umum. Berbeda dengan pengembangan imamah dengan syiah lain, Zaidiyyah lebih tipikal, mereka menolak seorang imam pewaris Nabi SAW. telah ditentukan nama dan orangnya oleh nabi, tetapi hanya sifat-sifatnya saja. Ini jelas berbeda dengan syiah lain yang menunjuk Ali sebagai imam yang pantas setelah Nabi wafat, Karena Ali memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh orang lain, seperti keturunan Bani Hasyim, wara (saleh, menjauhkan diri dari segala dosa), bertakwa, baik, dan membaur dengan rakyat  untuk mengelak dari mereka hingga mengakuinya sebagai imam.
Menurut Zaidiyah, paling tidak seorang imam harus bercirikan Pertama, ia merupakan keturunan ahl- al-bait, baik keturunan Hasan maupun Husein, implikasi penolakan mereka terhadap sistem pewarisan dan nas kepemimpinan. Kedua, memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai pertahanan diri atau menyerang, implikasi penolakan Mahdiisme yang merupakan salah satu ciri sekte syiah lain, baik yang gaib maupun dibawah umur. Bagi mereka penegak kebenaran dan keadilan adalah Mahdi. Ketiga, memiliki kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan melalui ide dan karya dalam bidang keagamaan. Mereka menolak kemaksuman imam.
Dalam sejarahnya Syiah Zaidiyah, krisis keimaman dalam sekte ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, terdapat beberapa pemimpin yang memplokramirkan diri sebagai imam. Kedua, tidak seorangpun yang memplokmamirkan diri atau pantas sebagai imam. Dalam menghadapi pemecahannya, diantaranya dengan membagi  tugas imam kepada dua individu, dalam bidang politik dan bidang ilmu serta keberagamaan. Syiah Zaidiyah mencita-citakan pemimpin yang aktif bukan pasif seperti Mahdi yang gaib, menurut mereka imam tidak hanya memiliki kekuatan rohani tetapi juga bersedia melakukan perlawanan demi cita-cita suci sehingga dihormati oleh umatnya.
3.      Doktrin-doktrin Syiah Zaidiyah Lainnya
Syiah Zaidiyah berpandapat bahwa kekhalifahan  Abu Bakar dan Umar adalah sah menurut sudut pandang islam. mereka tidaklah merampas kekuasaan dari tangan Ali. Selain itu mereka tidak mengkafirkan seorang sahabat pun. Mengenai hal ini Zaid sebagaimana dikutip Abu zahrah mengatakan:
“Sesungguhnya Ali bin Abi Tholib adalah sahabat yang paling utama. Kekhalifahannya diserahkan kepada Abu Bakar  karena mempertimbangkan kemaslahatan dan kaidah agama yang mereka pelihara, yaitu untuk meredam timbulnya fitnah dan memenangkan rakyat. Era peperangan yang terjadi pada masa kenabian baru saja berlalu, pedang Amirul Mukminin Ali masih basah dengan darah orang-orang kafir. Begitu pula kedengkian suku tertentu untuk memumtut balas belumlah surut. Sedikitpun hati  kita tidaklah pantas untuk cenderung kesitu. Jangan lagi ada leher yang terputus karena masalah itu. Inilah yang dinamakan krmaslahatan bagi orang-orang yang mengenal dengan kelemah lembutan dan kasih sayang, juga bagi orang yang lebih tua dan lebih dahulu memeluk Islam, serta yang dekat dengan Rasulullah”.
 Prinsip inilah yang menurut Abu Zahrah menyebabkan banyak orang  keluar  dari Syiah Zaidiyah, implikasinya berkurangnya pendukung saat peperangan melawan Hisyam bin Abdul Malik. Sekte ini percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar, akan abadi di neraka kecuali orang yang bertobat dengan sebenar-benar tobat.  Dikarenakan Zaid mempunyai  hubungan dengan Washil bin Atha’, bahkan Abu Zahra dan Moojan Momen mengatakan bahwa hampir sepenuhnya mengikuti Mu’tazilah dan secara etis bisa dikatakan mereka anti-Murjiah juga Puritan dalam menyikapi tarekat.
Berbeda dengan aliran syiah lain mereka menolak praktek Nikah Mut’ah dan juga menolak doktrin taqiyah. Meskipun demikian, dalam bidang ibadah mereka tetap cenderung mengamalkan amalan Syiah pada umumnya, seperti memberi selingan hayya ala khair al-amal  dalam adzan, takbir sebanyak lima kali dalam sholat jenazah, menolak sahnya mask al-Khuffain, menolak imam sholat yang tidak sholeh dan menolak binatang sembelihan bukan muslim.
4.      Golongan - Golongan Syi’ah
Syi’ah Zaidiyyah terpecah menjadi golongan – golongan kecil yaitu:
1. Sulaimaniyyah
2. Buariyyah
3. Narmiyyah
4. Ya’qobiyah
d).  Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)
a)      Asal Usul Penyebutan Syi’ah Sab’iyah
Istilah Syi’ah sab’iyah (syiah tujuh) di analogikan dengan Syi’ah Itsna asyariyah . Istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte Syi’ah Sabi’yah hanya mengakui tujuh Imam, yaitu Ali, Hasan, husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, ja’far As-Shodiq, dan Ismail bin ja’far. Karena dinisbatkan pada ismail bin Ja’far As-Shadiq, syiah sab’iyah disebut juga Syiah Ismailiyah.
Berbeda dengan Syi’ah Itsna Asyariyah, Syi’ah istna asyariyah membatalkan ismail bin ja’far sebagai imam ketujuh karena memiliki kebiasaan tak terpuji dan dia wafat mendahului bapaknya Ja’far. Sebagai penggantinya adalah Musa Al-Kadzim, adik Ismail. Syiah sab’iyah menolak pembatalan tersebut berdasarkan sistem pengangkatan imam dalam syi’ah dan menganggap Ismail sebagai Imam ketujuh, dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang tertua yang bernama Muhammad bin Ismail.
b)      Doktrin Imamah dalam Syi’ah Sab’iyah
 Para pengikut Syi’ah sab’iyah percaya bahwa islam dibangun oleh tujuh pilar seperti dijelaskan Al-Qadhi Anu’man dalam Da’im Al Islam. Tujuh pilar tersebut adalah Iman, Thoharah, Salat, zakat, saum, haji, dan jihad.Berkaitan deengan pilar pertama, yaitu Iman  Qadhi An-nu’man merincinya sebagai berikut:
Iman kepada Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, iman kepada surga, iman kepada neraka, iman kepada hari kebangkitan, iman kepada hari pengadilan, iman kepada Nabi dan Rasul Allah, Iman kepada imam, percaya, mengetahui, dan membenarkan para Imam zaman.
Tentang imam  zaman, Syi’ah Sabi’yah mendasarkan pada sebuah hadits Nabi SAW yang terjemahan bahasa inggrisnya sebagai berikut ini, “ he who dies without knowing of time when still alive dies in ignorance “ (Ia telah wafat dan waktu kewafatannya masih belum diketahui sampai kini). Hadits seperti ini juga terdapat dalam sekte Sunni dan Syiah itsna Asyariyah, Tetapi dalm hadis kedua sekte ini tidak dicantumkan imam zaman.
Dalam pandngan Syi’ah Sabi’yah, Keimanan hanya bisa diterima apabila sesuai dengan keyakinan mereka, yakni melalui wilayah (kesetiaan) kepada imam zaman. Imam adalah seseorang yang yang menuntun umatnya kepada pengetahuan (ma’rifat).
c)      Syarat – syarat imam dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah adalah sebagai berikut :
1.    Imam harus berasal dari keturunan Ali melalui perkawinannya dengan Fatimah yang kemudian dikenal dengan Ahlul bait.
2.    Berbeda dengan aliran Kasaniah, pengikut Mukhtar Ats-tsaqafi, mempropagandakan bahwa keimanan harus dari keturunan Ali melalui pernikahannya dengan seorang wanita dari bani hanifah dan mempunyai anak yang bernama Muhammad bin Al-hHanafiiyah.
3.    Imam harus berdasrkan penunjukan atau nas. Syi’ah sab’iyah meyakini bahwa setelah Nabi wafat, Ali menjadi Imam berdasarkan penunjukan khusus dari Nabi sebelum beliau wafat. Suksesi keimanan menurut doktrin dan tradisi syi’ah harus berdasarkan nas oleh imam terdahulu.
4.    Keimanan jatuh pada anak tertua .Syi’ah sab’iyah menggariskan bahwa seorang beriman memperoleh keimanan dengan jalan wiratsah (heredity). Jadi, ayahnya yang menjadi iman menunjuk anak nya yang paling tua.
5.    Imam harus maksum (immunity fromm sin an error). Sebagaimana sekte Syi’ah lainnya, Syi’ah sab’iyah menggariskan bahwa seorang iman harus terjaga dari salah satu dosa. Bahkan lebih dari itu, Syi’ah Sab’iyah berpendapat bahwa meskipun iman berbuat salah, perbuatannyatidak salah.
6.    Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik (best of man). Berbeda dengan Zaidah, Syi’ah Sab’iyah dan Syi’ah Dua belas tidak membolehkan imam mafdul, dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah,perbuatan dan ucapan iman tidak boleh bartentangan dengan syari’at. Sifat dan kekuasaan seorang sama dengan nabi, perbedaan nya terletak pada kenyataan nya bahwa nabi mendapatkan wahyu, sedangkan imam tidak mendapatkannya.
d)     Ajaran Syi’ah Sab’iyah Lainnya
 Ajaran Sab’iyah lainnya pada dasarnya sama dengan ajaran aliran-aliran Syi’ah lainnya. Perbedaan nya terletak pada konsep kemaksuman iman, adanya aspek batin pada setiap yang lahir, dan  penolakannya terhadap Al-Mahdi Al-Muntadzar bila dibandingkan dengan aliran Syi’ah lainnya, sab’iyah sangat ekstrim dalam menjelaskan kemaksuman iamm.Sebagaiman telah daijelaskan, kelompok ini menjelaskan bahwa imam walaupun melakukan kesalahan dan menyimpang dari syariat, ia tidaklah menyimpangkarena menpunyai pengetahuan yang tidak dimiliki manusia biasa. Konsep kemaksuman imam seperi itu merupakan konsekuensi logis dari dotrin Sab’iyah tentang pengetahuan imam akan ilmu batin.
Ada satu sekte dalam Sab’iyah yang berpendapat bahwa tuhan mengambil tempat dalam diri imam. Oleh karena itu, imam harus disembah. Salah seorang khalifah Dinasti Fatimiyah, Al-hakim bin Amrillah, berkeyakinan bahwa dalam dirinya terdapat tuhan sehingga ia memaksa rakyat untuk menyembahnya.
Menurut Sab’iyah, Al-qur’an memiliki nmakna batin selain makna lahir. Dikatakan bahwa segi-segi lahir atau tersurat dari syariat itu diperuntukan bagi orang awam yang kecerdasannya terbatas dan tidak memiliki kesempurnaan rohani. Bagi orang-orang tertentu, mungkin saja terjadi perubahan dan peralihan dan bahkan penolakan terhadappelaksanaan syariat tersebut karena mendasarkan pada yang batin tadi. Yang dimaksud dengan orang-orang tertentu ialah para imam yang memilki ilmu zahirdan ilmu batin.
Dengan prinsip ta’wil. Sab’iyah menawilkan, misalnya, ayat Al-Qur’an tentang puasa dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam; dan ayat Al-Qur’an tentang haji ditakwilkan dengan mengunjungi imam bahkan , diantara mereka ada yang menggugurkan kewajiban ibadah. Mereka itu adalah orang-orang yang telah mengenal imam dan telah mengetahui ta’wil (melalui imam).Mengenai sifat Allah, sebagaimana hanya Mu’tazilah- Sab’iyah meniadakan sifat dari dzat allah. Menurut mereka penetapan sifat merupakan penyerupaan dengan makhluk.
C.    Ajaran-ajaran Syi’ah
Ø  Menurut Golongan
          Ada kiranya jika kita ingin mengetahui ajaran- ajaran dari Syi’ah maka kita juga harus mengetahui apa yang kita pahami kelompok/golongan dari Syi’ah sendiri.
1.      Ketuhanan
a.    Syi’ah Ghaliyah
Golongan ini berpendapat bahwa Tuhan seperti manusia, bisa menampa dirinya, dan pengikutnya percaya imam seorang yang mempunyai mu’jizat tinggi seperti Nabi Muhammad SAW.
b.      Syi’ah Rafidhah
Dikelompok ini tidak banggah sangka masalah ketuhanan. Namun mereka memuliyakan Imam (Pemimpin) mereka, mereka menganggap bahwa  Tuhan Cahya yang cemerang, yang disebar dengan kejisiman Allah, bahwa Allah bergerak, duduk, berdiri dan Allah  mempunyai demensi tinggi. Namun soal kejisiman ini setiap kelompok dari Syi’ah Rafidhah berbeda soal Allah, dapat menampakan dirinya apabila berkehendak.
2.      Kedudukan Al-Qur’an
    Dikalangan syi’ah Al-Qur’an ada yang menyebutnya sifat tubuh atau mengatakan dengan Mahluk pencipta ada pula pula menyebutkan dengan mahluk atu ciptaan Allah.
3.      Perbuatan Rasullalloh
    Anggapan bahwa Rasullallah boleh berbuat kesalahan atau tidak, dan juga para Imam mereka apakah boleh berbuat durhaka terhadap Allah atau tidak. Kelompok Syi’ah terpecah belah.
4.      Mengetahui Para Imam
    Mereka beranggapan merupakan kewajiban, dan orang tidak mengetahui Imam di anggap kapir, Dan kedudukan seorang Imam menempati tempat yang paling tiggi bahkan malikat saya bisa turun untuk menyampaikan wahyu.

Ø  Ajaran – Ajaran Syi’ah Secara Umum

A.    Rukun Iman
1.      Tauhid (The Devine Unity)
Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirinyasebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha tahu,maha mendengar,selalu hidup,mengerti tidak murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri  sendiri,tidak dibatasioleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
2.     Keadilan The Devine Justice)
Tuhan menciptakan kebaikan di dalam semesta ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadailan. Karena ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidak mampuandan sifat ini jauh dari keabsolutan dan kehendak tuhan.Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui pekara yang benar atau salah melalui perasaan. Manusia dsapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan indra lainya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baiak maupun perbuatan buruk.jadi, manuasia dapat mamanfatkan potensi  berkehandak sebagaianugrah tuhan untuk mewujudkan dan bertangguang  jawab atas perbuatannya.
3.     Nubuwwah (Apostleship)
Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari tuhan maupun dari manuasia. Rosul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus untuk membrikan acuan dalam membedakan antara yang baiak dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah itsna Asyariyah, tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an  jauh dari tahrif perubahan, atau tambahan.
4.     Ma’ad (The Last Day)
Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan atuhan di akhirat. Seriap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidipan dunia nemuju ke akhirat.
5.     Imamah (The Devine Guidance)
Imamah adalah institusi yang di inagurasikan tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang di pilih dari keturunan ibrahim dan di delegasikan kepada keturunan muhammad sebagai nabi dan rosul terakhir.

B.     Rukun Islam Syi’ah

Rukun Islam yang kami kutip berasal dari Koran “SYRIAH” yang terbit pada edisi: Jumat, 31 Agustus 2012. Rukun Iman tersebut yaitu:
1.      Shalat
2.      Zakat
3.      Puasa
4.      Wilayah (perwalian)
Dalam Koran tersebut (Koran “SYARIAH”) dikatakan Syi’ah tidak menyebutkan syahadat kepada Allah SWT.
 Selanjutnya, dalam sisi yang yang bersifat mahdah, Syi’ah isna asyariyah berpijak kepada delapan cabang agama yang di sebut dengan furu ad-din delapan cabang tersebut terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus, atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad al-amri bi al-ma’ruf dan an-nahyu an-munkar

D.    Syi’ah dan Perkembangannya
Berbicara mengenai syiah ataupun aliran syiah, kita tidak akan terlepas dengan mengaitkan hal tersebut dengan agama islam. Di kalangan awam masyarakat islam menganggap syiah adalah eksistensi yang tidak jelas, tidak diketahui apa hakikatnya, bagaimana berkembang, tidak melihat bagaimana sejarahnya, dan tidak dapat diprediksi bagaimana di kemudian hari. Mereka selalu mengaitkan bahwa syiah adalah islam. Padahal islam dan syiah sangat berbeda sekali, terutama dalam hal aqidahnya. bagaikan minyak dan air yang tidak mungkin dapat di satukan lagi.
Aliran ini timbul pada masa pemerintahan khalifah Usman bin Affan yang di pimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari. Abdullah bin Saba’ Al-Himyari dalam memuliakan Ali sangat berlebihan diamenanamkan doktrin kepada pengikut aliran syiah dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa). Bahkan dia sampai menuhankan Ali. Hal ini terdengar oleh Khalifah Ali, akhirnya Khalifah Ali memeranginya dengan membakar para pengikut aliran syiah, kemudian sebagiannya lari ke Madain.
Pada periode awal hijriah, aliran syiah belum menjelma menjadi aliran yang solid, namun pada abad ke dua hijriah syiah mengalami perkembangan yang sangat pesat bahkan mulai menjadi mainstrem tersendiri. Dan pada periode-periode berikutnya aliran Syiah menjadi semacam keyakinan yang menjadi trend di kalangan generasi pemuda islam yaitu Syiah mengklaim menjadi tokoh pembaharu Islam, namun banyak dari pemikiran dan prinsip dasar keyakinan ini yang tidak sejalan dengan Islam itu sendiri.
Gerakan Syiah pertama kali berkembang di iran, rumah dan kiblat utama Syiah. Namun sejak tahun 1979, persis ketika revolusi Iran meletus dan negeri ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim Syah Reza Pahlevi, Syiah merembes ke berbagai penjuru dunia. Kelompok-kelompok yang mengarah kepada gerakan Syi’ah seperti yang terjadi di Iran, marak dan muncul di mana-mana.
E.     Analisis Kritis
Menurut kami Syi’ah memang berbeda dengan Ajaran Islam pada umumnya, pertama dari Rukun Islam. Rukun Islam yang mereka percayai hanya ada lima tanpa menyebut Syahadat. Padahal dalam Al-Qur’an dan Nabiullah Muhammad SAW dan hadist Bukhari yang disepakati Muslim. Syahadat mutlak wajib di dalam Rukun Islam. Karena Syahadat adalah pengakuan ‘apakah dia mengakui Allah sebagai Tuhan dan Rasulullah SAW adalah nabi yang terkahir.
Syi’ah yang hampir sama ajarannya dengan Sunni adalah Aliran / sekte Zaidiyyah yang mengaggap Abu Bakar as- Shidiq, Umar bin Khatab, dan Usman bin Affan tidak merampas kepemimpinan.
Penyimpangan – Penyimpangan Syiah
  Di kalangan Syiah, terkenal klaim 12 Imam atau sering pula disebut “Ahlul Bait” Rasulullah Muhammad saw; penganutnya mendakwa hanya dirinya atau golongannya yang mencintai dan mengikuti Ahlul Bait. Klaim ini tentu saja ampuh dalam mengelabui kaum Ahli Sunnah, yang dalam ajaran agamanya, diperintahkan untuk mencintai dan menjungjung tinggi Ahlul Bait. Padahal para imam Ahlul Bait berlepas diri dari tuduhan dan anggapan mereka. Tokoh-tokoh Ahlul Bait (Alawiyyin) bahkan sangat gigih dalam memerangi faham Syi’ah, seperti mantan Mufti Kerajaan Johor Bahru, Sayyid Alwi bin Thahir Al-Haddad, dalam bukunya “Uqud Al-Almas.”
Adapun beberapa kesesatan Syiah yang telah nyata adalah:
  1. Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah saw. Adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib r.a.
  2. Keyakinan bahwa Imam mereka masum (terjaga dari salah dan dosa).
  3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
  4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
5.      5.Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib sendiri karena keyakinan tersebut.
  1. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
  2. Keyakinan mencaci maki ara sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, hal.237).
  3. Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.
 Saat ini figur-figur Syiah begitu terkenal dan banyak dikagumi oleh generasi muda Islam, karena pemikiran-pemikiran yang lebih banyak mengutamakan kajian logika dan filsafat. Namun, semua jamaah Sunnah wal Jamaah di seluruh dunia, sudah bersepakat adanya bahwa Syiah adalah salah satu gerakan sesat.


BAB III
      PENUTUP
A.    Simpulan
Aliran Syi’ah merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat Islam. Aliran ini dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap menginginkan pengganti Nabi adalah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Mereka mempunyai doktrin sendiri dalam alirannya, salah satunya tentang Imamah. Mereka berpendapat bahwa pengganti Nabi yang pantas menjadi pemimpin adalah seseorang yang ma’shum (terhindar dari dosa). Bahkan dalam sekte yang ekstrim yaitu Syi’ah Ghulat, mereka telah menuhankan Ali. Mereka menganggap bahwa Ali lebih tinggi daripada Nabi Muhammad SAW.
Dalam perkembangannya, Syi’ah dianggap aliran sesat. Namun sebetulnya ada juga Syi’ah yang lurus seperti aliran Syi’ah Zaidiyyah.Namun karena kurang pendukung aliran ini menjadi seperti kurang pemimpin.
B.     Kritik
Syi’ah dahulu adalah suatu golongan yang sangat mengaggungkan nabi, sehingga kecintaan mereka pada Rasulullah SAW, Membuat mereka menyangka bahwa semua keluarga Rasulullah SAW yang menjadi imam adalah ma’sum (terjaga dari dosa). Padahal yang di ma’sum (terjaga dari dosa) adalah Rasulullah SAW sendiri tak ada yang lain, walaupun itu keluarga beliau.
C.    Saran
Sangatlah diperlukan bagi kita untuk mempelajari Aliran syi’ah ini, karena dengan belajar aliran ini kita bisa mengetahui seluk - beluk dari ajaran Syi’ah dan tidak serta - merta berprasangka tanpa fakta. Misalnya tentang tokoh-tokoh Syi’ah. Dan agar kita juga bisa mengambil kekurangan dan kelebihan dari aliran  Syi’ah.
Adakalanya kita mengambil sikap saling menghormati antar hidup beragama, karena di dalam Islam adalah Rahmatan lil Alamin (Saling Berkasih Sayang Di Antara Sesama Umat)
Daftar Pustaka
Media Masa/Koran :
Koran Syariah.”Syi’ah Masa Klasik hingga Modern”. Edisi Jum’at, 31 Agustus 2012. hlm:08
. . . . . . .    ”Inti Ajaran Syi’ah”. Edisi Jum’at, 31 Agustus 2012. hlm:08
Buku :
M.Ag., Anwar, Rosihan, DR; M.Ag., Rozak, Abdul, Drs. 2010. Ilmu Kalam. Bandung:        
CV Pustaka Setia.
Abu Zahrah, Imam Muhammad. 1996. Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam. Jakarta:
Logos Publishing House.
M.Pd.I., A. Nasir, K.H. Sahilun. 2010. Pemikiran Kalam(Teologi Islam). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Muhyidin, Muhammad. 1998. Prinsip – Prinsip Dasar Aliran Teologi Islam (Terjemahan). Kairo: Maktubah Al-Nahdlah Al-Misriyyaah
Naution Harun.2002.Sejarah Analisa Perbandingan Aliran Teologi Islam. Jakarta: Universitas Indonesia

                

      


      


1 komentar: