BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu
siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik
proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya
isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara
tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian..
Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk“memanusiakan manusia”
(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.[Hamzah B. Uno,
2006:13]
Belajar
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan manusia telah menjadi objek studi para
pakar sejak lama. Teori-teori belajar yang telah dikemukakan kemudian
dikembangkan. Pemikiran dan pemahaman hakekat belajar terus berkembang, sejalan
dengan upaya penelaahan yang terus berlangsung oleh para pakar. Contohnya
Thorpe (1954) mengkonsepsikan belajar sebagai bentuk perubahan nilai,
kecakapan, sikap dan perilaku yang terjadi dengan usaha yang disengaja melalui
rangsangan atau stimuli. Sedangkan perubahan yang terjadi pada diri peserta
didik adalah dalam bentuk tanggapan atau respon terhadap rangsangan tersebut.
Gagne (1970) dan Travers(1972) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan
disposisi atau kecakapan baru yang terjadi karena adanya suatu usaha yang
disengaja. Sedangkan Munn (1965) berpendapat bahwa belajar itu adalah upaya
memodifikasi tingkah laku sebagai perolehan dari suatu kegiatan, latihan
khusus, atau hasil observasi. Proses belajar pada orang dewasa, yang pada
umumnya bersifat informal, lebih berorientasi kepada penemuan (discovery),
lebih organic dan holistic, melalui proses kognitif pada level operasi konkrit.
Maka dari itu kami akan menjelaskan tentang aplikasi dari teori pembelajaran
Humanistik.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latarbelakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Aplikasi teori pembelajaran
Humanistik dalam pembelajaran.
2.
Contoh teori pembelajaran
Humanistik.
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah di
atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami aplikasi teori pembelajaran humanistik dalam
pembelajaran.
2. Mengetahui dan memahami contoh teori pembelajaran humanistik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Humanistik
Teori
Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi
dirinya. Adapun tokoh dalam teori ini adalah Abraham Maslow, C. Roger dan
Arthur Comb, dll.
Menurut
teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
ssendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatannya.
Dalam
prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir
induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara ekspilsit belum ada
pedman baku tantang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik,
namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik,
namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati
dan Prasetya Irawan (2001) dapat digumakan sebagi acuan. Langkah-langkah yang
dimaksud adalah sebagi berikut :
1.
Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran.
2.
Menentukan
materi pembelajaran.
3.
Mengidentifikasi
kemampuan awal (entri behavior) siswa.
4.
Mengidentifikasi
topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau
mengalami dalam belajar.
5.
Merancang
fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
6.
Membimbing
siswa belajar secara aktif.
7.
Membimbing
siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya.
8.
Membimbing
siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.
9.
Membimbing
siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.
10.
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar.
Aliran
humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu
yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Dengan
kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan,
komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu,
metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai
kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran
lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan,
kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran
sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan
tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.1
Menurut
hemat kami, Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan humanistic bermaksud membentuk insane
manusia yang memiliki komitmen humaniter sejati, yaitu insane manusia
individual, namun tidak terangkat dari kebenaran faktualnya bahwa dirinya hidup
ditengah masyarakat [Bharuddin, 2007:23]
B. Aplikasi Teori
Belajar Humanistik
Aplikasi
teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran. [Hamzah, 2006: 16]
Siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Tujuan
pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
1.
Merumuskan
tujuan belajar yang jelas
2.
Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan
positif.
3.
Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
4.
Mendorong
siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.
Siswa
di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan.
6.
Guru
menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.
Memberikan
kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.
Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi
ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang
berlaku.
C. Implikasi
Teori Belajar Humanistik
·
Guru
Sebagai Fasilitator
Psikologi
humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk
memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan
ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):[ Dakir,1993:64.]
a)
Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas
b)
Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c)
Dia
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d)
Dia
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e)
Dia
menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
f)
Di
dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g)
Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
h)
Dia
mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
i)
Dia
harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan
yang dalam dan kuat selama belajar
j)
Di
dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali
dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau
etika yang berlaku.
Ciri-ciri guru yang baik dan kurang
baik menurut Humanistik
Guru yang baik menurut teori ini
adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu
berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan
mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar
yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan
yang ada.
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Teori Belajar Humanistik adalah
suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan
manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Adapun tokoh
dalam teori ini adalah Abraham Maslow, C. Roger dan Arthur Comb, dll.
Menurut
teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
ssendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatannya.
Psikologi
humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk
memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan
ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk).
B. SARAN
Apabila
ada kesalahan ataupun keganjalan dalam makalah ini kami terima saran untuk
memperbaiki makalah ini, agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno, 2006. Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Bumi aksara.
Prof.Drs.Dakir,
1993. Dasar-dasar Psikologi. Jakarta:
Pustaka Pelajar.
Baharuddin dan
Makin, Muh. 2007. Pendidikan Humanistik (konsep, Teori, dan Aplikasi Praksis
dalam Dunia Pendidikan). Jogjakarta. AZ-RUZZ MEDIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar