BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Munculnya berbagai prasangka
terhadap Syi’ah adakalnya menjadi persoalan umat muslim di Indonesia bahkan
dunia. Masalah ini menjadi sebuah perang batin bahkan menjadi perang berdarah
seperti yang terjadi di Sampang. Madura yang terjadi
beberapa waktu lalu. Jika berbagai prasangka tersebut tidak dipahami dan dicari
tahu apa yang sebenarnya terjadi, maka yang akan terjadi adalah rusuh diantara
umat islam yang akan memperburuk citra islam di dunia.
Kata Syi’ah dari segi
terminology berarti suatu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa Ali bin Abu
Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat
setelah Rasulullah SAW.
Apakah yang menyebabkan Syi’ah
sangat berbeda dalam Islam adakalnya kita harus mengenal Syi’ah itu sendiri.
Sedangkan di Indonesia mempunyai asas keragaman budaya dan agama, sehingga sebuah konflik agama harus sebisa mungkin di hindari.
Madzhab Syi’ah memiliki visi politiknya sendiri, sebagian dekat dan
sebagian lain jauh dari agama Islam Sunni. Madzhab ini tampil pada akhir
masa pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Setiap
kali Ali berhubungan dengan masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat-bakat,
kekuatan beragama, dan ilmunya. Dan ditambah Ali bin Abu Thalib adalah keponakan Rasulullah. Karena itu para propagandis Syi’ah mengeksploitasi kekaguman mereka
terhadap Ali untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya.
Di antara pemikiran itu ada yang menyimpang, dan ada pula yang lurus.
Ketika keturunan Ali yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat perlakuan
zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada masa Bani
Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin mendalam. Mereka
memandang Ahlulbait ini sebagai Syuhada dan korban kedzaliman. Dengan demikian,
semakin meluaslah daerah madzhab Syiah dan pendukungnya semakin banyak.
Golongan Syiah beranggapan bahwa Sayyidina Ali bin Abu Thalib dan anak
keturunannya lebih berhak menjadi khalifah daripada orang lain, berdasarkan
wasiat Nabi. Masalah khalifah ini adalah soal politik yang dalam perkembangan
selanjutnya mewarnai pandangan mereka di bidang agama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latarbelakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah munculnya
aliran Syi’ah?
2. Apa saja Aliran -
aliran Syi’ah?
3. Bagaimana perkembangan
dan ajaran Syiah?
4. Bagaimana sikap kita terhadap Syi’ah?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah di
atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui sejarah
munculnya aliran Syi’ah
2. Mengetahui Aliran -
Aliran Syi’ah
3. Mengetahui Perkembangan
dan ajaran Syiah
4. Mengambil sikap dalam bertoleransi agama
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang kami gunakan adalah metode kepustakaan, dengan
mencari sebanyak - banyaknya referensi terpilih dari berbagai buku, internet dan media masa.
Memang begitu sulit mencari sumber terpilih, Karena buku yang khusus
menjelaskan tentang Syi’ah sangat terbatas. Kami sangat bimbang dan juga
hati-hati dalam menyusun makalah ini. Kami pelajari secara mendalam, karena
mencari keterangan dan informasi tentang suatu kaum adalah sangat sensitive.
Dalam mencari informasi tentang Syi’ah sangat
berat kami rasakan, karena Syi’ah ternyata berbeda dari kepercayaan yang telah
kami anut. Namun kami terus berusaha mencari kebenaran secermat dan seteliti
mungkin. Apakah Syi’ah berbeda atau tidak?? Apakah Syi’ah terpengaruh agama
lain atau politik sehingga menjadi terpecah beberapa golongan yang sangat
ekstrim menjadi kepercayaan sendiri.
Waktu senggang sekitar satu minggu dirasakan
kurang cukup, karena untuk mencari kebenaran dan menguak Ajaran Syi’ah. Sungguh
bagi kami tugas yang begitu berat. Namun kami berusaha sebisa mungkin untuk
menghasilkan suatu makah yang bermutu.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kemunculan Syi’ah
a. Sejarah Munculnya
Syi’ah (Kaum Pendukung Ali bin Abu Thalib)
Persoalan atau masalah
teologi dalam Islam dimulai dari politik lalu berkembang pada masalah teologi
atau aliran. karena berbagai berbagai golongan memecahkan diri dari pemerintah.
Kemunculan Syi’ah
sendiri tidak lepas dari perpolitikan dimulai pada masa wafatnya Rasulullah SAW
pada tahun 632 M. Jadi tidak mengherankan pada waktu wafatnya Rasulullah SAW,
masyarakat sibuk memikirkan khalifah pengganti Rasulullah SAW. Sedangkan
pemakaman beliau menjadi soal yang lain.
Pada saat pemilihan
khalifah di madinah terdapat empat kandidat kuat yang tidak lain shabat nabi yang
paling dekat yaitu Abu Bakar, Umar bin
Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib.
Mayarkat akhirnya
memillih Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Ada kiranya kemunculan syi’ah dari
masyarakat yang kontra. Mereka yang kontra berpendapat bahwa Ali-lah yang
pantas menjadi khalifah karena beliau-lah yang paling dekat dengan Rasulullah
SAW.
Abu Bakar as-Shidiq
memang sahabat Nabi yang paling tua juga pernah mengimami Nabi Muhammad SAW.
sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat menyetujui dan mengakui Abu Bakar
sebagai Khalifah. Setelah Abu Bakar wafat lalu kekhalifahan diberikan kepada
Umar bin Khattab, lalu Usman bin Affan.
Pada saat kepemimpinan
Usman, Usman mengangkat gubernur dari kalangan keluarganya sendiri dan memecat
gubernur yang telah diangkat oleh Umar bin khatab. Keputusan Usman inilah yang
mendapat penolakan dari masyarakat mesir yang mangangkat gubernur dari
keluarganya sendiri. Pemberontak dari mesir lalu bekumpul dan menyerang
Madinah, hingga Usman bin Affan terbunuh. Pemberotak tersebut yang diduga
menjadi cikal bakal Syi’ah.
Ali bin Abu Thalib akhirnya menjadi calon yang kuat, Namun negara
mendapat tantangan dari Zuber dan Talhah yang didukung oleh Aisyah (istri
Rasululah SAW).. Tapi tantangan ini dapat dipatahkan di Irak tahun 656 M yang
dikenal dengan Perang Jamal.
b. Munculnya Khawarij
(Kaum Yang Keluar Barisan Ali)
Memang ada kalanya kita juga harus mengetahui sekilas
tentang khawarij. Karena Khawarij adalah dahulu bagian dari Ali bin Abu Thalib
yang memisahkan diri.
Sebab Khawarij muncul adanya peristiwa arbitrase pada saat pertempuran
di Siffin. Waktu itu Ali bin Abu
Thalib mendapat tantangan dari Mu’awiyah
yang tak lain adalah Gubernurnya sendiri
dari Damaskus. Mu’awiyah tak mengakui Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Kaum
Khawarij tidak setuju dengan Arbitrase tersebut dengan menganggap Ali telah
menyeleweng dan mengangap Ali kafir serta wajib dibunuh.
Dalam menyebarkan paham keagamaannya, Syiah
menggunakan beberapa cara. Diantaranya adalah dengan mengatas namakan dirinya
dengan Madhzab Ahlul Bait. Dengan tampilan ini, aliran Syiah lebih leluasa
dalam menggait dan menyebarkan pahamnya terhadap masyarakat luas yang pada
umumnya adalah masyarakat awam. Cara yang kedua yaitu aliran syiah membuat
doktrin dan ajaran yang disebut dengan “TAQIYA”. Taqiyah adalah konsep Syiah
dimana mereka diperbolehkan memutarbalikkan fakta (berbohong) untuk menutupi
kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya. Seorang Syi’ah
wajib bertaqiyah di depan siapa saja, baik orang mukmin yang bukan alirannya
maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi, terancam
keselamatannya serta di saat dalam kondisi minoritas. Dalam keadaan minoritas
dan terpojok, para tokoh Syi’ah memerintahkan untuk meningkatkan taqiyah kepada
pengikutnya agar menyatu dengan kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, berangkat
Jum’at di masjidnya dan tidak menampakkan permusuhan. Inilah kecanggihan dan
kemujaraban konsep taqiyah, sehingga sangat sulit untuk melacak apalagi
membendung gerakan mereka.
Para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah berpendapat
bahwa melakukan Taqiyah adalah hukumnya mubah (boleh) sesuai yang terdapat
dalam al-Quran dan as-Sunnah. Mubah disini dapat dikategorikan apabila dalam
keadaan terpaksa dan mengancam keselamatan jiwa. Seperti ketika menghadapi kaum
musryikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yang akan menimpanya,
atau dipaksa untuk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan terakhir karena
tidak ada jalan lain. Demikianlah doktrin taqiyah yang ditanamkan syiah kepada
para pengikutnya yang telah menyalahi dan menyimpang dari ajaran Allah yang
bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
B. Aliran Aliran Dalam
Syi’ah
Aliran dalam Syi’ah
tidak di ketahui secara pasti. Aliran Syi’ah yang diketahui terbagai dalam tiga
golongan terbagi menjadi golongan yang lebih kecil.
a) Syi’ah Ghaliyyah ( Golongan
ektrim)
1. Asal-usul Penamaan Syiah Ghaliyyah
Istilah Ghaliyyah berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya
bertambah dan naik.Ghala bi ad-din artinya memperkuat dan menjadi
ekstrim sehingga melampaui batas. Syiah Ghaliyyah adalah klompok pendukung Ali
yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh menurut Abu Zahra
adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derjat ketuhanan atau kenabian bahkan
lebih dari nabi Muhammad SAW.
Gelar Ghuluw diberikan karena pendapat yang janggal, yakni ada beberapa
orang yang dianggap tuhan dan juga ada yang dianggap Rasul setelah Nabi SAW,
dan ada juga doktrin ekstrim lainnya seperti tanasukh, hulul, tasbih,dan
ibaha.Pada dasarnya sekte yang dibawa oleh Abdullah bin Saba’ ini
terdapat banyak sekte karena perbedaan prinsip yang mendasar bagi pengikut,
namun prinsip faham ini pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem agama Babilonia
Kuno yang ada di Irak, seperti Zoroaster, Yahudi, Manikam, Mazdakisme.
2. Doktrin-doktrin Syiah Ghaliyyah
Menurut Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrim, yaitu tanasukh,
bada’, raj’ah,dan tasbih. Moojan momen menambahkannya dengan hulul
dan ghayba. Tanasukh adalah keluarnya roh dari satu jasad dn mengambil
tempat pada jasad yang lain, faham ini diambil dari falsafah Hindu. Bada’ adalah
keyakinan bahwa Allah mengubah kehendaknya dengan perubahan ilmu-Nya, serta
dapat memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintah yang sebaliknya. Raj’ah
ada hubungannya dengan Mahdiyah. Syiah Ghaliyyah mempercayai bahwa
imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang kebumi, faham ini merupakan ajaran seluruh
Syiah. Namun, mereka berbeda pendapat siapa yang akan kembali, sebagian
meyakini bahwa yang akan kembali adalah Ali, sedangkan sebagaian lainnya menyatakan
Ja’far As-Shadiq, Muhammad bin Al-Hanafi, bahkan ada yang menyatakan
Mukhtar Ats Tsaqafi. Tasbih artinya menyerupakan atau mempersamakan.
Syiah Ghaliyyah menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan , atau Tuhan
sama dengan makhluk. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat,
berbicara dengan semua bahasa, dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi
Ghukat berarti tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah. Ghayba
(occultation) artinya menghilangnya Imam mahdi. Ghayba merupakan
kepercayaan Syiah bahwa imam mahdi itu ada dalam negeri inidan tidak
dapat dilihat dengan mata biasa. Konsep Ghayba pertama kali dikenalkan
oleh Mukhtar Ats Tsaqafi ketika mempropagandakan Muhammad bin Al-Hanafi
sebagai Imam Mahdi di Kuffah pada tahun 66H/686M.
3. Golongan - Golongan
Syi’ah
.Syi’ah Ghaliyyah mempunyai
pendapat bahwa Ali bin Abu Thalib sebagai mahluk termulia dam memiliki ajaran agama,
Aliran ini terpecah menjadi 15 kelompok.Yaitu:
1) Bayaniyah
2) Janahiyyah
3) Harbiyyah
4) Mughitiyyah
5) Mansuriyyah
6) Khotabiyyah
7) Ma’mariyah
8) Bazigiyyah
|
9) Umariyyah
10) Mufadaliyyah
11) Tidak
Mempunyai Nama
12) Tidak
Mempunyai Nama
13) Sari’iyyah
14) Sababiyah
15) Tidak
Mempunyai I’amah
|
b) Syi’ah
Rufidhah,(Imamiyyah)
Golongan ini menganggap kepemimpinan Abu Bakar, Utsman dan Umar
adalah menyeleweng. Golonggan ini beranggap bahwa Nabi Muhammad SAW, telah
mengangkat dan menerapkan Ali bin Abi Thalib sebagai Khilafah, tapi setelah
Nabi wafat banyak para sahabat tidak mengikuti Ali bin Abi Thalib, mereka
beranggapan semua yang dilakukan Ali itu benar dan tidak mungkin berbuat salah.
Bahkan kelompok Kamaliyyah pengikut Abu Bakar, beranggapan kepemimpinan Ali itu
terbaik,.
Golongan Syi’ah Rafidhah,( Imaniyyah ) dibagi 24 kelompok yaitu.
1. Qoth’iyyah
2. Kaisumiyah
3. Karbiyah
4. Cabang ke 3
5. Cabang ke 4
6. Cabang ke 5
7. -
8. Cabang ke 7
9. Cabang ke 8
10. Haibiyah
|
11. Bayaniyyah
12. –
13. Muktariyyah
14. –
15. –
16. Nawusiyyah
17. –
18. Qaramithah
19.
|
|
c) Syi’ah Zaidiyah
1. Asal-usul Penamaan Zaidiyah
Disebut Zaidiyah karena sekte/ aliran ini mengakui Zaid bin Ali
sebagai imam kelima, putra imam keempat , Ali Zainal Abidin. Sekte ini berbeda
dengam Syi’ah lain yang menganggap Muhammad Al-Baqir, putra Zainal Abidin yang
lain, sebagai imam kelima. Syi’ah Zaidiyah ini sangatlah moderat. Abu Zahrah
menyatakan bahwa sekte ini merupakan yang paling dekat dengan Sunni.
2. Doktrin Imamah menurut Syiah Zaidiyah
Imamah, sebagaimana telah disebutkan, merupakan doktrin fundamental dalam
Syiah secara umum. Berbeda dengan pengembangan imamah dengan syiah lain,
Zaidiyyah lebih tipikal, mereka menolak seorang imam pewaris Nabi SAW. telah ditentukan
nama dan orangnya oleh nabi, tetapi hanya sifat-sifatnya saja. Ini jelas
berbeda dengan syiah lain yang menunjuk Ali sebagai imam yang pantas setelah
Nabi wafat, Karena Ali memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh orang
lain, seperti keturunan Bani Hasyim, wara (saleh, menjauhkan diri dari
segala dosa), bertakwa, baik, dan membaur dengan rakyat untuk mengelak
dari mereka hingga mengakuinya sebagai imam.
Menurut Zaidiyah, paling tidak seorang imam harus bercirikan Pertama, ia
merupakan keturunan ahl- al-bait, baik keturunan Hasan maupun Husein,
implikasi penolakan mereka terhadap sistem pewarisan dan nas kepemimpinan. Kedua,
memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai pertahanan diri atau
menyerang, implikasi penolakan Mahdiisme yang merupakan salah satu ciri
sekte syiah lain, baik yang gaib maupun dibawah umur. Bagi mereka penegak
kebenaran dan keadilan adalah Mahdi. Ketiga, memiliki kecenderungan
intelektualisme yang dapat dibuktikan melalui ide dan karya dalam bidang
keagamaan. Mereka menolak kemaksuman imam.
Dalam sejarahnya Syiah Zaidiyah, krisis keimaman dalam sekte ini disebabkan
oleh dua hal. Pertama, terdapat beberapa pemimpin yang memplokramirkan diri sebagai
imam. Kedua, tidak seorangpun yang memplokmamirkan diri atau pantas sebagai
imam. Dalam menghadapi pemecahannya, diantaranya dengan membagi tugas
imam kepada dua individu, dalam bidang politik dan bidang ilmu serta
keberagamaan. Syiah Zaidiyah mencita-citakan pemimpin yang aktif bukan pasif
seperti Mahdi yang gaib, menurut mereka imam tidak hanya memiliki kekuatan
rohani tetapi juga bersedia melakukan perlawanan demi cita-cita suci sehingga
dihormati oleh umatnya.
3. Doktrin-doktrin Syiah Zaidiyah Lainnya
Syiah Zaidiyah berpandapat bahwa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar
adalah sah menurut sudut pandang islam. mereka tidaklah merampas kekuasaan dari
tangan Ali. Selain itu mereka tidak mengkafirkan seorang sahabat pun. Mengenai
hal ini Zaid sebagaimana dikutip Abu zahrah mengatakan:
“Sesungguhnya Ali bin Abi Tholib adalah sahabat yang paling utama.
Kekhalifahannya diserahkan kepada Abu Bakar karena mempertimbangkan
kemaslahatan dan kaidah agama yang mereka pelihara, yaitu untuk meredam
timbulnya fitnah dan memenangkan rakyat. Era peperangan yang terjadi pada masa
kenabian baru saja berlalu, pedang Amirul Mukminin Ali masih basah dengan darah
orang-orang kafir. Begitu pula kedengkian suku tertentu untuk memumtut balas
belumlah surut. Sedikitpun hati kita tidaklah pantas untuk cenderung
kesitu. Jangan lagi ada leher yang terputus karena masalah itu. Inilah yang
dinamakan krmaslahatan bagi orang-orang yang mengenal dengan kelemah lembutan
dan kasih sayang, juga bagi orang yang lebih tua dan lebih dahulu memeluk
Islam, serta yang dekat dengan Rasulullah”.
Prinsip inilah yang
menurut Abu Zahrah menyebabkan banyak orang keluar dari Syiah
Zaidiyah, implikasinya berkurangnya pendukung saat peperangan melawan Hisyam
bin Abdul Malik. Sekte ini percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar, akan
abadi di neraka kecuali orang yang bertobat dengan sebenar-benar tobat.
Dikarenakan Zaid mempunyai hubungan dengan Washil bin Atha’, bahkan Abu
Zahra dan Moojan Momen mengatakan bahwa hampir sepenuhnya mengikuti Mu’tazilah
dan secara etis bisa dikatakan mereka anti-Murjiah juga Puritan dalam menyikapi
tarekat.
Berbeda dengan aliran syiah lain mereka menolak praktek Nikah Mut’ah dan
juga menolak doktrin taqiyah. Meskipun demikian, dalam bidang ibadah
mereka tetap cenderung mengamalkan amalan Syiah pada umumnya, seperti memberi
selingan hayya ala khair al-amal dalam adzan, takbir sebanyak lima
kali dalam sholat jenazah, menolak sahnya mask al-Khuffain, menolak imam
sholat yang tidak sholeh dan menolak binatang sembelihan bukan muslim.
4. Golongan - Golongan
Syi’ah
Syi’ah Zaidiyyah terpecah menjadi golongan – golongan kecil yaitu:
1. Sulaimaniyyah
2. Buariyyah
3. Narmiyyah
4. Ya’qobiyah
d). Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)
a) Asal Usul Penyebutan
Syi’ah Sab’iyah
Istilah Syi’ah sab’iyah (syiah tujuh) di analogikan dengan Syi’ah Itsna
asyariyah . Istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte Syi’ah Sabi’yah hanya
mengakui tujuh Imam, yaitu Ali, Hasan, husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad
Al-Baqir, ja’far As-Shodiq, dan Ismail bin ja’far. Karena dinisbatkan pada
ismail bin Ja’far As-Shadiq, syiah sab’iyah disebut juga Syiah Ismailiyah.
Berbeda dengan Syi’ah Itsna Asyariyah, Syi’ah istna asyariyah membatalkan
ismail bin ja’far sebagai imam ketujuh karena memiliki kebiasaan tak terpuji dan
dia wafat mendahului bapaknya Ja’far. Sebagai penggantinya adalah Musa
Al-Kadzim, adik Ismail. Syiah sab’iyah menolak pembatalan tersebut berdasarkan
sistem pengangkatan imam dalam syi’ah dan menganggap Ismail sebagai Imam
ketujuh, dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang tertua yang bernama
Muhammad bin Ismail.
b) Doktrin Imamah dalam
Syi’ah Sab’iyah
Para pengikut Syi’ah sab’iyah percaya bahwa islam dibangun oleh tujuh
pilar seperti dijelaskan Al-Qadhi Anu’man dalam Da’im Al Islam. Tujuh pilar
tersebut adalah Iman, Thoharah, Salat, zakat, saum, haji, dan jihad.Berkaitan
deengan pilar pertama, yaitu Iman Qadhi An-nu’man merincinya sebagai
berikut:
Iman kepada Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, iman
kepada surga, iman kepada neraka, iman kepada hari kebangkitan, iman kepada
hari pengadilan, iman kepada Nabi dan Rasul Allah, Iman kepada imam, percaya,
mengetahui, dan membenarkan para Imam zaman.
Tentang imam zaman, Syi’ah Sabi’yah mendasarkan pada sebuah hadits
Nabi SAW yang terjemahan bahasa inggrisnya sebagai berikut ini, “ he who dies
without knowing of time when still alive dies in ignorance “ (Ia telah wafat
dan waktu kewafatannya masih belum diketahui sampai kini). Hadits seperti ini
juga terdapat dalam sekte Sunni dan Syiah itsna Asyariyah, Tetapi dalm hadis
kedua sekte ini tidak dicantumkan imam zaman.
Dalam pandngan Syi’ah Sabi’yah, Keimanan hanya bisa diterima apabila sesuai
dengan keyakinan mereka, yakni melalui wilayah (kesetiaan) kepada imam zaman.
Imam adalah seseorang yang yang menuntun umatnya kepada pengetahuan (ma’rifat).
c) Syarat – syarat imam
dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah adalah sebagai berikut :
1. Imam harus berasal dari
keturunan Ali melalui perkawinannya dengan Fatimah yang kemudian dikenal dengan
Ahlul bait.
2. Berbeda dengan aliran
Kasaniah, pengikut Mukhtar Ats-tsaqafi, mempropagandakan bahwa keimanan harus
dari keturunan Ali melalui pernikahannya dengan seorang wanita dari bani
hanifah dan mempunyai anak yang bernama Muhammad bin Al-hHanafiiyah.
3. Imam harus berdasrkan
penunjukan atau nas. Syi’ah sab’iyah meyakini bahwa setelah Nabi wafat, Ali
menjadi Imam berdasarkan penunjukan khusus dari Nabi sebelum beliau wafat.
Suksesi keimanan menurut doktrin dan tradisi syi’ah harus berdasarkan nas oleh
imam terdahulu.
4. Keimanan jatuh pada
anak tertua .Syi’ah sab’iyah menggariskan bahwa seorang beriman memperoleh
keimanan dengan jalan wiratsah (heredity). Jadi, ayahnya yang menjadi iman
menunjuk anak nya yang paling tua.
5. Imam harus maksum
(immunity fromm sin an error). Sebagaimana sekte Syi’ah lainnya, Syi’ah
sab’iyah menggariskan bahwa seorang iman harus terjaga dari salah satu dosa.
Bahkan lebih dari itu, Syi’ah Sab’iyah berpendapat bahwa meskipun iman berbuat
salah, perbuatannyatidak salah.
6. Imam harus dijabat oleh
seorang yang paling baik (best of man). Berbeda dengan Zaidah, Syi’ah Sab’iyah
dan Syi’ah Dua belas tidak membolehkan imam mafdul, dalam pandangan Syi’ah
Sab’iyah,perbuatan dan ucapan iman tidak boleh bartentangan dengan syari’at.
Sifat dan kekuasaan seorang sama dengan nabi, perbedaan nya terletak pada
kenyataan nya bahwa nabi mendapatkan wahyu, sedangkan imam tidak
mendapatkannya.
d) Ajaran Syi’ah Sab’iyah
Lainnya
Ajaran Sab’iyah lainnya pada dasarnya sama dengan ajaran aliran-aliran Syi’ah lainnya. Perbedaan nya terletak pada konsep kemaksuman iman, adanya
aspek batin pada setiap yang lahir, dan penolakannya terhadap Al-Mahdi
Al-Muntadzar bila dibandingkan dengan aliran Syi’ah lainnya, sab’iyah sangat
ekstrim dalam menjelaskan kemaksuman iamm.Sebagaiman telah daijelaskan,
kelompok ini menjelaskan bahwa imam walaupun melakukan kesalahan dan menyimpang
dari syariat, ia tidaklah menyimpangkarena menpunyai pengetahuan yang tidak
dimiliki manusia biasa. Konsep kemaksuman imam seperi itu merupakan konsekuensi
logis dari dotrin Sab’iyah tentang pengetahuan imam akan ilmu batin.
Ada satu sekte dalam Sab’iyah yang berpendapat bahwa tuhan mengambil tempat
dalam diri imam. Oleh karena itu, imam harus disembah. Salah seorang khalifah
Dinasti Fatimiyah, Al-hakim bin Amrillah, berkeyakinan bahwa dalam dirinya
terdapat tuhan sehingga ia memaksa rakyat untuk menyembahnya.
Menurut Sab’iyah, Al-qur’an memiliki nmakna batin selain makna lahir.
Dikatakan bahwa segi-segi lahir atau tersurat dari syariat itu diperuntukan
bagi orang awam yang kecerdasannya terbatas dan tidak memiliki kesempurnaan
rohani. Bagi orang-orang tertentu, mungkin saja terjadi perubahan dan peralihan
dan bahkan penolakan terhadappelaksanaan syariat tersebut karena mendasarkan
pada yang batin tadi. Yang dimaksud dengan orang-orang tertentu ialah para imam
yang memilki ilmu zahirdan ilmu batin.
Dengan prinsip ta’wil. Sab’iyah menawilkan, misalnya, ayat Al-Qur’an
tentang puasa dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam; dan ayat
Al-Qur’an tentang haji ditakwilkan dengan mengunjungi imam bahkan , diantara
mereka ada yang menggugurkan kewajiban ibadah. Mereka itu adalah orang-orang
yang telah mengenal imam dan telah mengetahui ta’wil (melalui imam).Mengenai
sifat Allah, sebagaimana hanya Mu’tazilah- Sab’iyah meniadakan sifat dari dzat
allah. Menurut mereka penetapan sifat merupakan penyerupaan dengan makhluk.
C. Ajaran-ajaran Syi’ah
Ø
Menurut Golongan
Ada kiranya jika kita ingin mengetahui ajaran- ajaran dari Syi’ah maka kita
juga harus mengetahui apa yang kita pahami kelompok/golongan dari Syi’ah
sendiri.
1. Ketuhanan
a. Syi’ah Ghaliyah
Golongan ini
berpendapat bahwa Tuhan seperti manusia, bisa menampa dirinya, dan pengikutnya
percaya imam seorang yang mempunyai mu’jizat tinggi seperti Nabi Muhammad SAW.
b. Syi’ah Rafidhah
Dikelompok ini tidak
banggah sangka masalah ketuhanan. Namun mereka memuliyakan Imam (Pemimpin)
mereka, mereka menganggap bahwa Tuhan
Cahya yang cemerang, yang disebar dengan kejisiman Allah, bahwa Allah bergerak,
duduk, berdiri dan Allah mempunyai
demensi tinggi. Namun soal kejisiman ini setiap kelompok dari Syi’ah Rafidhah
berbeda soal Allah, dapat menampakan dirinya apabila berkehendak.
2. Kedudukan Al-Qur’an
Dikalangan syi’ah Al-Qur’an ada yang menyebutnya sifat tubuh atau
mengatakan dengan Mahluk pencipta ada pula pula menyebutkan dengan mahluk atu
ciptaan Allah.
3. Perbuatan Rasullalloh
Anggapan bahwa Rasullallah boleh berbuat kesalahan atau tidak,
dan juga para Imam mereka apakah boleh berbuat durhaka terhadap Allah atau
tidak. Kelompok Syi’ah terpecah belah.
4. Mengetahui Para Imam
Mereka beranggapan merupakan kewajiban, dan orang tidak
mengetahui Imam di anggap kapir, Dan kedudukan seorang Imam menempati tempat
yang paling tiggi bahkan malikat saya bisa turun untuk menyampaikan wahyu.
Ø Ajaran – Ajaran Syi’ah Secara Umum
A.
Rukun Iman
1. Tauhid (The Devine
Unity)
Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah
mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirinyasebelum ada ruang dan waktu. Ruang
dan waktu diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha tahu,maha mendengar,selalu
hidup,mengerti tidak murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia
berdiri sendiri,tidak dibatasioleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat
dengan mata biasa.
2. Keadilan The Devine Justice)
Tuhan menciptakan kebaikan di dalam semesta ini merupakan keadilan. Ia
tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadailan. Karena ketidakadilan
dan kelaliman terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidak
mampuandan sifat ini jauh dari keabsolutan dan kehendak tuhan.Tuhan memberikan
akal kepada manusia untuk mengetahui pekara yang benar atau salah melalui
perasaan. Manusia dsapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan indra lainya
untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baiak maupun perbuatan buruk.jadi,
manuasia dapat mamanfatkan potensi berkehandak sebagaianugrah tuhan untuk
mewujudkan dan bertangguang jawab atas perbuatannya.
3. Nubuwwah (Apostleship)
Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk,
baik petunjuk dari tuhan maupun dari manuasia. Rosul merupakan petunjuk hakiki
utusan Tuhan yang secara transenden diutus untuk membrikan acuan dalam
membedakan antara yang baiak dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan
Syi’ah itsna Asyariyah, tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan
petunjuk kepada manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran
tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka percaya adanya
kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an jauh dari tahrif perubahan, atau
tambahan.
4. Ma’ad (The Last Day)
Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan atuhan di
akhirat. Seriap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci
setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode
transit dari kehidipan dunia nemuju ke akhirat.
5. Imamah (The Devine
Guidance)
Imamah adalah institusi yang di inagurasikan tuhan untuk memberikan
petunjuk manusia yang di pilih dari keturunan ibrahim dan di delegasikan kepada
keturunan muhammad sebagai nabi dan rosul terakhir.
B.
Rukun Islam Syi’ah
Rukun Islam yang kami kutip
berasal dari Koran “SYRIAH” yang terbit pada edisi: Jumat, 31 Agustus 2012.
Rukun Iman tersebut yaitu:
1.
Shalat
2.
Zakat
3.
Puasa
4.
Wilayah (perwalian)
Dalam Koran tersebut (Koran “SYARIAH”) dikatakan Syi’ah tidak menyebutkan
syahadat kepada Allah SWT.
Selanjutnya,
dalam sisi yang yang bersifat mahdah, Syi’ah isna asyariyah berpijak kepada
delapan cabang agama yang di sebut dengan furu ad-din delapan cabang tersebut
terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus, atau pajak sebesar seperlima
dari penghasilan, jihad al-amri bi al-ma’ruf dan an-nahyu an-munkar
D. Syi’ah dan
Perkembangannya
Berbicara mengenai syiah ataupun aliran syiah, kita tidak akan terlepas
dengan mengaitkan hal tersebut dengan agama islam. Di kalangan awam masyarakat
islam menganggap syiah adalah eksistensi yang tidak jelas, tidak diketahui
apa hakikatnya, bagaimana berkembang, tidak melihat bagaimana sejarahnya, dan
tidak dapat diprediksi bagaimana di kemudian hari. Mereka selalu mengaitkan
bahwa syiah adalah islam. Padahal islam dan syiah sangat berbeda sekali,
terutama dalam hal aqidahnya. bagaikan minyak dan air yang tidak mungkin dapat
di satukan lagi.
Aliran ini timbul pada masa pemerintahan khalifah Usman bin Affan yang di pimpin
oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari. Abdullah bin Saba’ Al-Himyari dalam
memuliakan Ali sangat berlebihan diamenanamkan doktrin kepada pengikut aliran
syiah dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia
adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa). Bahkan dia sampai
menuhankan Ali. Hal ini terdengar oleh Khalifah Ali, akhirnya Khalifah Ali
memeranginya dengan membakar para pengikut aliran syiah, kemudian sebagiannya
lari ke Madain.
Pada periode awal hijriah, aliran syiah belum menjelma menjadi aliran yang
solid, namun pada abad ke dua hijriah syiah mengalami perkembangan
yang sangat pesat bahkan mulai menjadi mainstrem tersendiri. Dan pada
periode-periode berikutnya aliran Syiah menjadi semacam keyakinan yang menjadi
trend di kalangan generasi pemuda islam yaitu Syiah mengklaim menjadi tokoh
pembaharu Islam, namun banyak dari pemikiran dan prinsip dasar keyakinan ini
yang tidak sejalan dengan Islam itu sendiri.
Gerakan Syiah pertama kali berkembang di iran, rumah dan kiblat utama
Syiah. Namun sejak tahun 1979, persis ketika revolusi Iran meletus dan negeri
ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim Syah Reza
Pahlevi, Syiah merembes ke berbagai penjuru dunia. Kelompok-kelompok yang
mengarah kepada gerakan Syi’ah seperti yang terjadi di Iran, marak dan muncul
di mana-mana.
E.
Analisis Kritis
Menurut kami Syi’ah memang berbeda dengan Ajaran
Islam pada umumnya, pertama dari Rukun Islam. Rukun Islam yang mereka percayai
hanya ada lima tanpa menyebut Syahadat. Padahal dalam Al-Qur’an dan Nabiullah Muhammad SAW dan hadist Bukhari yang
disepakati Muslim. Syahadat mutlak wajib di dalam Rukun Islam. Karena Syahadat
adalah pengakuan ‘apakah dia mengakui Allah sebagai Tuhan dan Rasulullah SAW
adalah nabi yang terkahir.
Syi’ah yang hampir sama ajarannya dengan Sunni adalah Aliran / sekte
Zaidiyyah yang mengaggap Abu Bakar as- Shidiq, Umar bin Khatab, dan Usman bin
Affan tidak merampas kepemimpinan.
Penyimpangan – Penyimpangan Syiah
Di kalangan
Syiah, terkenal klaim 12 Imam atau sering pula disebut “Ahlul Bait” Rasulullah
Muhammad saw; penganutnya mendakwa hanya dirinya atau golongannya yang
mencintai dan mengikuti Ahlul Bait. Klaim ini tentu saja ampuh dalam mengelabui
kaum Ahli Sunnah, yang dalam ajaran agamanya, diperintahkan untuk mencintai dan
menjungjung tinggi Ahlul Bait. Padahal para imam Ahlul Bait berlepas diri dari
tuduhan dan anggapan mereka. Tokoh-tokoh Ahlul Bait (Alawiyyin) bahkan sangat
gigih dalam memerangi faham Syi’ah, seperti mantan Mufti Kerajaan Johor Bahru,
Sayyid Alwi bin Thahir Al-Haddad, dalam bukunya “Uqud Al-Almas.”
Adapun beberapa kesesatan Syiah yang telah nyata adalah:
- Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah saw. Adalah Ali bin Abi Thalib,
sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok
kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib r.a.
- Keyakinan bahwa Imam mereka ma’sum
(terjaga dari salah dan dosa).
- Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan
hidup kembali sebelum hari kiamat untuk membalas dendam kepada
lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
- Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia
ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan
menuhankan Ali dan Imam.
5. 5.Keyakinan tentang
ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah
bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib sendiri
karena keyakinan tersebut.
- Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin
Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali
terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
- Keyakinan mencaci maki ara sahabat atau sebagian sahabat seperti
Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus
Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, hal.237).
- Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syi’ah semakin
menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan
baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir
dan dinasti Sofawiyyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali
dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran
sejak 1979.
Saat ini figur-figur Syiah begitu terkenal dan banyak dikagumi oleh
generasi muda Islam, karena pemikiran-pemikiran yang lebih banyak mengutamakan
kajian logika dan filsafat. Namun, semua jamaah Sunnah wal Jamaah di seluruh
dunia, sudah bersepakat adanya bahwa Syiah adalah salah satu gerakan sesat.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Aliran
Syi’ah merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat Islam. Aliran ini
dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap menginginkan pengganti
Nabi adalah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Mereka mempunyai
doktrin sendiri dalam alirannya, salah satunya tentang Imamah. Mereka
berpendapat bahwa pengganti Nabi yang pantas menjadi pemimpin adalah seseorang
yang ma’shum (terhindar dari dosa). Bahkan dalam sekte yang ekstrim
yaitu Syi’ah Ghulat, mereka telah menuhankan Ali. Mereka menganggap bahwa Ali
lebih tinggi daripada Nabi Muhammad SAW.
Dalam
perkembangannya, Syi’ah dianggap aliran sesat. Namun sebetulnya ada juga Syi’ah
yang lurus seperti aliran Syi’ah Zaidiyyah.Namun karena kurang pendukung aliran
ini menjadi seperti kurang pemimpin.
B.
Kritik
Syi’ah
dahulu adalah suatu golongan yang sangat mengaggungkan nabi, sehingga kecintaan
mereka pada Rasulullah SAW, Membuat mereka menyangka bahwa semua keluarga Rasulullah SAW yang menjadi imam adalah
ma’sum (terjaga dari dosa). Padahal yang di ma’sum (terjaga dari dosa) adalah
Rasulullah SAW sendiri tak ada yang lain, walaupun itu keluarga beliau.
C.
Saran
Sangatlah
diperlukan bagi kita untuk mempelajari Aliran syi’ah ini, karena dengan belajar
aliran ini kita bisa mengetahui seluk - beluk dari ajaran Syi’ah dan tidak
serta - merta berprasangka tanpa fakta. Misalnya tentang tokoh-tokoh Syi’ah.
Dan agar kita juga bisa mengambil kekurangan dan kelebihan dari aliran
Syi’ah.
Adakalanya
kita mengambil sikap saling menghormati antar hidup beragama, karena di dalam
Islam adalah Rahmatan lil Alamin (Saling Berkasih Sayang Di Antara Sesama
Umat)
Daftar
Pustaka
Media Masa/Koran
:
Koran Syariah.”Syi’ah Masa Klasik hingga Modern”. Edisi
Jum’at, 31 Agustus 2012. hlm:08
. . . . . . . ”Inti
Ajaran Syi’ah”. Edisi Jum’at, 31 Agustus 2012. hlm:08
Buku :
M.Ag., Anwar, Rosihan, DR; M.Ag., Rozak, Abdul, Drs.
2010. Ilmu Kalam. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Abu Zahrah, Imam Muhammad. 1996. Aliran Politik dan
Aqidah dalam Islam. Jakarta:
Logos Publishing House.
M.Pd.I., A. Nasir, K.H. Sahilun. 2010. Pemikiran
Kalam(Teologi Islam). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Muhyidin, Muhammad.
1998. Prinsip – Prinsip Dasar Aliran Teologi Islam (Terjemahan). Kairo:
Maktubah Al-Nahdlah Al-Misriyyaah
Naution
Harun.2002.Sejarah Analisa Perbandingan Aliran Teologi Islam. Jakarta:
Universitas Indonesia
semoga Allah memberikan HidayahNya kepada kita semua.
BalasHapus